Anda di halaman 1dari 37

ARMELIA LIBRIANTARI PUTRI

ERNI NUR HIDAYATI


EVINDA DEVIANA
1. Ventrikel Fibrilasi
2. Ventrikel Takikardi
3. Atrial Fibrilasi
4. Atrial Flutter
Ventrikel Fibrilasi adalah kelainan irama
jantung dengan tidak ditemukan depolarisasi
ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel
tidak mampu berkontraksi sebagai suatu
kesatuan dengan irama yang sangat kacau serta
tidak terlihat gelombang P,QRS, maupun T
Aktivitas listrik jantung menjadi terganggu.
Ketika ini terjadi, ventrikel berkontraksi dengan
sangat cepat dan tidak teratur. Jantung
memompa sedikit atau bahkan tidak ada darah.
Dapat tiba-tiba terjadi kolaps dan henti jantung
mendadak.
Pada aritmia ini denyut jantung tidak
terdengar dan tidak teraba. Ventrikel Fibrilasi
adalah paling umum menyebabkan kematian
tiba-tiba dan fatal apabila resusitasi tidak
dilakukan dengan segera
 Irama : Tidak teratur
 Frekuensi : Lebih dari 350 x/menit sehingga
tidak dapat dihitung
 Gelombang P : Tidak ada
 Interval PR : Tidak ada
 Gelombang QRS : Lebar dan tidak teratur
A. Ggn Jantung struktural C. Noncardiac respiratory
 Iskemik atau infark miokard  Bronchospasm
akibat penyakit jantung  Aspirasi
koroner.  Hipertensi pulmonal primer
 Kardiomiopati.  Emboli pulmonal
B. Ggn Jantung nonstructural  Tension pneumotoraks
 Luka atau sengatan listrik  Metabolik atau toksik
 Pre-eksitasi (termasuk Wolf- D. Gangguan elektrolit dan
Parkinson-White syndrome) asidosis
 Heart block  Obat-obatan, Keracunan,
 Channelopathies Sepsis, Neurologik, Kejang,
 Long QT syndrome Perdarahan intrakranial atau
 Short QT syndrome strok iskemik, Tenggelam
 Brugada syndrome
E. Neurologik
 Kejang
 Perdarahan intrakranial atau strok iskemik
 Tenggelam
 Kongesti Vaskular  edema pulmonal
pulmonal akut
 Dispnea  Penurunan curah
 Ortopnea jantung
 Dispnea nocturnal  Gallop atrial-S4
paroksimal  Gallop ventrikel-S3
 Batuk iritasi  Crackles paru
Meskipun fibrilasi dapat diatasi dengan
defibrilasi elektrik, tetapi biasanya masalah
tidak selesai begitu saja. Jika fibrilasi terjadi
selama paling tidak 1 menit, otot jantung
menjadi sangat lemah untuk memompa
darah karena kekurang oksigen dan nutrisi
pasca berhentinya pemompaan darah. Hal
ini bisa diatasi dengan CPR.
adalah suatu gangguan ritme jantung yang
ditandai dengan detak jantung yang teratur
tapi cepat. Jika tidak dirawat, keadaan ini
dapat memburuk dan menyebabkan
terjadinya fibrilasi ventrikel, yang merupakan
suatu kondisi yang mengancam keselamatan
jiwa sehingga terjadi kematian jantung
mendadak.
Irama : Teratur
Frekwensi HR : 100 – 250 x/menit
Gel. P : Tidak ada
Interval PR : Tidak ada
Gel. QRS : Lebar lebih dari 0,12 detik
 IMA,
 Iskemik miokard,
 jantung koroner,
 kardiomiopati,
 Respon terkait gaya hidup ( kafein, alkohol nikotin,
metamfetamin / kokain ),
 Medikasi/ obat-obatan seperti digitalis dan obat
anti aritmia, obat-obat anti aritmia bekerja dengan
mempengaruhi proses repolarisasi sel otot jantung.
Dosis yang berlebih akan mengubah repolarisasi sel
otot jantung sehingga terjadi gangguan irama
jantung
 Jantung berdebar- debar (palpitasi)
 Hipotensi di sebabkan sirkulasi menurun
 Penurunan nadi yang di sebabkan oleh
denyut jantung tidak memadai
 Penurunan pernapasan
 Pusing di sebabkan oksigenasi menurun
dalam darah
 Ketidak sadaran
 Apnea
 Nyeri dada
 Enzim Jantung, yaitu :
CKMB : dapat dideteksi 4-6 jam pasca infark,
mencapai puncaknya pada 24 jam pertama, kembali
normal setelah 2-3 hari.
Troponin T : spesifik untuk kerusakan otot jantung,
dapat dideteksi 3-4 jam pasca infark
LDH : dapat dideteksi 24-48 jam pasca infark,
mencapai puncaknya setelah 3-6 hari, normal setelah
mencapai 8-14 hari.
 Chest x-ray : untuk menunjukan pembesaran
bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
 Drug Screen : menilai adanya keracunan obat
digitalis atau quinidine
 Elektrolit : peningkatan atau penurunan
kalsium kadar kalsium dan/ atau kalsium dapat
menyebabkan gangguan irama jantung
 Farmakologi
Amiodaron
Epinephrine
Lidocaine

 Non farmakologi
RJP
Disinkronisasi kardioversi/ Defibrilasi
Intubasi endotrakeal
 Menjaga tingkat elektrolit yang seimbang.
 Perubahan gaya hidup, seperti berhenti
merokok, menghindari konsumsi berlebihan
alkohol dan penggunaan narkoba, modifikasi
diet, dan olahraga, sangat penting dalam
mencegah takikardia ventrikel pada pasien
dengan risiko penyakit kardiovaskular.
 Penggunaan tembakau merupakan faktor risiko
utama untuk penyakit jantung berkembang,
yang merupakan penyebab utama takikardia
ventrikel.
 Fibrilasi atrium adalah disritmia atrium yang
terjadi sewaktu atrium berdenyut dengan
kecepatan lebih dari 350-600x/menit.
 Fibrilasi atrium didefinisikan sebagai irama
jantung yang abnormal. Aktivitas listrik jantung
yang cepat dan tidak beraturan mengakibatkan
atrium bekerja terus menerus menghantarkan
impuls ke nodus AV sehingga respon ventrikel
menjadi ireguler. Atrial fibrilasi dapat bersifat
akut maupun kronik dan umumnya terjadi pada
usia di atas 50 tahun (Berry and Padgett, 2012).
 Frekuensi: frekuensi atrium 350 sampai 600 denyut per menit;
respon ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit
 Gelombang P: tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak
undulasi yang ireguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau
gelombang f, interval PR tidak dapat diukur.
 Kompleks QRS: biasanya normal
 Hantaran: biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh
respon ventrikel ireguler, karena nodus AV tidak berespons
terhadap frekuensi atrium yang cepat, maka impuls yang
dihantarkan menyebabkan ventrikel berespons ireguler.
 Irama: ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol.
Iregularitas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada
nodus AV.
 Peningkatan tekanan/resistensi macam infeksi)
atrium (Penyakit katup jantung,  Kelainan Endokrin (hipertiroid,
kelainan pengisian dan feokromositoma)
pengosongan ruang atrium,  Neurogenik (stroke dan
hipertrofi jantung, kardiomiopati perdarahan subarachnoid)
dan hipertensi pulmo (chronic  Iskemik Atrium (infark
obstructive pulmonary myocardial)
disease dan cor pulmonal  Obat-obatan (alcohol dan kafein)
chronic), serta tumor intracardiac.  Keturunan/genetic
 Proses infiltratif dan inflamasi
(pericarditis/miocarditis,
amiloidosis dan sarcoidosis dan
faktor peningkatan usia)
 Proses infeksi (demam dan segala
 Palpitasi (perasaan yang kuat dari detak
jantung yang cepat atau “berdebar” dalam
dada).
 Perasaan tidak nyaman di dada (nyeri dada).
 Sesak napas/dispnea.
 Pusing, atau sinkop (pingsan mendadak)
yang dapat terjadi akibat peningkatan laju
ventrikel atau tidak adanya pengisian sistolik
ventrikel.
 Kelelahan, kelemahan/kesulitan
