Anda di halaman 1dari 26

Retinopati Hipertensi

Reza Muhammad
ANATOMI MATA
Retinopati Hipertensi

Kondisi yang ditandai dengan gambaran kelainan pada pembuluh


darah retina pada orang dengan hipertensi.

Retinopati hipertensi menjadi indikasi untuk memulai


pengobatan hipertensi meskipun orang dengan hipertensi
derajat 1 (tekanan darah 140-150/90-99 mmHg) yang tidak
memiliki kerusakan organ lainnya (JNC)
Epidemiologi

– Usia 40 tahun ke atas, dengan prevalensi 2%-15% tanda-tanda


retinopati.
– Framingham Eye Study rata-rata kurang dari 1%.
– Kulit hitam > kulit putih
– 1 dari 4 pasien dengan HT  Laki-laki >> (>60tahun), dengan
durasi HT (>5 tahun) (Ratindra dkk)
Klasifikasi Retinopati
Hipertensi
Klasifikasi Retinopati
Hipertensi
Klasifikasi Retinopati
Hipertensi
Klasifikasi
Retinopati
Hipertensi
Patofisiologi

– Peningkatan tekanan darah sistemik  vasokonstriksi arterio  vasokonstriksi


merata di seluruh pembuluh darah retina (difus) atau sebagian (segmental) 
HT kronik  perubahan pembuluh darah (arteriosklerosis dan aterosklerosis).
– Arteriosklerosis yang terjadi pada dinding arteriol secara histologik akan
membuat terlihat menebal, karena pada tunika media terjadi hipertrofi jaringan
otot. Tunika intima mengalami penebalan dan dinding arteriol akan mengalami
degenerasi hialin dan menyebabkan lumen pembuluh darah menjadi kecil.
Patofisiologi

– Penekanan pada vena oleh arteri yang sklerosis dapat terjadi dalam beberapa
tahap, vena yang berada di bawah arteri tidak terlihat karena arteri yang
sklerosis maka vena seolah terputus dan akan muncul lagi secara perlahan
setelah melewati persilangan arteri (arteriovenous nicking). Hal ini dikenal
dengan nama Gunn’s phenomenon.
– Bentuknya bervariasi tergantung dari beratnya sklerosis, bila sklerosis lebih
berat menyebabkan vena menjadi defleksi pada daerah persilangan, yang
terlihat seperti huruf S atau Z (salus sign).
– Pada funduskopi akan terlihat sebagian pembuluh darah seperti tembaga
(copper wire), karena meningkatnya ketebalan dinding dan lumen berkurang
kemudian terjadi perubahan pada refleks cahaya arteriol.
– Bila proses sklerosis berlanjut, dinding arteri semakin menebal dan lumen
mengecil yang akhirnya hampir tidak terlihat sehingga waktu penyinaran hanya
berbentuk garis putih saja, yang dikenal sebagai refleks kawat perak (silver wire
reflex).
– Perdarahan akan terjadi bila hipertensi berlangsung lama dan tidak terkontrol.
Proses yang kronik ini akan menyebabkan kerusak inner blood barrier, sehingga
terjadi ekstravasasi plasam dan sel darah merah ke retina (hard exudates).
– Perdarahan biasanya terjadi pada lapisan serabut saraf retina, distribusinya
mengikuti alur serabut saraf, sehingga terlihat seperti lidah api (flame shape).
Kerusakan ditingkat kapiler maka perdarahan terjadi pada lapisan inti dalam
atau pleksiform dalam, bentuknya lebih bulat (blot like appearance).
– Iskemik fokal atau area non perfusi yang terjadi pada lapisan serabut saraf
retina, maka serabut saraf akan berdegenerasi menjadi bengkak dan secara
histologi tampak seperti suatu kelompok cystoid bodies.
– Kelainan ini dikenal dengan cotton wool spot (soft exudates), yang pada
pemeriksaan funduskopi terlihat sebagai area putih keabuan seperti kapas
dengan batas yang tidak tegas.
– Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap ini, dan biasanya merupakan
indikasi telah terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat berat.
Diagnosis

anamnesis (riwayat hipertensi), pemeriksaan fisik (tekanan darah), pemeriksaan


oftalmologi (funduskopi), dan pemeriksaan penunjang dengan angiografi
fluorosens.

Anamnesis
– Penglihatan buram dan seperti berbayang
– Penurunan visus perlahan
Oftalmoskop
Mild Hypertensive
Retinopathy

– Keterangan: (A) panah hitam


menunjukan arteriovenosus nicking dan
panah putih menunjukan penyempitan
fokal; (B) panah hitam menunjukan
arteriovenosus nicking dan gambaran
copper wiring pada panah putih
Moderate
Hypertensive
Retinopathy

– Keterangan: (A) panah hitam


menunjukan retinal hemorrhages
dan panah putih menunjukan
cotton-wool spots. (B) panah
putih menunjukan cotton-wool
spots dan panah hitam
arteriovenosus nicking
Angiografi Fluoresein
Px. Laboratorium

– pemeriksaan laboratorium terutama diperiksa kadar gula


darah, lemak darah dan fungsi ginjal
Komplikasi

– Oklusi arteri retina sentralis (CRAO)


– Oklusi Arteri Retina Cabang (BRAO)
– Oklusi Vena Retina Cabang (BRVO)
Diagnosis Banding

– Retinopati Diabetik
– Katarak
– Galukoma
– Kelainan Refraksi  myopia, hipermetropi. astigmatisme
Tatalaksana

– Membatasi kerusakan yang


sudah terjadi serta
menghindari terjadinya
komplikasi
– Perubahan gaya hidup untuk
menghindari factor pemberat
Evaluasi dan
Terapi
Retinopati
Hipertensi
Prognosis

– Prognosis tergantung kepada kontrol tekanan darah


– Keith Wagener Barker menentukan 5 year survival rate berdasarkan tidak
diberikan terapi medikamentosa yaitu antara lain
– grade I : 4%,
– grade II : 20%,
– grade III : 80% ,
– grade IV : 98%.
Thak you 

Anda mungkin juga menyukai