Anda di halaman 1dari 20

* Askep pembedahan

kranial
Definisi

Kraniotomi atau pembedahan intracranial adalah


pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intracranial. Prosedur
ini dilakukan untuk menghilangkan tumor, mengurangi
TIK ( tekanan intra cranial ), mengevakuasi bekuan darah
dan mengontrol hemoragi. ( Brunner and Suddart )
Etiologi
Penyebab cedera kepala ada 2 :

* Bersifat terbuka : Bersifat menembus melalui dura meter


( peluru, pisau )

* Bersifat tertutup : Trauma tumpul, tanpa penetrasi


menembus dura ( kecelakaan lalu lintas, jatuh. dan cedera
olahraga.)
Patofisiologi
Trauma kepala dapat terjadi karena cedera kulit kepala,
tulang kepala, jaringan otak baik sebagian maupun seluruhnya.

Cedera bervariasi dari kulit sederhana sampai geger otak.


Luka terbuka dari tengkorak ditandai kerusakan otak namun luas
tidaknya luka bukan merupakan berat ringannya otak. Tapi
edema otak dan defisit sensorik maupun motorik lah yang
mempengaruhi serta peningkatan tekanan intrakranial.
Pemeriksaan Penunjang

1. Rontgen foto tengkorak 3 posisi: menilai ada


tidaknya fraktur

2. CT Scan kepala: menilai ada tidaknya perdarahan,


edema serebri dan kelainan morfologi lain (bila
memungkinkan)

3. Darah rutin dan pemeriksaan lain sesuai indikasi


Penatalaksaan
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA RINGAN (GCS 13–15)

* Observasi atau dirawat di rumah sakit bila CT Scan tidak ada atau hasil CT Scan
abnormal, semua cedera tembus, riwayat hilang kesadaran, sakit kepala sedang–berat,
pasien dengan intoksikasi alkohol/obat-obatan, fraktur tengkorak, rinorea-otorea, cedera
penyerta yang bermakna, tidak ada keluarga yang di rumah, tidak mungkin kembali ke
rumah sakit dengan segera, dan adanya amnesia. Bila tidak memenuhi kriteria rawat maka
pasien dipulangkan dengan diberikan pengertian kemungkinan kembali ke rumah sakit
bila dijumpai tanda-tanda perburukan.

* Observasi tanda vital serta pemeriksaan neurologis secara periodik setiap ½- 2 jam.
* Pemeriksaan CT Scan kepala sangat ideal pada penderita CKR kecuali memang sama
sekali asimtomatik dan pemeriksaan neurologis normal.
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA SEDANG (GCS 9-12)

* Dirawat di rumah sakit untuk observasi, pemeriksaan neurologis secara


periodik.

* Bila kondisi membaik, pasien dipulangkan dan kontrol kembali, bila


kondisi memburuk dilakukan CT Scan ulang dan penatalaksanaan
sesuai protokol cedera kepala berat.
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA BERAT (GCS <= 8)

*Pastikan jalan nafas korban clear (pasang ET), berikan oksigenasi 100% dan jangan banyak memanipulasi gerakan leher
sebelum cedera cervical dapat disingkirkan.

*Berikan cairan secukupnya (ringer laktat/ringer asetat) untuk resusitasi korban agar tetap normovolemia, atasi hipotensi
yang terjadi dan berikan transfusi darah jika Hb kurang dari 10 gr/dl.

*Periksa tanda vital, adanya cedera sistemik di bagian anggota tubuh lain, GCS dan pemeriksaan batang otak secara

periodik.

*Berikan manitol iv dengan dosis 1 gr/kgBB diberikan secepat mungkin pada penderita dengan ancaman herniasi dan

peningkatan TIK yang mencolok.

*Berikan anti edema cerebri: kortikosteroid deksametason 0,5 mg 3×1, furosemide diuretik 1 mg/kg BB tiap 6-12 jam bila
ada edema cerebri, berikan anti perdarahan.

*Berikan obat-obatan neurotonik sebagai obat lini kedua, berikan anti kejang jika penderita kejang, berikan antibiotik dosis
tinggi pada cedera kepala terbuka, rhinorea, otorea.

*Berikan antagonis H2 simetidin, ranitidin iv untuk mencegah perdarahan gastrointestinal.


*Koreksi asidodis laktat dengan natrium bikarbonat.
*Operasi cito pada perkembangan ke arah indikasi operasi.
*Fisioterapi dan rehabilitasi.
PENGKAJIAN
Primery survey (ABCDE) meliputi :

*Airway. Tanda-tanda objektif-sumbatan Airway


-Look (lihat) :Apakah penderita mengalami
agitasi atau kesadarannya menurun.
-Listen (dengar) : adanya suara-suara abnormal.
Pernapasan yang berbunyi (suara napas
tambahan) adalah pernapasan yang tersumbat.
-Feel (raba)
*Breathing. Tanda-tanda objektif-
ventilasi yang tidak adekuat
* Listen (dengar) :adanya pergerakan
udara pada kedua sisi dada
*Gunakan pulse oxymeter : Alat ini
mampu memberikan informasi tentang
saturasi oksigen dan perfusi perifer
penderita
*Look (lihat) :naik turunnya dada yang
simetris dan pergerakan dinding dada
yang adekuat.
* Circulation dengan kontrol perdarahan
* Respon awal tubuh terhadap perdarahan adalah takikardi untuk
mempertahankan cardiac output walaupun stroke volum
menurun
* Selanjutnya akan diikuti oleh penurunan tekanan nadi (tekanan
sistolik-tekanan diastolik)
* Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi,
maka timbullah hipotensi
* Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan
dengan balut tekan pada daerah tersebut
* Ingat, khusus untuk otorrhagia yang tidak membeku, jangan
sumpal MAE (Meatus Akustikus Eksternus) dengan kapas atau kain
kasa, biarkan cairan atau darah mengalir keluar, karena hal ini
membantu mengurangi TTIK (Tekanan Tinggi Intra Kranial)
* Semua cairan yang diberikan harus dihangatkan untuk
menghindari terjadinya koagulopati dan gangguan irama jantung.
* Disability
* GCS setelah resusitasi
* Bentuk ukuran dan reflek cahaya pupil
* Nilai kuat motorik kiri dan kanan apakah ada parese atau tidak
* Expossure dengan menghindari hipotermia. Pemeriksaan
bagian punggung harus dilakukan secara log-rolling dengan
harus menghindari terjadinya hipotermi (America College of
Surgeons ; ATLS).
* Secondary survey

*Kepala dan leher


*Dada dan paru
*Kardiovaskuler
*ekstremitas
1. Pola persepsi kesehatan
manajemen kesehatan
2.Pola nutrisi metabolik
3.Pola eliminasi
4.Pola aktivas latihan
5.Pola sitirahat tidur
* Pengkajian Pola Fungsional Gordon
Preoperasi dan postoperasi
6. Pola kognitif persepsi
7. persepsi diri dan konsep diri
8. Pola peran hubugan
9. Pola reproduksi dan
seksualitas
10. Pola koping dan toleransi
stress
11. Pola nilai dan kepercayaan
A. Pra Operasi
* Depresi berhubungan dengan ketidakpastian pengobatan :
pembedahan
* Kurang pengetahuan tentang persiapan pre operasi
berhubungan dengan keterbatasan koginitf.
* Penurunan kapasitas adaptif intracranial berhubungan
dengan metastase tumor ke jaringan lunak.
* Ansietas berhubungan dengan pengalaman bedah (anesthesi,
nyeri) dan hasil akhir dari pembedahan
* Kurang pengetahuan mengenai prosedur dan protokol pre-
operatif dan harapan pasca-operatif

*Diagnosa
Keperawatan
B. Pascaoperasi
* Ketidakseimbangan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan edema serebral.
* Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer behubungan dengan
hipertensi.
* Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan
* Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan
kerusakan hipotalamus, dehidrasi, dan infeksi
* Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi,
aspirasi, dan imobilisasi.
* Kerusakan pola persepsi sensori (visual, auditorius, bicara)
berhubungan dengan edema periorbital, balutan kepala,
selang endotrakeal, dan efek TIK.
* Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
penampilan atau ketidakmampuan fisik.
Diagnosa : Nyeri Akut
Tujuan dan kriteria :
* Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
* Mengungkapkan metode yang memberikan
penghilangan.
* Mendemontrasikan penggunaan keterampilan
relaksasi dan aktivias hiburan

*CONTOH INTERVENSI
* MANDIRI
* Kaji intensitas, gambaran dan lokasi/penyebaran nyeri, atau
adanya perubahan sensasi.
* Kaji kembali manifestasi yang timbul/perubahan dalam
intensitas nyeri.
* Izinkan pasien untuk mendapatkan posis yang nyaman jika
diperlukan. Gunakan rogroll selama melakukan perubahan posisi.
* Demonstrasikan penggunaan keterampilan relaksasi, seperti
bernapas dalam atau visualisasi.
*B
* Berikan diet makanan lunak, pelembab ruangan,
anjurkan untuk tdak berbicara setelah dilakukan
bedah.
* Teliti keluhan pasien mengenai munculnya
kembali nyeri.
* KOLABORASI
* Berikan obat analgesik, sesuai kebutuhan
* Bantu dengan ADP.
* Pasang unit TENS sesuai kebutuhan.

Anda mungkin juga menyukai