Anda di halaman 1dari 74

DERMATOTERAPI

Oleh :
dr. Seniwaty Ismail, Sp. KK, FINSDV

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PENDAHULUAN
Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-
macam cara, ialah :
Cara-cara lain yaitu :
 Topikal •Radioterapi
 Sistemik •Sinar ultraviolet
 Intralesi •Pengobatan laser
•Krioterapi
•Bedah listrik
•Bedah scalpel
PENGOBATAN TOPIKAL
Kegunaan dan khasiat pengobatan topical
didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat-obat
yang diaplikasi diatas kulit yang sakit . pengaruh
fisik antara lain mengeringkan, membasahi
(hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan,
memanaskan, dan melindungi (proteksi) dari
pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu
bermaksud untuk mengadakan homeostasis,
yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan
jaringan disekitarnya ke keadaan fisiologik stabil
secepat-cepatnya.
Preparat-preparat topical yang mempunyai khasiat
kimiawi yang spesifik terhadap organisme dikulit
atau terhadap kulit itu sendiri. Secara ideal maka
pemberian obat topical harus berkhasiat fisis
maupun kimiawi. Prinsip obat topical secara
umum terdiri atas 2 bagian :

 Bahan dasar (vehikulum)


 Bahan aktif
Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal
merupakan langkah awal dan terpenting yang
harus diambil pada pengobatan penyakit kulit.
Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada
keadaan dermatosis yang membasah dipakai
bahan dasar yang cair/basah, misalnya kompres;
dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar
padat/kering, misalnya salep. Secara sederhana
bahan dasar dibagi menjadi :

 Cairan
 Bedah
 Salap

BAHAN DASAR (VEHIKULUM)


Disamping itu ada 2 campuran atau lebih
bahan dasar, yaitu :

 Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cair


dan bedak
 Krim, yaitu campuran cairan dan salap
 Pasta, yaitu campuran salap dan bedak
 Linimen (pasta pendinginan), yaitu
campuran, cairan, bedak dan salap
Cairan terdiri atas :
 Solusio artinya larutan dalam air
 Tingtura artinya larutan dalam alcohol

Solisio dibagi dalam :


 Kompres
 Rendam (bath), misalnya rendaman kaki,
rendaman tangan
 Mandi (full bath)
Prinsip pengobatan cairan ialah
membersihkan kulit yang sakit dari debris
(pus, kusta dan sebagainya) dan sisa-sisa
obat topikal yang pernah dipakai. Terjadi
perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan
pustula.

Hasil akhir pengobatan ialah keadaan yang


membasah menjadi kering, permukaan
menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak
dapat tumbuh dan mulai terjadi proses
epitelisasi. Pengobatan cairan berguna juga
untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa
gatal, rasa terbakar, parestesi oleh bermacam-
macam dermatosis.
Harus diingat bahwa pengobatan dengan
cairan dapat menyebabkan kulit menjadi
terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus
dipantau secara teliti, kalau keadaan sudah
mulai kering pemakaiannya dikurangi dan
kalau perlu dihentikan diganti dengan bentuk
pengobatan. Cara kompres lebih disukai dari
pada cara rendam dan mandi, karena pada
kompres terdapat pendingin dengan adanya
penguapan, sedangkan pada rendam dan
mandi terjadi proses maserasi.
Dikenal 2 macam cara kompres yaitu :

 Kompres terbuka dasar


 Kompres tertutup = kompres
impermeabel
Kompres tertutup = kompres
impermeabel

 Dasar
Vasodilatasi, bukan untuk penguapan
 Indikasi
Kelaian yang dalam, misalnya
limfogranuloma venerium
 Cara
Digunakan pembalut tebal dan ditutup
dengan bahan impermeabel, misalnya
selofan atau plastik.
Kompres terbuka dasar
Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi
eksudat atau pus.

Indikasi
 Dermatosis madidans
 Infeksi kulit dengan eritema yang mencolok,
misalnya erysipelas
 Ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta
 Kulit yang semula eksudatif menjadi kering
 Permukaan kulit menjadi dingin
 Vasokonstriksi
 Eritema berkurang
 Cara
Digunakan kain kasa yang bersifat
absorben dan non-iritasi serta tidak terlalu
tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat,
tidak perlu steril, dan jangan menggunakan
kapas karena lekat dan menghambat
penguapan.
Kasa dicelup kedalam cairan kompres,
lalu diblutkan dan didiamkan, biasanya sehari
dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan
sampai terjadi maserasi. Bila kering
dibasahkan lagi. Daerah yang dikompres
luasnya 1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi
pendinginan.
Bedak
 Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat
lapisan tipis dikulit yang tidak melekat erat
sehingga penetrasinya sedikit sekali.

Efek bedak ialah :


 Mendinginkan
 Antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek
vasokonstriksi
 Anti-pruritus lemah
 Mengurangi pergeseran pada kulit yang
berlipat (intertrigo)
 Proteksi mekanis
Yang diharapkan dari bedak terutama ialah
efek fisis. Bahan dasarnya ialah talcum
venetum. Biasanya bedak dicampur
dengan seng oksida, zat ini bersifat
mengabsorbsi air dan sebum, astrigen,
antiseptik lemah dan antipruritus lemah
Indikasi pemberian bedak ialah :
 Dermatosis yang kering dan superficial
 Mempertahankan vesikel/bula agar tidak
pecah, mislanya pada varisela dan herpes
zoster

Kontraindikasi
 Dermatitis yang basah, dengan infeksi
sekunder.
Salap

Salap ialah bahan berlemak atau seperti lemak,


yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti
mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi
ada pula lanolin atau minyak
Indikasi pemberian salap ialah :

 Dermatosis yang dalam dan kronik,


karena daya penetrasi salap paling kuat
jika dibandingkan dengan bahan dasar
lainnya.
 Dermatosis yang bersisik dan berkrusta .
kontraindikasi ialah : dermatitis
madidans. Jika kelainan kulit terdapat
pada bagian badan yang berambt,
penggunaan salap tidak dianjurkan
jangan dipakai seluruh tubuh.
 Bedah kocok terdiri atas camouran air dan
bedak, yang biasanya ditambah dengan
gliserin sebagai bahan perekat. Supaya
bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat
menjadi kering, maka jumlah zat padat
maksimal 40% jumlah gliserin 10-15%.
Hal ini bila beberapa zat aktif padat
ditambahkan, maka presentase terbut
jangan dilampaui.

Next
Indikasi bedak kocok ialah :
 Dermatosis yang kering, superfisialdan
agak luas, yang diinginkan ialah sedikit
penetrasi
 Pada keadaan subakut.
Kontraindikasi
 Dermatitis madidans
 Daerah bahan yang berambut
Krim ialah campuran W (water,air), O(oil,
minyak) dan emulgator.

Krim ada 2 jenis :


 Krim W/O : air merupakan fase dalam
dan minyak fase luar
 Krim O/W : minyak merupakan fase
dalam dan air fase luar

KRIM
Inidikasi penggunaan krim ialah :
 Indikasi kosmetik
 Dermatosis yang subakut dan luas, yang
dikehendaki ialah penetrasi yang lebih
besar daripada bedak kocok.
 Krim boleh digunakan didaerah yang
berambut

Kontraindikasi ialah dermatitis madidans


Pasta ialah campuran homogen bedak dan
vaselin. Pasta bersifat protektif dan
mengeringkan.

Indikasi penggunaan pasta ialah dermatitis


yang agak basah.

Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif


dan daerah yang berambut. Untuk daerah
genital eksterna dan lipatan-lipatan badan
pasta tidak dianjurkan karena terlallu
melekat.

PASTA
Linimen atau pasta pendingin ialah
campuran airan, bedak dan salep.

Indikasi : dermatosis yang subakut

Kontraindikasi : dermatosis madidans

LINIMEN
Gel sediaan hidrokoloid hidrofilik berupa
suspense yang dibuat dari senyawa
organik. Zat untuk membuat gel
diantaranya karbomer, metiselulosa,
tragakan. Bila zat-zat tersebut dicampur
dengan air dengan perbandingan
tertentu akan terbentuk gel. Karbomer
akan membuat gel menjadi sangat jernih
dan halus

GEL
Gel segara mencair, jika berkontak dengan
kulit dan membentuk satu lapisan.
Absorbsi perikutan lebih baik daripada
krim.

GEL
BAHAN AKTIF
Obat topikal selain faktor vehikulum, juga
faktor bahan aktif yang dimasukkan kedalam
vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu
yang sesuai untuk pengobatan topikal. Khasiat
bahan aktif topikal dipengaruhi keadaan fisiko-
kimia permukaan kulit, disamping komposisi
formulasi zat yang dipakai.

NEXT..
Dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum.
Bahan aktif dapat berinteraksi satu sama lain. Yang
penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu
dapat tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat
yang sifatnya O.T.T ( obat tidak tercampurkan)

Asam salisilat, dapat bercampur dengan asam


benzoate atau ter, resoriniol tidak tercampurkan
dengan yodium,garam,besi atau bahan yang bersifat
oksidator.
Penetrasi bahn aktif melalui kulit dipengaruhi oleh
beberapa faktor termasuk konsentrasi
oba,kelarutannya dalm vehikulum,besar
partikel,viskositas,dan efek vehikulum
terhadap kulit.
Aliminium asetat
Contohnya ialah larutan burowi yang
mengandung aluminium astetat 5%. Efeknya
aialah astigen dan anti septic ringan digunakan
sebagai kompres di encerkan 1:10
Asam asetat

Di pakai sebagai larutan 5% untuk kompres


bersifat antiseptic infeksi pseudomonas
Asam benzoat
Sifat antiseptif terutama fungisidal salep whitefield
konsentrasi 5%.
A.A.V yang penyakit jamur salep tersebut berisi
asam salisilat 6% dan asam benzoate 12 %.
A.A.V berisi asam salisilat 3% dan asam benzoate
6%.
Asam borat
konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai
sebagai bedak, kompres salap efek antiseptiknya
sangat sedikit bersifat toksik, terutama pada kelainan
yang erosive terlebih-lebih pada bayi.
Asam Salisilat
Zat keratolitik efeknya ialah mengurangi
proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang
terganggu.Asam salisil 3%-5% bersifat mempertinggi
absorbs per kutan zat-zat aktif.
Konsentrasi rendah (1-2%) mempunyai efek
keratoplastik, yaitu menunjang pembentukan
keratinyang baru.
Konsentrasi tinggi (3-20%) bersifat keratolitik dan
dipakai untuk keadaan dermatosis yang
hiperkeratotik.
Konsentrasi sangat tinggi (40%)dipakai untuk
kelainan-kelainan yang dalam, kalus dan veruka
plantaris bersifat antiseptik untuk dermatitis
eksudatif.
Asam undersilent
Bersifat antimikotik konsentrasi 5% dalam salap atau
krim. Dicampur dengan garam seng (Zn
undecylenic)20%
Asem vit. A (tretinon, asam
retinoat)

Efek
•Memperbaikikeratinisasi menjadi normal, jika
terjadi gangguan
•Meningkatkan sintesis D.N.A dalam epithelium
germinatif
•Meningkatkan laju mitosis
•Menebalkan stratum granulosum
Menormalkan parakeratosis
Indikasi
•Penyakit dengan sumbatan folikular
•Penyakit dengan hiperkeratosis
•Pada proses menua kulit akibat sinar
matahari
Benzokain
Bersifat anesthesia. Konsentrasinya - 5 % tidak
larut dalam air, lebih larut dalam minyak (1:35)
lebih larut lagi dalam alcohol. Sering
menyebabkan sensitisasi
Benzil benzoat
Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid.
Sebagai emulsi dengan konsentrasi 20% atau 25%.
Comphora

Konsentrasinya 1-2%. Bersifat antiprutitus


berdasarkan penguapa sehingga terjadi pendnginan.
Dapat dimasukkan kedlaam bedak bedak kocok yang
mengandung alkohol agar dapat larut dapat larut.
Dipakai dalam salap dank krim.
Kortikosteroid topikal
Tahun 1952 sulzberger dan witten. KS mempunyai khasiat
yang sangat yang sangat luas, yaitu : anti inflamasi, anti
alergi, anti pruritus, anti mitotic, dan vasokonstriksi.

Penggolongan
Kortikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar,
diantaranya berdasarkan anti-inflamasi dan antimitotik.
Golongan 1 yang paling kuat daya anti-inflamasi dan anti-
mitotiknya (seuperpoten); sebaliknya golongan VII yang
terlemah (potensi lemah).
KLASIFIKASI NAMA DAGANG NAMA GENERIK
Golongan 1 : (super poten) Diprolence ointment 0,05% betamethasone dipropionate
Diprolene AF CREAM
Psorcon ointment 0,05% diflorasone diacetat
Temovate ointment 0,05% clobetasol proprionat
Temovate cream
Ultravate ointment 0,05% halobetasol proprionate
Ultravate cream

Golongan II : (potensi tinggi) Cyclocort ointment 0,1 % amcinonide


Diprosone ointment 0,05% betamethasone diproprionate
Elocon ointment 0,01% mometasone fuorate
Florone ointment 0,05% diflorasone diacetate
Halog ointment 0,01 % halcinonide
Halog cream
Halog solution
Lidex ointment 0,05% fluocinonide
Lidex cream
Lidex gel
Lidex solution
Maxiflor ointment 0,05% diflorasone diacetate
Maxivate ointment 0,05% betametasone diproprionate
Maxivate cream
Topicort ointment 0,25% desoximetasone
Topicort cream
KLASIFIKASI NAMA DAGANG NAMA GENERIK

Golongan III : Artistocort A Ointment 1,0 % tramcinolone acetonide

(potensi tinggi) Cutivate ointment 0,005% fluticasone propionate


Cyclocort cream 0,1% amcinonide
Cyclocort lotion
Diprosone cream 0,05% betametasone dipropionate

Flurone cream 0,05% diflorosone diacetate

Lidex E cream 0,05% fluocinonide

Maxiflor cream 0,05% diflorosone diacetate


Maxiflor lotion 0,05% betametasone dipropionate
0,05% desoximetasone
Topicort LP cream
0,01% betamethasone valerate
Valisone ointment
KLASIFIKASI NAMA DAGANG NAMA GENERIK
Golongan IV: Aristocort oinment 0,1 % triamcinolone acetoninide
Cordran ointment 0,05% flurandrenolide
(potensi medium) 0,1 % mometasone furoate
Elocon cream
Elocon lotion
Kenalog ointment 0,1 % triamcinolone acetoninide
Kenalog cream
Synalar ointment 0,025% flocinolone acetonide
Westcort ointment 0,2 % hydrocortisone valerate

Golongan V : Cordran cream 0,05% flurandrenolide

(potensi medium) Cutive cream 0,05% fluticasone propionate


Dermatop cream 0,1% prednicarbate
Diprosone lotion 0,05 % betamethasone dipropionate
Kenalog lotion 0,1% triamcinolone acetoninide
Locoid ointment 0,1% hydrocortisone butyrate
Locoid cream
Synalar cream 0,025% flocinolone acetonide
Tridesilon ointment 0,05 % desonide
Valisone cream 0,1% betamethasone valerate
Westcort cream 0,2% hydrocortisone valerate
KLASIFIKASI NAMA DAGANG NAMA GENERIK
Golongan VI : Aclovate ointment 0,05% aclometasone

(potensi medium) Aclovate cream


Aristocort oinment 0,1 % triamcinolone acetoninide
DesOwen cream 0,05% desonide
Kenalog cream 0,25% triamcinolone acetoninide
Kenalog lotion
Locoid solution 0,1% hydrocortisone butyrate
Synalar solution
Tridesilon cream 0,05% desonide
Valisone lotion 0,01% betamethasone valerate

Golongan VII : (potensi Obat topikal dengan hidrokortison, deksametason,


lemah) glumetalon, prednisolon, dan metilprednisolon
Indikasi
 Kortikosteroid Topikal dengan potensi kuat
belum tentu merupakan obat pilihan untuk
suatu penyakit kulit (MARKS, 1985). Harus
selalu diingat bahwa K.T ialah bersifat paliatif
dan supresif terhadap penyakit kulit dan
bukan merupakan pengobatan kausal.
 Dermatosis yang responsif dengan K.T ialah
psoriasis, dermatitis atopik, dermatitis
seboroik, neurodermatitis sirkumskripta,
dermatitis numularis, dermatitis statis,
dermatitis venenata, dermatitis
intertriginosa, dan dermatitis solaris
(fotodermatitis).
 Dermatosis yang kurang resonsif ialah lupus
eritematous diskoid, psoriasis di telapak tangan
dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum,
vetiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken
planus, pemfigoid, eksantema fikstum.
 Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid
intralesi adalah keloid, jaringan parut hipertrofik,
alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis,
morfea, dermatitis dengan likenifikasi, liken
amiloidosis, dan vitiligo ( sebagian responsif).
Pemilihan Jenis K.T

Dipilih K.T yang sesuai aman, efek samping


sedikit dan harga murah, disamping itu ada
beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan,
yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum,
kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit,
luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi, dan
lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan
umur penderita.
Aplikasi klinis
A. Cara Aplikasi
Pemakaian salep 2-3 x/hari sampai penyakit
tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan
adanya gejala takifilaksis.

Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit


terhadap glukokortikoid karena pemberian
obat yang berulang-ulang, berupa toleransi
akut yang berarti efek vasokonstriksinya
akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari efek vasokonstriksi akan
timbul kembali dan akan menghilang lagi
bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.
B. Lama pemakaian steroid topikal

Lama pemakaian steroid topikal


sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu
untuk steroid potensi lemah dan tidak
lebih dari 2 minggu untuk potensi
kuat.
Efek samping

 Penggunaan K.T yang lama dan


berlebihan
 Penggunaan K.T dengan potensi kuat atau
sangat kuat atau penggunaan secara
oklusif.
 Harus diingat bahwa makin tinggi potensi
K.T, makin cepat terjadi efek samping.
Gejala efek samping:
 Atrofi
 Strie atrofise
 Telengiektasis
 Purpura
 Dermatosis akneformis
 Hipertrikosis setempat
 Hipopigmentasi
 Dermatitis perioral
 Menghambat penyembuhan ulkus
 Infeksi mudah terjadi dan meluas
 Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur
Pencegahan efek samping
 Dosis yang dianjurkan ialah jangan melebihi 30
gram sehari tanpa oklusi. Pada bayi kulit masih
tipis, hendaknya dipakai K.T yang lemah. Pada
kelainan subakut digunakan K.T sedang jika
kelainan kronis dan tebal dipakai K.T kuat. Bila
telah membalik pengolesan dikurangi.
 Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan
melebihi 12 jam sehari dan pemakaiannya
terbatas pada lesi yang resisten.
 Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah
digunakan K.T lemah/sedang K.T jangan
digunakan untuk infeksi virus, dan skabies.
 Disekitar mata hendaknya berhati-hati untuk
menghindari timbulnya glaukoma dan katarak.
Mentol

Bersifat antipruritik seperti comphora.


Konsentrasinya ¼-2%
Podofilin

Damar podofilin digunakan dengan


konsentrasi 25% sebagai tingtur untuk
kondiloma akuminatum. Setelah 4-6 jam
hendaknya dicuci.
Selenium disulfid

Sebagai sampo 1% untuk dermatitis


seboroik pada kepala dan tinea versikolor.
Sulfur

 Bersifat antiseboroik, anti-akne, antiskabies,


antibakteri positif. Gram dan antijamur. Yang
digunakan ialah sulfur presipitatum (belerang
endap) berupa bubuk kuning kehijauan.
Biasanya dipakai dalam konsentrasi 4-20%.
 Dapat digunakan dalam pasta, krim,salep
dan bedak kocok. Contoh dalam salep ialah
salep 2-4. Sedangkan bedak kocok ialah losio
Kummerferdi dipakai untuk akne.
TER

Hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan fosil.


Yang berasal dari batubara, misalnya likuour
karbonis detergens. Yang berasal dari kayu,
misalnyavoleum kadini dan oleum ruski. Contoh
yang berasal dari fosil ialah iktiol.
 Preparat ter yang sering kami gunakan ialah likuor
karbonis detergens karena tidak berwarna hitam dan tidak
begitu berbau. Konsentrasi 2-5 %. Efeknya antipruritus,
anti radang, antiekzem, antiakantosis keratoplastik, dapat
digunakan untuk psoriasis dan dermatitis kronik dalam
salep. Jika terdapat lesi yang universal, misalnya pada
psoriasis, tidak boleh dioleskan di seluruh lesi karena akan
diabsorbsi dan memberi efek toksik terhadap ginjal. Cara
pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari I : kepala dan
eksremitas atas, hari II : batang tubuh dan hari III
eksremitas bawah.
 Efek sampingnya terdapat adanya reaksi fototoksik,
folikulitis, dan ter akne. Efek karsinogen pada pemakaian
lama. Dalam waktu yang singkat efek samping ini tidak
pernah terjadi.
Urea

Konsentrasi 10 % dalam krim mempunyai


efek sebagai emolien, dapat dipakai untuk
iktiosis atau xerosis kutis. Pada konsentrasi
40% melarutkan protein.
Zat antiseptik

Zat-zat antiseptik lebih disukai dalam


bidang dermatologi daripada zat antibiotik,
sebab dengan memakai zat antiseptik
persoalan resistensi terhadap antibiotik
dapat dihindarkan.
Golongan antiseptik :
 Alkohol
 Fenol
 Halogen
 Zat-zat pengoksidasi
 Senyawa logam berat
 Zat warna
A. Golongan alkohol
Etanol 70% mempunyai potensi antiseptik yang
optimal. Efek sampingnya menyebabkan kulit menjadi
kering.

B. Golongan fenol
 Fenol : pada konsetrasi tinggi misalnya fenol likuifaktum
yang berkonsetrasi jenuh mempunyai efek kaustik,
sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat bakterostatik
dan antipruritik (1/2-1%)
 Timol: bersifat desinfektan pada konsetrasi 0,5 % dalam
bentuk tingtur.
 Resorsinol: efeknya ialah antibakterial, antimikotik
,keratolitik , antiseboroik , konsetrasi 2-3%.
 Heksaklorofen : senyawa ini mengandung klor. Bersifat
bakteriostatik. Larutan heksaklorofen 3% berkhasiat
terhadap kuman positif-Gram.
C. Golongan Halogen
Yodium. Bersifat bakteriostatik,
misalnya pada tingtur yodium dan lugol.
Tingtur yodium berwarna coklat, dapat
menyebabkan iritasi, vesikulasi kulit, dan
deskuamasi. Khasiat antibakterial dan
antimikotik dengan konsetrasi 1%.
D.Zat pengoksidasi
 Zat pegoksidasi dipakai sebagai desinfektan
pada dermato-terapi topikal.
1. Pemanganas kalikus
Efek antiseptik lemah dalam larutan
encer dalam air. Pada konsentrasi tinggi
bersifat astingen dan kaustik. Dipakai sebagai
kompres terbuka (1:10.000) untuk dermatosis
yang akut dan eksudatif. Untuk ulkus yang
eksudatif dapat dipakai konsetrasi 1:5000.
2. Benzoil-peroksid
Zat pengoksidasi kuat pada
konsentrasi 2,5-10%. Bersifat antiseptik,
merangsang jaringan granulasi dan bersifat
keratoplastik. Efek samping: kadang-
kadang terjadi alergi dan memutihkan
pakaian.
E. Senyawa logam berat
1. Merkuri
Sekarang tidak dipakai lagi karena sensitisasi garam-
garam merkuri.

2. Perak
A. Larutan perak nitrat
Perak nitrat berbentuk kristal putih, mudah larut
dalam air, warna perak nitral berubah menjadi hitam
bila terkena sinar matahari, karena itu harus
disimpan dalam botol berwarna gelap.

Larutan perak nitrat kami pakai untuk ulkus yang disertai


pus yang disebabkan oleh kuman negatif-Gram.
Konsentrasinya 0,5 % atau 0,25% bersifat antiseptik dan
astringen. Kompres ini mewarnai kulit, tetapi akan hilang
sendiri perlahan-lahan. Konsentrasi 1% untuk dermatitis
eksudatif. Konsentrasi 20% bersifat kaustik dipakai pada
ulkus dengan hipergranulasi. Caranya ditutul dengan lidi
dan kapas sehari sekali. Kulit disekitarnya tidak boleh
terkena karena akan rusak.
B. Sulfadiazin perak
Sulfadiazin perak dipakai untuk
pengobatan luka bakar, nekrolisis epidermal
toksik.
Kerjanya sebagai antiseptik
berdasarkan gugus sulfa dan gugus
peraknya. Sulfa berkhasiat untuk kuman
positif kuman positif-Gram, sedangkan
perak bersifat astringen dan untuk kuman
negatif-Gram. Konsentrasi 1% dalam krim.
Zat warna

Efeknya ialah astrinogen dan antiseptik.


Misalnya :
 Zat warna akridin, umpamanya akridin laktat
(rivanol) dipakai untuk kompres dengan
konsentrasi 1%, juga bersifat deodoran.
 Metil rosalinin klorida atau gentian violet,
dipakai dalam konsentrasi 0,1-1% dalam air.
Zat ini juga mempunyai efek antimikroba
terhadap Candida albicans, didaerah
intertrigo atau anogenital.
OBAT IMUNOMODULATOR TOPIKAL

 Salah satu obat imunomodulator adalah takrolimus (TKL)


suatu calcinerin inhitors (CnLs) yaitu suatu makrolactam
yang pertama-tama diisolasi dari streptomyces.
 Formulasi topikal mempunyai konsetrasi 0,03% dan 0,1%
dalam bentuk salep.
 TKL terutama diindikasikan untuk dermatitis atopik. TKL
tidak menyebabkan atrofi kulit dan tidak berpengaruh pada
sintesis kolagen kulit.
 Pimekrolimus adalah derivat gugusan asli ascomycin yang
semula diisolasi dari hasil fermentasi S. Higroscopicus
ascomyticus . Pimekrolimus diformulasikan dalam bentuk
krim 0,1%, 0,6%. Dan 1,0%.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai