Anda di halaman 1dari 36

PORTOFOLIO

TB PARU PADA PASIEN HIV-AIDS


dr. Muhammad Shiddiq
KASUS
Nama Lengkap : Tn. Y
No. CM : 059457

Tanggal Lahir : Umur :41 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jalan Karya Bakti,


No. Telepon :
Gg. Karya Bakti III
Pekerjaan : Swasta Status: Menikah

Pendidikan : SMP Suku : Melayu Agama : Islam

Tanggal Masuk: 25 Oktober 2016 pk. 06.49 WIB


Anamnesis
Sesak memberat,
batuk berdahak,
2 bulan malaise
1 Hari
SMRS SMRS

1 Minggu MRS
Malaise, nafsu
makan turun,
SMRS
demam ringan, Badan semakin
batuk, sesak lemah, tidak dapat
bangun, sesak

Riwayat keluhan serupa sebelumnya disangkal.


Pengguna obat terlarang, riwayat alkohol (+)
Umum : Abdomen :
Keadaan umum : compos mentis Nyeri ulu hati
Kulit : Alat kelamin :
Tidak ada keluhan Normal, tidak ada keluhan
Kepala dan leher: Ginjal dan saluran kencing :
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Mata: Hematologi:
Tidak ada keluhan Abnormal
Telinga: Endokrin/metabolik:
Tidak ada keluhan Penurunan berat badan dan
penurunan nafsu makan
Hidung: Muskuloskeletal :
Tidak ada keluhan Normal
Mulut dan Tenggorokan: Sistem saraf:
Batuk berdahak Tidak ada keluhan
Pernapasan : Emosi :
Sesak napas Sulit dinilai
Jantung : Vaskuler :
Tidak ada keluhan Pucat (+)
Pemeriksaan Fisik
Kulit : ikterik (-), sianosis (-), dekubitus (-)
Kepala : bentuk tidak ada kelainan, simetris, dan nyeri tekan (-)
Mata : konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-),
pupil isokor ø 3mm
Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan tragus (-/-)
Hidung : sekret (-/-), deviasi septum (-), epistaksis (-/-)
Mulut : bibir sianosis (-), lidah kotor (+)
Leher : pembesaran limfonodi (+), kaku kuduk (-), distensi
vena jugular (-), deviasi trakea (-)
Jantung
•Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
•Palpasi : iktus kordis teraba di ICS5, 1 jari medial LCS
•Perkusi : dalam batas normal (tidak ada pembesaran jantung)
•Auskultasi : bunyi jantung I/II normal, murmur (-), gallop (-),
Abdomen
•Inspeksi : distensi (-), venektasi (-), massa (-)
•Palpasi : soepel, nyeri tekan (+) di regio epigastrium
hepar teraba 2 jari bawah arcus costae, lien schfner I
•Perkusi : timpani, pekak hati (+), pekak beralih (-)
•Auskultasi : bising usus normal (4-6 x/menit)
Ekstremitas
•Inspeksi : Edema (-), sianosis (-), jari tabuh (-), CRT< 2
•Palpasi : pitting edema (-), tumor (-), hematom (-)
Status Lokalis

Torak :
bentuk dada normal (rasio AP : lateral = 3 : 1), retraksi dinding
dada (-), tanda trauma (-), tumor (-), sikatriks (-), hematom (-)
Paru
•Inspeksi : statis : simetris
dinamis : gerakan simetris,
•Palpasi : stem fremitus mengeras, kanan = kiri
•Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
•Auskultasi :bunyi napas pokok : vesikuler kanan dan kiri
bunyi tambahan ronki basah kasar (+/+) di
seluruh paru kanan dan kiri , wheezing (+/+)
di lapang paru kanan dan kiri
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Darah rutin
Hb : 5,0 g/dL (10-16 g/dl)
Ht : 14,3 % (37%-43%)
Leukosit : 1.800/µL (5.000-10.000/ul)
Trombosit : 169.000 /µL (150.000-400.000/ul)
Kimia darah
GDS : 85 mg/dl (70-150 mg/dl)
SGOT : 179,1 U/I (<50 u/l)
SGPT : 48,9 U/I (<50 u/l)
Ureum : 175,4 mg/dl (18-55 mg/dl)
Kreatinin : 2,63 mg/dl (0,7-1,3 mg/dl)
LED : 100 mm/1 jam (0-15)
Anti HIV : reaktif
Diagnosis

Diagnosis Kerja : TB Paru dengan HIV

Diagnosis Banding : 1. Bronkopneumonia


2. Pneumositis Carinii Pneumonia
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa :
 Edukasi pasien dan keluarga
 Tirah baring
 Terapi nutrisi
 Terapi cairan NaCl 0,9%
 Transfusi WBC
Medikamentosa :
 Ceftriaxone 1 gram/ 12 jam IV
 Ranitidin 50 mg/ 12 jam IV
 Ondansentron 4 mg/ 12 jam IV
 Ambroksol 3 x 30 mg PO
Usulan Pemeriksaan
Lanjutan

1. Rujuk ke RS dengan dokter spesialis paru


2. Pemeriksaan BTA S-P-S
3. Pemeriksaan kimia darah berkala
4. Pemeriksaan CD4
Prognosis

Ad vitam : dubia ad malam


Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanactionam : dubia ad malam
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOSIS
PATOGENESIS

Kompleks
Droplet Jaringan Sitoplasma
Fokus Ghon primer
nuclei paru makrofag
(Ranke)

1. Sembuh sama sekali


2. Sembuh dengan meninggalkan fibrosis dan kalsifikasi
3. Berkomplikasi
Manifestasi Klinis

Batuk/ Batuk darah

Sesak napas

Nyeri dada

Malaise
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan Radiologis

Tes Tuberkulin
Klasifikasi

Lokasi

Bakteriologi

Keparahan

Riwayat
Diagnosis
Penatalaksanaan

Kategori 1 : 2(HRZE)/4 (HR)3


Kategori 2 : 2(HRZE)/(HRZE)/5(HRE)3
Kategori anak : 2 HRZ/4HR
Pengobatan TB pada Keadaan Khusus

Kelainan hati
HIV Hepatitis akut
kronik
• CD4 <200 • OAT ditunda • Tes Fungsi
• CD4 200-350 • 3SE+6RH Hati
• CD4 >350 • 2RHES/6RH
atau 6HRE
atau 6-9RZE
• 2HES/10HE
• 18-24SE+
floroquinolon
HEPATOTOKSISITAS
OAT
Potensi Hepatotoksisitas OAT

Tinggi Isoniazid, rifampisin, pyrazinamide

Rendah Ethambutol, streptomycin


ISONIAZID

 Sekurang-kurangnya sebanyak 10-20 % pasien dalam kurun waktu 4-6 bulan


masa pengobatan, menderita gangguan hati ringan yang dibuktikan dari
peningkatan kadar SGOT, SGPT dan konsentrasi bilirubin yang sedikit dan
sifatnya sementara.

 Pada sebagian pasien kerusakan hati dapat menjadi progresif dan menyebabkan
hepatitis berat.

 Acetyl hydrazine yang merupakan metabolit INH merupakan zat yang


bertanggungjawab dalam kerusakan hepar.

 Pemberian INH harus dihentikan apabila kadar enzim SGOT meningkat sampai
lima kali nilai normal.
RIFAMPISIN

 Pada 10-15 % pasien yang mengkonsumsi rifampicin dapat terjadi


peningkatan enzim hati yang bersifat sementara pada 8 minggu
pertama masa pengobatan

 Kurang dari 1 % pasien menunjukkan gejala hepatitis imbas obat.

 Insidens lebih tinggi terjadi pada penggunaan rifampisin yang


dikombinasi dengan OAT lainnya, yaitu sekitar kurang dari 4 %
pasien.
PYRAZINAMIDE

 Efek samping utama dari obat ini adalah hepatotoksisitas imbas obat.

 Kerusakan hati terjadi berhubungan dengan dosis yang diberikan dan dapat
terjadi kapanpun selama masa pengobatan.

 Pada penelitian yang dilakukan Centre for Diseases Control (CDC), sekitar 48
kasus hepatotoksisitas imbas obat dilaporkan selama 2 bulan masa pengobatan
rifampisin-pyrazinamide untuk penyakit tuberkulosis laten. 37 pasien
dinyatakan sembuh dan 11 pasien meninggal karena kerusakan hati.
ETHAMBUTOL
 Angka kejadian hepatotoksisitas imbas obat pada pasien yang
mengkonsumsi ethambutol dilaporkan lebih sedikit dibandingkan
dengan ketiga obat di atas.

STREPTOMYCIN
 Angka kejadian hepatotoksisitas imbas obat pada pasien yang
mengkonsumsi streptomycin sampai saat ini belum pernah dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai