Anda di halaman 1dari 17

ANALISA PENCEMARAN

LINGKUNGAN

DR.Malik Saepudin, SKM, M.Kes


MENGENAL GANGGUAN
KES. AKIBAT LINGK
 Kelompok penderita akut jumlahnya relatif sedikit, memiliki gejala klinik jelas,
perlu tindakan segera dan sering diklasifikasikan sebagai kecelakaan. Misalnya,
penderita keracunan pestisida dosis besar, keracunan makanan, kecelakaan lalu
lintas, dan atau penderita “demam” typhus serta penyakit menular lainnya.
 Kelompok penderita subklinik jumlahnya relatif banyak, memiliki gejala klinik
tidak jelas namun memiliki tanda (indicator) laboratorium khas, sering
dihubungkan dengan penyakit yang diperoleh dari tempat pekerjaan. Contoh :
keracunan Pestisida tingkat sedang pada para petani, Anemia pada pekerja
pompa bensin, peningkatan kadar Cohb darah pada polisi lalu lintas dan lain-
lain.
 Kelompok penderita dengan gejala samar ; jumlahnya amat besar, gejalanya
tidak khas baik secara klinik maupun laboratorik, akibat pemaparan pada
komponen lingkungan dalam intensius rendah atau dosis kecil. Misalnya
sekelompok orang yang mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan
pewarna sintetis berbahaya, pestisida dan lain-lain, dalam dosis kecil. Kelompok
penderita dengan gejala samar ini, dapat berkembang menjadi gangguan
kesehatan lain, misalnya kanker (carcinogenic).
Piramida Penderita Penyakit
Akibat Lingkungan.

 AKUT

 SUB KLINIK

 SAMAR
MENGENAL SIFAT MASLAH
LINGKUNGAN

 Pertumbuhan dan Persebaran Penduduk


 Pemukiman padat penduduk diperkotaan
memiliki masalah kesehatan lingkungan yang
besar.
 Kebijakan (Policy) Para Pengambil Keputusan
 Mentalitas dan Perilaku Masyarakat
 Kemampuan Alam Untuk Pengendalian
Pencemaran
Pertumbuhan dan Persebaran
Penduduk

 Masalah kesehatan lingkungan cendrung timbul pada


daerah padat, persatuan area, misalnya daerah
perkotaan.
 Pertumbuhan penduduk dalam satu wilayah dengan
kecendrungan peningkatan penggunaan energi dan
kegiatan dapat memperburuk kondisi lingkungan.
 Penduduk dalam jumlah besar dalam suatu waktu
dalam satu area sempit yang terkumpul misalnya
perkemahan dan pengungsian cendrung kumuh.
Pemukiman padat penduduk diperkotaan memiliki
masalah kesehatan lingkungan yang besar.
 Pemukiman padat penduduk diperkotaan memiliki
masalah kesehatan lingkungan yang besar.
Kebijakan (Policy) Para
Pengambil Keputusan

 Kebijakan sebagai “kekuatan” suprasistem dapat


mempengaruhi baik buruknya masalah kesehatan
lingkungan.
 contoh misalnya kebijakan penggunaan tetraethyl
lead untuk campuran bahan bakar bensin. Memang
tanpa T.E.L tersebut kita masih dapat menggunakan
bensin, namun penggunaan bensin, yang
mengandung timah hitam tersebut dapat
menimbulkan masalah kesehatan lingkungan.
 Tetraethyl lead dikenal sebagai bahan pencemar
yang berbahaya.
 Maka kebijakan yang dapat mengatasi masalah
kesehatan lingkungan secara suprasistem amat
diperlukan.
Mentalitas dan Perilaku
Masyarakat
 Kesehatan lingkungan dipengaruhi oleh perilaku
masyarakat baik perilaku sebagai penentu kebijakan
maupun sebagai kelompok akibat.
 Perilaku bersumber pada mentalitas.
 Sebagai contoh perilaku membuang sampah dan
atau limbah disungai sungai perkotaan.
 Pada hakikatnya penduduk kota besar seperti Jakarta
sebagian besar adalah “penduduk pedesaan” dari
berbagai pelosok tanah air, yang masih melestarikan
kebiasaan desa yang mungkin masih dapat dilakukan
di desa, tetapi tidak di kota.
Kemampuan Alam Untuk
Pengendalian Pencemaran

 Alam memiliki kemampuan membersihkan


kejadian pencemaran seperti arah dan
kecepatan angin, curah hujan, kelembaban,
dan lain-lain.
 Indonesia yang berada pada daerah tropis,
memiliki sejumlah kemampuan alam untuk
mengendalikan masalah pencemarasn
lingkungan.
SIFAT MASALAH KES.LINGK

Dimensi Lintas
Batas
Dimensi

Variabilitas
Dimensi Lintas Batas

 Meliputi lintas batas geografis, lintas disiplin


(transdisiplin) atau lintas sector, oleh sebab
itu, pemecahan masalah kesehatan
lingkungan seyogyanya memperhatikan
dimensi lintas batas ini.
 Idealnya masalah kesehatan lingkungan
memang dipecahkan melalui pendekatan
supra system atau kerja sama lintas sector.
Contoh Kasus pencemaran udara perkotaan
bersumber pada transportasi.

 Pemecahan problematic simpuh A, wewenang


pengatur kebijakan sistem transportasi dan
energi.
 Sedang simpul B merupakan wewenang
sector pengatur jalan raya. Masalah
pencemaran udara juga berkaitan dengan
tata ruang atau kota.
 Sudah barang tentu akibat yang ditimbulkan
merupakan keprihatinan Kemnterian
Kesehatan.
Contoh Kasus: sungai ciliwung
 Daerah hulu wewenang pemd. Jawa
Barat,
 Daerah Hilir milik Pemd DKI Jakarta.
 Pembangunan DAM atau bendungan
dapat menimbulkan peningkatan
prevalensi beberapa penyakit-penyakit
parasi
Dimensi Variabilitas

 Variabilitas kelompok,
 variabilitas geograpis,

 Variabilitas waktu
VARIABILITAS KELOMPOK
 Dampak komponen lingkungan satu
kelompok membentuk sama dengan
dampak pada kelompok lain.
 Ada kelompok yang akan terlebih dulu
terkena, bahan pencemar tertentu
dalam dosis dan waktu tertentu.
VARIABILITAS GEOGRAFIS
 Proyek Samijaga misalnya tidak
bisa diterapkan pada semua
daerah
 Unsur Variabilitas geografis

sangat menetukan
Variabilitas waktu.
 Konsentrasi bahan pencemar pada tingkat
ambient selalu berfluktuasi (naik turun).
 Keadaan itu kadang menyulitkan pembuktian
masalah peradilan pencemaran.
 Pagi hari terlihat banyak ikan mati, begitu
mengambil alat pengukur siang harinya,
konsentrasi bahan pencemar yang diduga
menyebablan kematian ikan, sudah menjadi
normal.
TIM/2000

Anda mungkin juga menyukai