TUBERKULOSIS EKSTRAPULMONAL Oleh : Amanda Ismoetia M 1102012019
Pembimbing : Dr. Herry Setya Yudha Utama Sp.B
Kepaniteran Klinik Ilmu Bedah RSUD
Arjawinangun Januari 2016 TB EKSTRAPULMONAL Infeksi TB pada kelenjar limfe superfisial disebut SKROFULO, merupakan bentuk TB ektrapulmonal pada anak yang paling sering terjadi, terbanyak pada kelenjar limfe leher. Terjadi akibat meminum susu sapi yang mengandung M.Bovis dan tidak dipasteurisasi. Kebanyakan kasus timbul 6-9 bulan setelah infeksi awal M.tuberculosis, tetapi beberapa kasus dapat timbul bertahun-tahun kemudian. Kelenjar limfe biasanya membesar perlahan-lahan pada stadium awal penyakit. Pembesaran kelenjar limfe bersifat kenyal, tidak keras, discrete dan tidak nyeri. Pada perabaan, kelenjar sering terfiksasi pada jaringan dibawah atau diatasnya. Limfadenitis ini paling sering terjadi unilateral, tetapi infeksi bilateral dapat terjadi karena pembuluh limfatik didaerah dada dan leher bawah saling bersilangan. Gejala dan tanda sistemik hanya berupa demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Tes tuberkulin kulit biasanya menunjukkan hasil yang positif. Gambaran radiografi dada terlihat normal pada 70% kasus. Onset penyakit kadang-kadang berlangsung lebih akut, dengan pembesaran kelenjar limfe yang cepat, demam tinggi, nyeri tekan dan terdapat fluktuasi. Gejala awal dapat berupa Massa fluktuasi dengan selulitis pada kulit diatasnya atau perubahan warna, tetapi hal ini jarang terjadi. TB Pleura Efusi pleurapenumpukan abnormal cairan dalam rongga pleura. Efusi pleura TB bisa ditemui dalam 2 bentuk: 1. Cairan serosa, bentuk ini yang paling banyak dijumpai. 2. (Jarang) Empiyema TB. Bentuk kedua ini merupakan gagalnya efusi pleura TB primer yang gagal mengalami resolusi berlanjut ke proses supuratif kronik. Efusi pleura terbentuk sebagai reaksi hipersensitivitas tipe lambat antigen kuman TB dalam rongga pleura. Antigen ini masuk kedalam rongga pleura akibat pecahnya fokus subpleura. Gejala : Demam akut disertai bentuk nonproduktif ( 94% ) Nyeri dada (78%) tanpa peningkatan lekosit darah tepi. Penurunan berat badan dan malaise biasa dijumpai, demikian juga menggigil. Sebagian besar efusi pleura TB bersifat unulateral ( 95% ), lebih sering disisi kanan. Jumlah cairan efusi bervariasi dari sedikit hingga banyak, meliputi setengah dari hemitoraks. Gb. Radiologis: Dijumpai kelainan parenkim paru. Bila kelainan paru terjadi dilobus bawah maka efusi pleura terkait dengan proses infeksi TB primer. Bila kelainan paru di lobus atas, maka kemungkinan besar merupakan TB pasca primer dengan reaktivasi fokus lama. Efusi pleura hampir selalu terjadi disisi yang sama dengan kelainan parenkim parunya. TB Suatu bentuk infeksi tuberkulosis ekstrapulmonal yang menenai tulang atau sendi. Tulang/Send Epidemiologi i Insidens TB sendi berkisar 1 – 7 % dari seluruh TB. TB tulang belakangkejadian tertinggisendi panggul& sendi lutut Umumnya TB tulang atau seni mengenai satu tulang atau sendi. TB tulang belakang (spondilitis TB) TB pada panggul (koksitis TB), TB sendi lutut (gonitis TB). Manifestasi klinis Dijumpai gejala umum TB pada anak, Gejala spesifik berupa bengkak, kaku, kemerahan, dan nyeri pada pergerakan. Kelainan pada tulang belakangGibbus Menampakkan gejala benjolan pada tulang belakang yang umumnya seperti abses tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda peradangan. Warna benjolan sama dengan sekitarnya, tidak nyeri tekan dan menimbulkan abses dingin. Kelainan pada sendi panggul Biasanya pasien berjalan pincang dan kesulitan berdiri. Kelainan pada sendi lutut Dapat berupa pembengkakan didaerah lutut. Anak sulit berdiri dan berjalan dan kadang-kadang ditemukan atrofi otot paha dan betis. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan foto pada lokasi yang dicurigai seperti tulang belakang, sendi panggul dan sendi lutut. TB Kulit Skrofulodermayang paling khas dan merupakan manifestasi TB di kulit yang palimg sering dijumpai pada anak. Skrofuloderma terjadi akibat penjalaran perkontinuitatum dari KGB yang terkena TB. Manifestasi klinis Gejala umum TB pada anak. Pada awalnya terdapat pembesaran KGB yang soliter kemudian melibatkan kelenjar di sekitarnya (multipel). Lesi awal skrofuloderma berupa nodul subkutan atau infiltrat subkutan dalam yang keras (firm ), berwarna merah kebiruan dan tidak menimbulkan keluhan ( asimtomatik ). Infiltrat kemudian meluas / membesar dan menjadi padat kenyal ( matted and doughy ). Lesi kemudian mengalami pencairan dan menjadi fluktuatif. Kemudian lesi pecah ( terbuka ke permukaan kulit ) dan membentuk ulkus berbentuk linier atau serpiginosa. Ulkus ini mempunyai dasar yang bergranulasi dan tidak beraturan, dengan tepi bergaung (inverted) dan berwarna kebiruan. Cairan ( discharge ) yang keluar dari lesi ini dapat bersifat cair, purulen, ataupun kaseosa. Dapat dijumpai fistula-fistula yang saling berhubungan dan membentuk kantung- kantung subkutan yang lunak dan berisi cairan ( discharge ). Selain kantung-kantung yang lunak ini terdapat juga nodul gummatosa yang sedikit lebih keras. Kemudian terbentuk jaringan parut / sikatriks berupa pita / benang fibrosa padat, yang membentuk jembatan diantara ulkus-ulkus atau daerah kulit yang normal. Pada pemeriksaan, didapatkan berbagai bentuk lesi, yaitu plak dengan fibrosis padat, sinus yang mengeluarkan cairan, serta massa yang fluktuatif. DEFINISI
Meningitis tuberkulosis merupakan
peradangan pada selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Penyakit ini merupakan salah satu bentuk komplikasi yang sering muncul pada penyakit tuberkulosis paru. Epidemiologi Tuberkulosis di Dunia Di Indonesia, meningitis tuberkulosis masih banyak ditemukan karena morbiditas tuberkulosis pada anak masih tinggi. Angka kejadian tertinggi dijumpai pada anak umur 6 bulan sampai 4 atau 6 tahun. Meningitis tuberkulosis menyerang 0.3% anak yang menderita tuberkulosis yang tidak diobati. Sebagian besar memberikan gejala sisa, hanya 18% pasien yang akan kembali normal secara neurologis dan intelektual. BTA masuk tubuh ↓ Tersering melalui inhalasi Jarang pada kulit, saluran cerna Patofisiologi ↓ Multiplikasi Meningitis TB ↓ Infeksi paru / focus infeksi lain ↓ Penyebaran hematogen ↓ Meningens ↓ Membentuk tuberkel ↓ BTA tidak aktif / dormain Bila daya tahan tubuh menurun ↓ Rupture tuberkel meningen ↓ Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid ↓ MENINGITIS Manifestasi Klinis
Demam (tidak terlalu tinggi), nafsu makan menurun,
Stadium 1 nyeri perut, sakit kepala, gangguan tidur, mual, muntah.
Adanya kelainan neurologik, disorientasi, bingung,
Stadium II kejang, tremor, hemiparesis dan penurunan kesadaran.
Stadium III Pernafasan irregular, edema papil, hiperglikemia, kesadaran
semakin menurun, otot ekstensor menjadi kaku dan spasme. Kriteria Diagnosis Anamnesis : riwayat kejang atau penurunan kesadaran (tergantung stadium penyakit), adanya riwayat kontak dengan pasien tuberkulosis . Pemeriksaan fisik : tergantung stadium penyakit. Pungsi lumbal selama 3 hari berturut-turut. Terapi dapat langsung diberikan tanpa menunggu hasil pemeriksaan pungsi lumbal kedua dan ketiga Foto toraks : dapat menunjukkan adanya gambaran tuberkulosis.