berolahraga/beraktifitas.
Farmakologi
Rhythm control. Tujuannya adalah untuk
mengembalikan ke irama sinus / irama
jantung yang normal.Diberikan anti-aritmia
gol. I (quinidine, disopiramide dan
propafenon). Untuk gol.III dapat diberikan
amiodaron. Dapat juga dikombinasi dengan
kardioversi dengan DC shock.
Rate control.Rate control bertujuan untuk
mengembalikan / menurunkan frekwensi
denyut jatung dapat diberikan obat-obat
yang bekerja pada AV node seperti :digitalis,
verapamil, dan obat penyekat beta (β bloker)
seperti propanolol. Amiodaron juga dapat
dipakai untuk rate control.
Profilaksis tromboemboli.Tanpa melihat pola
dan strategi pengobatan AF yang digunakan,
pasien harus mendapatkan anti- koagulan
untuk mencegah terjadinya tromboemboli.
Pasien yang mempunyai kontraindikasi
terhadapwarfarin dapat di berikan
antipletelet.
 Non-farmakologi
Kardioversi. Kardioversi yang biasa dilakukan yaitu
dengan DC shock. Bilamana AF terjadi lebih dari
48 jam, maka harus diberikan antikoagulan
selama 4 minggu sebelum kardioversi dan
selama 3 minggu setelah kardioversi untuk
mencegah terjadinya stroke akibat emboli.
Konversi dapat dilakukan tanpa pemberian
antikoagulan, bila sebelumnya sudah dipastikan
tidak terdapat trombus dengan transesofageal
ekhokardiografi.
 Pemasangan pacu jantung (pacemaker).
 Ablasi kateter. Ablasi saat ini dapat dilakukan
secara bedah (MAZE procedure) dan
transkateter. Ablasi transkateter difokuskan
pada vena-vena pulmonalis sebagai trigger
terjadinya AF.
adalah aritmia jantung ditandai dengan tingkat
atrium dari 240-400 denyut / menit dan
atrioventrikular (AV) node blok konduksi.
Untuk sebagian besar Atrial flutter ,
morbiditas dan mortalitas disebabkan oleh
komplikasi tingkat (misalnya, sinkop dan
gagal jantung kongestif [CHF])
 Irama : Biasanya teratur, bisa juga tidak
 Frekueansi (HR) : Bervariasi (Bisa normal,
lambat atau cepat)
 Gelombang P : Tiodak normal, seperti gigi
gergaji, teratur dan dapat dihitung
 Interval : tidak dapat dihitung
 Gelombang QRS: Normal, tetapi tidak semua
QRS mengikuti gelombang P.
Biasanya mencerminkan penurunan
curah jantung sebagai akibat dari tingkat
ventrikel yang cepat . Gejala khas meliputi:
 palpitasi
 Kelelahan atau toleransi latihan yang buruk
 dyspnea Mild
 presyncop
1. Pada umumnya terapi aritmaia adalah :
 Mengembalikan irama jantung yang normal
(rhytm control)
 Menurunkan frekuensi denyut jantung (rate
contol)
 Mencegah terbentuknya bekuan darah
2. Diagnosa Keperawatan utama yang biasanya
muncul pada aritmia yang mengancam jiwa :
 Penurunan curah jantung bd perubahan
irama jantung
 Ketidakefektifan pola nafas bd keletihan otot
pernafasan

Anda mungkin juga menyukai