Perjanjian Kawin Paska Putusan MK

HABIB ADJIE
 (Notaris –PPAT – PL Kls II Kota Surabaya)

 Jalan Tidar No. 244 Surabaya – 60251
 Telp. 031 – 5483881, Fax. 031 – 5469853.
 08121652894, 081615102838
 WA : 08113337243
 email : adjieku61@gmail.com
 WebBlog : habibadjie.dosen.narotama.ac.id
 Indonesia Notary Community (INC)
 www. indonesianotarycommunity.com
INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 1

MEMAHAMI KEDUDUKAN HUKUM :
PERJANJIAN PERKAWINAN PASKA
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR 69/PUU-XIII/2015 TENTANG
PENGUJIAN UNDANG-UNDANG 5
TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR –POKOK-POKOK AGRARIA
DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TUJUAN DIBUATNYA PERJANJIAN
PERKAWINAN
1. MEMISAHKAN HARTA KEKAYAAN ANTARA PIHAK
SUAMI DENGAN PIHAK ISTRI SEHINGGA HARTA
KEKAYAAN MEREKA TIDAK BERCAMPUR. OLEH
KARENA ITU, JIKA SUATU SAAT MEREKA BERCERAI,
HARTA DARI MASING-MASING PIHAK
TERLINDUNGI, TIDAK ADA PEREBUTAN HARTA
KEKAYAAN BERSAMA ATAU GONO-GINI.
2. ATAS HUTANG MASING-MASING PIHAK

PUN YANG MEREKA BUAT DALAM
PERKAWINAN MEREKA, MASING-
MASING AKAN BERTANGGUNG JAWAB
SENDIRI-SENDIRI.
3. JIKA SALAH SATU PIHAK INGIN
MENJUAL HARTA KEKAYAAN
MEREKA TIDAK PERLU MEMINTA
IJIN DARI PASANGANNYA
(SUAMI/ISTRI).
4. BEGITU JUGA DENGAN FASILITAS KREDIT

YANG MEREKA AJUKAN, TIDAK LAGI HARUS
MEMINTA IJIN TERLEBIH DAHULU DARI
PASANGAN HIDUPNYA (SUAMI/ISTRI) DALAM
HAL MENJAMINKAN ASET YANG TERDAFTAR
ATAS NAMA SALAH SATU DARI MEREKA.
(PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015 TENTANG PENGUJIAN UNDANG-UNDANG 5
TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN DASAR –POKOK-POKOK AGRARIA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1
TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN , HAL 153 - 154)

ISI PERJANJIAN KAWIN
1. PERJANJIAN PERKAWINAN DENGAN

KEBERSAMAAN UNTUNG RUGI.
2. PERJANJIAN PERKAWINAN DENGAN

KEBERSAMAAN HASIL DAN PENDAPATAN.
3. PERJANJIAN PERKAWINAN –
PENIADAAN TERHADAP SETIAP
KEBERSAMAAN HARTA KEKAYAAN
(PISAH HARTA SAMA SEKALI) .
PEMBUATAN AKTA PERJANJIAN PEKAWINAN YANG
SAAT INI BISA DILAKUKAN
1. DIBUAT SEBELUM 3. DI BUAT

PERKAWINAN DALAM IKATAN
DILANGSUNGKAN PERKAWINAN
MENGACU PADA
PUTUSAN
2. DIBUAT DALAM MAHKAMAH
IKATAN PERKAWINAN KOSNTITUSI
BERDASARKAN NOMOR 69/PUU-
PENETAPAN
XIII/2015
PENGADILAN NEGERI

1A. DIBUAT SEBELUM PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN
PERJANJIAN KAWIN (PRENUPTIAL AGREEMENT)
PERJANJIAN YANG DIBUAT OLEH DUA
ORANG CALON SUAMI-ISTERI SEBELUM
DILANGSUNGKANNYA PERKAWINAN
MEREKA, UNTUK MENGATUR AKIBAT-
AKIBAT PERKAWINAN YANG
MENYANGKUT HARTA KEKAYAAN.
INDONESIA NOTARY COMMUNITY

7
(INC)
• PADA DASARNYA HARTA YANG DIDAPAT SELAMA
PERKAWINAN MENJADI SATU, MENJADI HARTA
BERSAMA. DI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG
HUKUM PERDATA (KUHPER) DISEBUTKAN DALAM
PASAL 119 BAHWA KEKAYAAN MASING-MASING YANG
DIBAWANYA KEDALAM PERKAWINAN ITU DICAMPUR
MENJADI SATU.
• LEBIH LANJUT LAGI DALAM AYAT 2
NYA BAHWA PERSATUAN (PERCAMPURAN) HARTA ITU
SEPANJANG PERKAWINAN TIDAK BOLEH DITIADAKAN
DENGAN SUATU PERSETUJUAN ANTARA SUAMI ISTRI.
• HARTA PERSATUAN ITU MENJADI KEKAYAAN
BERSAMA APABILA TERJADI PERCERAIAN, MAKA
HARTA KEKAYAAN BERSAMA ITU HARUS DIBAGI DUA
SEHINGGA MASING-MASING MENDAPAT SEPARUH.
8
(INC)
PASAL 29 UU NO. 1/1974 TENTANG PERKAWINAN :
• PADA WAKTU ATAU SEBELUM PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN, KEDUA PIHAK ATAS PERSETUJUAN
BERSAMA DAPAT MENGADAKAN PERJANJIAN TERTULIS
YANG DISAHKAN OLEH PEGAWAI PENCATAN PERKAWINAN
SETELAH MANA ISINYA BERLAKU JUGA TERHADAP PIHAK
KETIGA SEPANJANG PIHAK KETIGA TERSANGKUT.
• PERJANJIAN TERSEBUT TIDAK DAPAT DISAHKAN,
BILAMANA MELANGGAR BATAS-BATAS HUKUM, AGAMA
DAN KESUSILAAN.
• PERJANJIAN TERSEBUT BERLAKU SEJAK PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN.
• SELAMA PERKAWINAN BERLANGSUNG PERJANJIAN
TERSEBUT TIDAK DAPAT DIUBAH, KECUALI BILA DARI
KEDUA BELAH PIHAK ADA PERSETUJUAN UNTUK
MENGUBAH DAN PERUBAHAN TIDAK MERUGIKAN PIHAK
KETIGA.
9
(INC)
PERJANJIAN KAWIN DALAM KOMPILASI HUKUM
ISLAM (KHI)
BERDASARKAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN
1991, TANGGAL 10 JUNI 1991 MENGINSTRUKSIKAN
KEPADA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
UNTUK MENYEBARLUASKAN KOMPILASI HUKUM
ISLAM JUNCTO PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR
154 TAHUN 1991, 22 JULI 1991 TENTANG
PELAKSANAAN INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN
1991, TANGGAL 10 JUNI 1991, KOMPILASI HUKUM
ISLAM (SELANJUTNYA DISEBUT KHI) DALAM BUKU 1
TENTANG HUKUM PERKAWINAN, DISEBUTKAN
BAHWA :
10
(INC)
PENDEFINISIAN ATAU BATASAN HARTA
KEKAYAAN ATAU HARTA BENDA DALAM
PERKAWINAN DISEBUTKAN PULA DALAM
PASAL 1 KIH HURUF f, YAITU HARTA KEKAYAAN
DALAM PERKAWINAN ATAU SYIRKAH ADALAH
HARTA YANG DIPEROLEH BAIK SENDIRI-SENDIRI
ATAU BERSAMA SUAMI-ISTERI SELAMA DALAM
IKATAN PERKAWINAN BERLANGSUNG
SELANJUTNYA DISEBUT HARTA BERSAMA,
TANPA MEMPERSOALKAN TERDAFTAR ATAS
NAMA SIAPAPUN.
11
(INC)
PASAL 87 AYAT (1) KHI MENEGASKAN PULA
BATASAN MENGENAI HARTA BAWAAN,
YAITU HARTA BAWAAN MASING-MASING
SUAMI DAN ISTERI DAN HATA YANG
DIPEROLEH MASING-MASING SEBAGAI
HADIAH ATAU WARISAN ADALAH DIBAWAH
PENGUSAAN MASING-MASING SEPANJANG
PARA PIHAK TIDAK MENENTUKAN LAIN
DALAM PERJANJIAN PERKAWINAN.

12
(INC)
Pasal 45 :
• KEDUA CALON MEMPELAI DAPAT
MENGADAKAN PERJANJIAN
PERKAWINAN DALAM BENTUK:
• TA’LIK TALAK, DAN
• PERJANJIAN LAIN YANG TIDAK
BERTENTANGAN DENGAN HUKUM
ISLAM;
13
(INC)
• YANG DIMAKSUD DENGAN “PERJANJIAN LAIN”
MENURUT PASAL 47 SAMPAI DENGAN PASAL
52 KHI ADALAH:
• PERJANJIAN MENGENAI HARTA PERKAWINAN
SEBAGAIMANA DITENTUKAN DALAM PASAL 47
SAMPAI DENGAN PASAL 50 KHI;
• PERJANJIAN MENGENAI TEMPAT KEDIAMAN,
WAKTU GILIRAN, DAN BIAYA RUMAH TANGGA
BAGI SUAMI YANG MELAKUKAN PERKAWINAN
DENGAN ISTERI KEDUA, KETIGA, ATAU KEEMPAT
(PASAL 52 KHI);

14
(INC)
• JADI, HAL-HAL YANG DAPAT DIPERJANJIKAN DALAM
PERJANJIAN PERKAWINAN SEBAGAIMANA
DITENTUKAN DALAM PASAL 29 UU NOMOR 1
TAHUN 1974, SELAIN TA’LIK TALAK, ADALAH
PERJANJIAN MENGENAI “HARTA PERKAWINAN”.
HAL INI DAPAT DILIHAT DARI:
• UU NOMOR 1 TAHUN 1974 PASAL 35 DAN PASAL
36;
• KHI PASAL 47 SAMPAI DENGAN PASAL 50 YANG
BERLAKU BAGI ORANG ISLAM DI INDONESIA.

15
(INC)
PENCATATAN DAN PERUBAHAN
PERJANJIAN KAWIN
UNTUK MEMENUHI UNSUR PUBLISITAS PERJANJIAN
PERKAWINAN WAJIB DIDAFTARKAN PADA INSTANSI YANG
TELAH DITENTUKAN, PENTINGNYA PENDAFTARAN INI AGAR
PIHAK KETIGA MENETAHUI DAN TUNDUK PADA PERJANJIAN
PERKAWINAN TERSEBUT, MISALNYA JIKA TERJADI JUAL BELI
OLEH SUAMI ATU ISTERI, JIKA ADA PERJANJIAN PERKAWINAN,
MAKA PERJANJIAN TERSEBUT AKAN MENGIKATNYA DALAM
TINDAKKAN HUKUM YANG AKAN DILAKUKANNYA.
JIKA PERJANJIAN PERKAWINAN TIDAK DIDAFTARKAN, MAKA
HANYA AKAN MENGIKAT DAN BERLAKU PARA PIHAK
(SUAMI/ISTERI) YANG MEMBUATNYA. HAL INI SEBAGAIMANA
DIATUR DALAM PASAL 1313 – 1314 DAN 1340 KUHPERDATA.

16
(INC)
PENCATATAN/PENDAFTARAN PERJANJIAN
PERKAWINAN UNTUK SUAMI – ISTERI
YANG BERAGAMA ISLAM DILAKUKAN DI
KANTOR URUSAN AGAMA (KUA)
SETEMPAT ATAU DI KUA PERKAWINAN
DICATATKAN.
UNTUK SUAMI-ISTERI YANG TIDAK

BERAGAMA ISLAM DILAKUKAN DI
KANTOR CATATAN SIPIL.
17
(INC)
CATATAN :
DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 3405
K/PDT/2012, TANGGAL 19 PEBRUARI
2014, BAHWA PERJANJIAN KAWIN YANG
TIDAK DICATAT TIDAK MEMILIKI
KEKUATAN HUKUM, SEHINGGA SELURUH
HARTA BERSAMA YANG ADA HARUS
DIBAGI DUA ANTARA SUAMI – ISTERI
MASING-MASING 50%.
18
(INC)
MENURUT PASAL 147 KUHPERDATA BAHWA PERJANJIAN
PERKAWINAN HARUS DIBUAT SEBELUM PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN DAN PERJANJIAN TERSEBUT HARUS DIBUAT DI
HADAPAN NOTARIS, JIKA TIDAK DILAKUKAN DI HADAPAN
NOTARIS, MAKA PERJANJIAN TERSEBUT BATAL DAN MENURUT
PASAL 149 KUHPERDATA BAHWA SETELAH PERKAWINAN
BERLANGSUNG DENGAN CARA BAGAIMANAPUN PERJANJIAN
PERKAWINAN TIDAK BOLEH DIUBAH. BERDASARKAN SUBTANSI
PASAL 147 KUHPERDATA TERSEBUT DI ATAS SUDAH JELAS
BAHWA PERJANJIAN PERKAWINAN DIBUAT PADA WAKTU
SEBELUM ATAU SESAAT SEBELUM PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN DENGAN LAIN KATA PERJANJIAN PERKAWINAN
TIDAK DAPAT DIBUAT SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG.

SEBAGAIMANA TERURAI DI ATAS,
JIKA SEBUAH PERKAWINAN TELAH HAL SEPERTI ITU
DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN DAPAT MUNCUL
PASAL 2 AYAT (1) UUP, TETAPI BELUM DALAM PRAKTEK,
ADA TINDAK LANJUT BERDASARKAN
PASAL 2 AYAT (2) UUP. DAPATKAH
KARENA
SUAMI-ISTERI YANG TELAH LAMA SUBSTANSI PASAL
KAWIN BERDASARKAN PASAL 2 AYAT 2 AYAT (1 DAN 2)
(1) UUP TERSEBUT MEMBUAT JO PASAL 29 UUP
PERJANJIAN PERKAWINAN DAN YANG
DICATATKAN DI INSTANSI YANG
BERWENANG DENGAN ALASAN
MEMUNGKINKA
PERKAWINAN TERSEBUT N KEJADIAN
PERKAWINAN BELUM DICATATKAN SEPERTI TERURAI
BERDASARKAN PASAL 2 AYAT (2) UUP DI ATAS TIMBUL.
?.

21
(INC)
TERHADAP PERMASALAHAN TERSEBUT ADA 2
(DUA) KEMUNGKINAN JAWABAN, YAITU :
1. BAHWA SUAMI-ISTERI TERSEBUT TIDAK DAPAT

PERJANJIAN PERKAWINAN, KARENA PERKAWINAN
MEREKA TELAH BERLANGSUNG DAN JUGA
PERKAWINANNYA TELAH SAH BERDASARKAN PASAL 2 AYAT
(L)UUP, SEDANGKAN PENCATATAN HANYA TINDAKAN
ADMINISTRASI SAJA (PASAL 2 AYAT 2 UUP).
2. BAHWA SUAMI-ISTERI TERSEBUT MASIH DAPAT MEMBUAT PERJANJIAN

PERKAWINAN DAN DICATATKAN (DISAHKAN) PADA INSTANSI YANG
BERWENANG, DENGAN ASUMSI BAHWA SAHNYA PERKAWINAN MENURUT
PASAL 2 AYAT 1 DAN 2 DILAKUKAN SECARA BERSAMAAN (TIDAK ADA
TENGGANG WAKTU YANG LAMA). OLEH KARENA PERKAWINAN BARU
DILAKUKAN BERDASARKAN PASAL 2 AYAT 1 UUP SAJA MAKA SECARA
FORMAL PERKAWINAN BELUM SEMPURNA (BELUM DIPENUHI), SEHINGGA
DENGAN DEMIKIAN MEREKA DAPAT MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN.

22
(INC)
23
(INC)
24
(INC)
2. PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT DALAM IKATAN
PERKAWINAN BERDASARKAN PENETAPAN
PENGADILAN NEGERI
DALAM PRAKTEK ADA JUGA PERJANJIAN PERKAWINAN DIBUAT
SETELAH PERKAWINAN BERLANGSUNG. HAL INI BISA SAJA
DILAKUKAN DENGAN KETENTUAN SUAMI DAN ISTERI TERSEBUT
TERLEBIH DAHULU MENGAJUKAN PERMOHONAN PENETAPAN
KE PENGADILAN NEGERI AGAR DIIZINKAN MEMBUAT
PERJANJIAN PERKAWINAN SETELAH MEREKA MENIKAH.
BERDASARKAN PENETAPAN TERSEBUT DATANG KEPADA NOTARIS
UNTUK MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN YANG AKAN
BERLAKU SEJAK TANGGAL AKTA DIBUAT. JIKA INI DIBUAT
TERLEBIH WAJIB DIUMUMKAN PADA SURAT KABAR/KORAN
UNTUK MENGHINDARI SANGGAHAN ATAU KEBERATAN DARI
PIHAK KETIGA.
25
(INC)
• PERKEMBANGAN INI DAPAT DILIHAT DARI
ADANYA PEMBUATAN PERJANJIAN
KAWIN DILAKUKAN SETELAH
PERKAWINAN DILANGSUNGKAN
DENGAN DASAR PENETAPAN
PENGADILAN NEGERI. CONTOH :
a. Penetapan Nomor 239/Pdt.P/1998/PN.Jkt.Sel.
b. Penetapan Nomor 326/Pdt.P/2000/PN.Jkt.Bar.
c. Penetapan Nomor 207/Pdt/P/2005/ PN.Jkt.Tim.
d. Penetapan Nomor 459/Pdt/P/2007/PN.Jkt.Tim.
26
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM UNTUK MENGABULKAN
PERMOHONAN TERSEBUT ANTARA LAIN :
Penetapan Nomor 207/Pdt/P/2005/ PN.Jkt.Tim.
• Bahwa menimbang, bahwa seharusnya Para Pemohon telah membuat
Perjanjian Perkawinan tentang harta bersama sebelum perkawinan
dilangsungkan, akan tetapi karena kealpaan dan ketidaktahuan Para Pemohon
sehingga baru sekarang Para Pemohon berniat membuat perjanjian pemisahan
harta bersama.
• Menimbang, bahwa pada kutipan Akta perkawinan Para pemohon ternyata
tidak terdapat catatan tentang Perjanjian Perkawinan.
• Menimbang, bahwa berdasarkan fakta Yuridis, Pengadilan Negeri Jakarta Timur
tidak menemukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum, agama dan
kesusilaan, karena itu permohonan Para Pemohon beralasan untuk dikabulkan.
• Menimbang, bahwa karena permohonan Para Pemohon dikabulkan, maka biaya
yang timbul dalam permohonan ini dibebankan kepada Para Pemohon.
Memperhatikan ketentuan UU No. 1 Tahun 1974 dan ketentuanketentuan hukum
lainnya.

27
(INC)
MENETAPKAN :
1. Mengabulkan permohonan para Pemohon;
2. Menyatakan sejak tanggal penetapan ini,
terjadi pemisahan harta, harta- harta atas
nama Pemohon I ……………. adalah Milik
PEMOHON I;
3. Menyatakan pemisahan harta Pemohon I
dan Pemohon II juga terhadap harta-harta
lainnya yang akan timbul di kemudian hari
tetap terpisah satu dengan yang lainnya,
sehingga tidak lagi berstatus harta bersama;
4. ……..
28
(INC)
Penetapan Nomor 459/Pdt/P/2007/PN.Jkt.Tim.
• Menimbang, bahwa seharusnya PARA PEMOHON telah
membuat Perjanjian Perkawinan tentang harta bersama
sebelum perkawinan dilangsungkan, akan tetapi karena
kealpaan dan ketidaktahuan PARA PEMOHON, sehingga
baru sekarang PARA PEMOHON berniat membuat perjanjian
pemisahan harta bersama.
• Menimbang, bahwa pada kutipan Akta perkawinan PARA
PEMOHON ternyata tidak terdapat catatan tentang
Perjanjian Perkawinan. Menimbang, bahwa karena
permohonan PARA PEMOHON dikabulkan, maka biaya yang
timbul dalam permohonan ini dibebankan kepada PARA
PEMOHON;.
• Memperhatikan ketentuan UU No.1 Tahun 1974 dan
ketentuan-ketentuan hukum lainnya.
29
(INC)
MENETAPKAN :
1. Mengabulkan permohonan PARA PEMOHON;
2. Menyatakan sejak tanggal penetapan ini, terjadi pemisahan
harta, harta-harta atas nama Pemohon I dan Pemohon II;
3. Menyatakan pemisahan harta Pemohon I dan Pemohon
II juga terhadap harta-harta lainnya yang akan timbul di
kemudian hari tetap terpisah satu dengan yang lainnya,
sehingga tidak lagi berstatus harta bersama;
4. Memerintahkan Pejabat / Pegawai Kantor Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Propinsi DKI Jakarta untuk
mencatatkan Pemisahan Harta Bersama pada catatan
pinggir Akta Perkawinan PARA PEMOHON;
5. ………..

30
(INC)
CATATAN 1:
• Telah jelas dan tegas berdasarkan undang-undang/peraturan
perundang-undangan yang ada, bahwa Perjanjian Perkawinan harus
dibuat dengan akta Notaris sebelum perkawinan dilangsungkan,
berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
• Perjanjian Kawin wajib dibuat dengan akta Notaris, oleh pasangan WNI
dengan WNI atau WNI dengan WNA.
• Wajib dibuat sebelum perkawinan dilangsungkan di KUA atau catatan
Sipil.
• Setelah berlakunya UU Perkawinan (tanggal 1 September 1975 atau
sesudah berlakuknya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975) –
Perjanjian Perkawinan dicatatkan di kantor Catatan Sipil atau Kantor
Urusan Agama (KUA) sesuai subjek hukumnya.

31
(INC)
• Jika sudah dibuat Perjanjian Kawin, tapi ternyata lupa
dicatatkan di kantor catatan sipil atau kantor urusan agama,
maka jalan keluarnya yaitu kepada pasangan suami – isteri
tersebut mengajukan permohonan Penetapan ke pengadilan
negeri setempat agar dikeluarkan penetapan dan
memerintahkan perjanjian kawin tersebut agar dicatat di
kantor catatan sipil atau kantor urusan agama, dan pencatatan
tersebut berlaku surut.
• Ternyata sekarang ini dengan alasan tertentu ada suami –
isteri ketika sebelum perkawinan tidak atau belum membuat
Perjanjian Perkawinan, dengan mengajukan permohonan
Penetapan ke Pengadilan Negeri, dan pengadilan
mengabulkan permohonan (suami – isteri) tersebut untuk
membuat Perjanjian Perkawinan atau Perjanjian Pisah Harta
Setelah Perkawinan dengan akta Notaris.

32
(INC)
PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT
BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN, JIKA
SETELAH DIBUAT TIDAK DIDAFTARKAN PADA
INSTANSI YANG DIBERI KEWENANGAN UNTUK
MENCATATNYA, MAKA KEDUDUKAN HUKUM
PERJANJIAN KAWIN TERSEBUT, MEMPUNYAI
AKIBAT HUKUM SEBAGAIMANA PERJANJIAN
KAWIN YANG DIBUAT SEBELUM PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN JIKA TIDAK DIDAFTARKAN.

33
(INC)
CATATAN 2 :
TERMINOLOGI HUKUM, AKAN DISEBUT :
– PERJANJIAN KAWIN JIKA DIBUAT OLEH
MEREKA DENGAN AKTA NOTARIS, SEBELUM
PERKAWINAN DILAKUKAN DAN DICATATKAN
DI INSTANSI YANG BERWENANG.
–PERJANJIAN PEMISAHAN PEMBAGIAN
BERSAMA YANG DIBUAT OLEH MEREKA
SETELAH BERCERAI YANG MENENTUKAN HAK
DAN BAGIAN MASING-MASING.

34
(INC)
3. PERJANJIAN KAWIN YANG DI BUAT DALAM
IKATAN PERKAWINAN BERDASARKAN
PUTUSAN MAHKAMAH KOSNTITUSI NOMOR
69/PUU-XIII/2015
MAHKAMAH KONSTITUSI TELAH
MEMBERI TAFSIR / MAKNA LAIN
TERHADAP PASAL TERHADAP
PASAL PASAL 29 AYAT (1), AYAT (3),
DAN AYAT (4) :
35
(INC)
PERBANDINGAN PASAL 29 AYAT (1), AYAT (3), DAN
AYAT (4) SEBELUM DAN SESUDAH PUTUSAN MK
SEBELUM PUTUSAN MK SESUDAH PUTUSAN MK

(1) Pada waktu atau sebelum (1) Pada waktu, sebelum dilang-
perkawinan dilangsungkan sungkan atau selama dalam
ikatan perkawinan kedua belah
kedua pihak atas pihak atas persetujuan bersama
persetujuan bersama dapat dapat mengajukan perjanjian
mengajukan perjanjian tertulis yang disahkan oleh
tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan
pegawai pencatat atau notaris, setelah mana isinya
berlaku juga terhadap pihak
perkawinan, setelah mana ketiga sepanjang pihak ketiga
isinya berlaku juga terhadap tersangkut”;
pihak ketiga tersangkut

36
(INC)
(3) Perjanjian tersebut mulai (3) Perjanjian tersebut mulai
berlaku sejak perkawinan berlaku sejak perkawinan
dilangsungkan. dilangsungkan, kecuali
ditentukan lain dalam
Perjanjian Perkawinan”;
(4) Selama perkawinan berlangsung (4) Selama perkawinan berlangsung,

perjanjian tersebut tidak dapat perjanjian perkawinan dapat
dirubah, kecuali bila dari kedua mengenai harta perkawinan atau
belah pihak ada persetujuan perjanjian lainnya, tidak dapat
untuk merubah dan perubahan diubah atau dicabut, kecuali bila dari
tidak merugikan pihak ketiga.” kedua belah pihak ada persetujuan
untuk mengubah atau mencabut, dan
perubahan atau pencabutan itu tidak
merugikan pihak ketiga.
(Politik Hukum Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Perjanjian Kawin Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi, Irfan Nur
Rachman,S.H.,M.H, Irfan_nrachman@yahoo.com)

37
(INC)
PERTIMBANGAN HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015
Tegasnya, ketentuan yang ada saat ini hanya mengatur perjanjian

perkawinan yang dibuat sebelum atau pada saat perkawinan
dilangsungkan, padahal dalam kenyataannya ada fenomena suami-isteri
yang karena alasan tertentu baru merasakan adanya kebutuhan untuk
membuat Perjanjian Kawin selama dalam ikatan perkawinan. Selama ini
sesuai dengan Pasal 29 UU 1/1974 perjanijian yang demikian harus
diadakan sebelum perkawinan dilangsungkan dan harus diletakkan dalam
suatu akta Notaris. Perjanjian Perkawinan ini mulai berlaku antara suami
dan isteri sejak perkawinan dilangsungkan. Isi yang diatur di dalam
Perjanjian Perkawinan tergantung pada kesepaatan pihak-pihak calon suami
dan isteri, asal tidak bertentangan dengan Undang-undang, agama, dan
kepatutan atau kesusilaan. Adapun terhadap bentuk dan isi Perjanjian
Perkawinan, kepaada kedua belah pihak diberikan kebebasan atau
kemerdekaan seluas-luasnya (sesuai dengan hukum “kebebasan
berkontrak”)
38
(INC)
Frasa “pada waktu atau sebelum perkawinan
dilangsungkan” dalam Pasal 29 ayat (1), frasa “….sejak
perkawinan dilangsungkan” dalam Pasal 29 ayat (3), dan
frasa “selama perkawinan berlangsung” dalam Pasal 29
ayat (4) UU 1/1974 membatasi kebebasan 2 (dua) orang
individu untuk melakukan atau kapan akan melakukan
“perjanjian”, sehingga bertentangan dengan Pasal 28E
ayat (2) UUD 1945 sebagaimana didalilkan Pemohon.
Dengan demikian, frasa “pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan dalam Pasal 29 ayat (4) UU
1/1974 adalah bertentangan dengan UUD 1945 secara
bersyarat sepanjang tidak dimaknai termasuk pula
selama dalam ikatan perkawinan.
39
(INC)
SEKILAS JENIS-JENIS PENGUJIAN KE MK TERHADAP
UNDANG-UNDANG
1. TERHADAP NORMA KONKRIT

(CONCRETE NORM REVIEW)
SUATU NORMA HUKUM YANG MELIHAT
PERBUATAN SESEORANG ITU SECARA LEBIH
NYATA (KONKRIT)
2. TERHADAP SUATU NORMA HUKUM YANG

NORMA ABSTRAK MELIHAT PADA PERBUATAN
(ABSTRACT NORM SESEORANG YANG TIDAK ADA
REVIEW) BATASNYA DALAM ARTI KONKRIT.
40
(INC)
AKIBAT PUTUSAN MK
MENCIPTAKAN ATAU MENIADAKAN
SATU KEADAAN HUKUM BARU ATAU
MEMBENTUK HUKUM BARU
SIFAT DECLARATOIR TIDAK MEMBUTUHKAN

SATU APARAT (ORGAN) YANG MELAKUKAN
PELAKSANAAN PUTUSAN MK
DECLARATOIR
COSNTITUTIEF : PUTUSAN MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM
MENGIKAT SEJAK DIUMUMKAN DALAM
SIDANG TERBUKA UNTUK UMUM
SEBAGAI SYARAT UNTUK DIKETAHU

OLEH UMUM – DIUMUMKAN DALAM
BERITA NEGARA PALING LAMBAT 30
HARI SEJAK PUTUSAN DIUCAPKAN.
41
(INC)
KEKUATAN PUTUSAN MK
KEKUATAN
MENGIKAT
KEKUATAN
PEMBUKTIAN KEKUATAN
EKSEKUTORIAL

42
(INC)
BERSIFAT FINAL
PUTUSAN
MAHKAMAH MENGIKAT PARA
KONSTITUSI
NOMOR PIHAK (PEMOHON)
69/PUU-
XIII/2015 
PASAL 29 UU MENGIKAT SELURUH
No. 1/1974 WARGA NEGARA
INDONESIA
43
(INC)
PERMASALAHAN YANG HARUS DIPERHATIKAN
1.APAKAH PERJANJIAN
PERKAWINAN MENYIMAK SUBSTANSI
TERSEBUT DAPAT PUTUSAN MK TERSEBUT,
DIBUAT OLEH MEREKA BAHWA PERJANJIAN KAWIN
YANG DIBUAT MENGACU PADA
(PASANGAN SUAMI- MAHKAMAH KONSTITUSI
ISTERI) YANG TELAH NOMOR 69/PUU-XIII/2015 
MENIKAH SEBELUM BERLAKU UNTUK PERKAWINAN
PUTUSAN MK ATAU YANG DILAKUKAN SEBELUM
HANYA UNTUK PUTUSAN MK (RETROAKTIF)
MEREKA YANG DAN PERKAWINAN SETELAH
PUTUSAN MK (ON FORWARD)
MENIKAH SETELAH
PUTUSAN MK …?
44
(INC)
2. APAKAH
PERJANJIAN BAHWA YANG MENGAJUKAN
PERKAWINAN PENGUJIAN KE MK TERHADAP
PASAL 29 AYAT (1- 4) UU 1/174
TERSEBUT DAPAT OLEH MEREKA PASANGAN
DIBUAT OLEH MEREKA PERKAWINAN CAMPURAN.
(PASANGAN SUAMI- DALAM PERTIMBANGAN
ISTERI) DALAM HUKUM MK BERKAITAN
PERKAWINAN DENGAN PASAL 28 E UUD 1945,
CAMPURAN (WNI DAN MAKA PERJANJIAN KAWIN YANG
DIBUAT MENGACU PADA
WNA) ATAU BERLAKU MAHKAMAH KONSTITUSI
PERKAWINAN YANG NOMOR 69/PUU-XIII/2015
BUKAN PERKAWINAN BERLAKU PULA UNTUK SEMUA
CAMPURAN (WNI- PERKAWINAN.
WNI)..?
45
(INC)
PERLINDUNGAN TERHADAP PIHAK KETIGA
PUTUSAN MK  PADA WAKTU, SEBELUM DILANGSUNGKAN ATAU
SELAMA DALAM IKATAN PERKAWINAN KEDUA BELAH PIHAK ATAS PERSETUJUAN
BERSAMA DAPAT MENGAJUKAN PERJANJIAN TERTULIS YANG DISAHKAN OLEH
PEGAWAI PENCATAT PERKAWINAN ATAU NOTARIS, SETELAH MANA ISINYA BERLAKU
JUGA TERHADAP PIHAK KETIGA SEPANJANG PIHAK KETIGA TERSANGKUT”;
KETIKA NOTARIS DIMINTA OLEH MEREKA (PASANGAN SUAMI-ISTERI)

UNTUK MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN YANG MENGACU PADA
PADA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015,
HAL-HAL APA SAJA YANG HARUS DIPERHATIKAN, ANTARA LAIN :

46
(INC)
1. MEMINTA DAFTAR INVENTARISASI
HARTA YANG DIPEROLEH SELAMA
DALAM IKATAN PERKAWINAN YANG
AKAN DICANTUMKAN DALAM AKTA.
2. ADA PERNYATAAN HARTA-HARTA TERSEBUT

TIDAK PERNAH DITRANSAKSIKAN DENGAN
CARA DAN BENTUK APAPUN, UNTUK DAN
KEPADA SIAPAPUN.

47
(INC)
MULAI BERLAKUNYA PERJANJIAN KAWIN
1. DIBUAT SEBELUM PERKAWINAN

DILANGSUNGKAN
BERLAKU SEJAK DIDAFTARKAN DI/PADA

KANTOR CATATAN SIPIL / KANTOR URUSAN
AGAMA
48
(INC)
2. DALAM PERKAWINAN BERJALAN DIBUAT
BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN NEGERI
BERLAKU SEJAK DIDAFTARKAN DI/PADA KANTOR

CATATAN SIPIL / KANTOR URUSAN AGAMA
BERDASARKAN PERINTAH PENGADILAN YANG
TERDAPAT DALAM PENETAPAN PENGADILAN
YANG BERSANGKUTAN

49
(INC)
3. DI BUAT DALAM PERKAWINAN BERJALAN
BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
NOMOR 69/PUU-XIII/2015
Amar Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015

tentang Pengujian Undang-Undang 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar – Pokok-Pokok Agraria dan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan angka 1.1.4 yaitu :
Pasal 29 ayat (3) Undang-undang Nomor1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
sepanjang tidak dimaknai “PERJANJIAN TERSEBUT MULAI
BERLAKU SEJAK PERKAWINAN DILANGSUNGKAN, KECUALI
DITENTUKAN LAIN DALAM PERJANJIAN KAWIN”.
50
(INC)
BAHWA NORMA HUKUM
DALAM PERJANJIAN • DENGAN DEMIKAN PERJANJIAN
PERKAWINAN YANG DIBUAT
PERKAWINAN AGAR DENGAN MENGACU PADA
MENGIKAT PIHAK KETIGA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
HARUS DIDAFTARKAN DI NOMOR 69/PUU-XIII/2015, AGAR
KANTOR CATATAN SIPIL ATAU MENGIKAT PIHAK KETIGA HARUS
PENGADILAN AGAMA. DAN DIDAFTARKAN DI KANTOR CATATAN
SIPIL ATAU PENGADILAN AGAMA.
PENDAFTARAN/PENCATATAN • PUTUSAN MK TERSEBUT TIDAK
TERSEBUT BERLAKU UNTUK MEMERINTAHKAN APAPUN
AKTA PERJANJIAN TENTANG PENDAFTARAN/
PERKAWINAN YANG DIBUAT PENCATATANNYA, APAKAH SERTA
SEBELUM PERKAWINAN MERTA HARUS DIDAFTARKAN ATAU
MENUNGGU ATURAN HUKUM
DILAKUKAN ATAU LANJUTAN UNTUK PENDAFTARAN/
BERDASARKAN PERINTAH PENCATATANNYA ?
PENGADILAN.
51
(INC)
APAKAH KANTOR CATATAN SIPIL/KANTOR URUSAN AGAMA AKAN
MENERIMA PENCATATAN/PENDAFTARAN PERJANJIAN KAWIN
YANG DIBUAT DENGAN PADA MENGACU PADA PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015, PADAHAL
BELUM ADA ATURAN HUKUM YANG MEMERINTAHKANNYA ?
SOLUSI  SETELAH PERJANJIAN KAWIN TERSEBUT

DIBUAT YANG MENGACU PADA PUTUSAN MAHKAMAH
KONSTITUSI NOMOR 69/PUU-XIII/2015, MAKA AJUKAN
PERMOHONAN PENETAPAN KE PENGADILAN AGAR
MEMERINTAHKAN KEPADA KANTOR CATATAN SIPIL/KANTOR
URUSAN AGAMA MENDAFTARKANNYA/MENCATATAKANNYA.
(PENETAPAN KE PENGADLAN NEGERI UNTUK YANG AKAN
DIDAFTAR/DICATAT DI KANTOR CATATAN SIPIL DAN DI
PENGADILAN AGAMA UNTUK YANG AKAN DICATAT/DIDAFTAR
DI KANTOR URUSAN AGAMA (ISLAM).
52
(INC)
CATATAN :
BAHWA PERJANJIAN KAWIN HANYA
LAHIR DENGAN AKTA NOTARIS 
AKTA MENJADI SYARAT LAHIRNYA
PERJANJIAN KAWIN, SEHINGGA
PERJANJIAN KAWIN DENGAN
KONDISI (1 – 2 -3) DI ATAS WAJIB
DIBUAT DENGAN AKTA NOTARIS

53
(INC)
Pasal 38 ayat (3) huruf c UUJN – P menegaskan
bahwa ISI AKTA MERUPAKAN KEHENDAK PARA
PENGHADAP.
PASAL 1338 KUHPERDATA MENEGASKAN BAHWA :

SEMUA PERSETUJUAN YANG DIBUAT SESUAI DENGAN
UNDANG-UNDANG BERLAKU SEBAGAI UNDANG-UNDANG
BAGI MEREKA YANG MEMBUATNYA. PERSETUJUAN ITU TIDAK
DAPAT DITARIK KEMBALI SELAIN DENGAN KESEPAKATAN
KEDUA BELAH PIHAK, ATAU KARENA ALASAN-ALASAN YANG
DITENTUKAN OLEH UNDANGUNDANG. PERSETUJUAN HARUS
DILAKSANAKAN DENGAN ITIKAD BAIK.
54
(INC)
Pasal 1335 KUHPerdata :
Suatu persetujuan tanpa sebab, atau dibuat berdasarkan
suatu sebab yang palsu atau yang terlarang, tidaklah
mempunyai kekuatan.

Jika tidak dinyatakan suatu sebab, tetapi memang ada sebab yang tidak
terlarang, atau jika ada sebab lain yang tidak terlarang selain dan yang
dinyatakan itu, persetujuan itu adalah sah.

Suatu sebab adalah terlarang, jika sebab itu dilarang oleh undang-undang
atau bila sebab itu bertentangan dengan kesusilaan atau dengan
ketertiban umum.

55
(INC)
BAHWA MESKIPUN ISI AKTA
MERUPAKAN KEHENDAK BAHWA AKTA NOTARIS AKAN
MEMPUNYAI KEKUATAN PEMBUKTIAN
PARA PIHAK DAN AKAN
YANG SEMPURNA, JIKA SEMUA
BERLAKU SEBAGAIMANA PROSEDUR/TATACARA DAN SYARAT
UNDANG-UNDANG YANG YANG SUDAH DITENTUKAN DALAM
MEMBUATNYA, TAPI TETAP UUJN/UUJN-P DIPENUHI, JIKA DAPAT
NOTARIS TIDAK HARUS DIBUKTIKAN SEBALIKNYA
(BERDASARKAN GUGATAN/PUTUSAN
SELALU MENGABULKAN
PENGADILAN), MAKA DAPAT SAJA AKTA
KEHENDAK ATAU KEINGINAN TERSEBUT DIBATALKAN.
PARA PENGHADAP TERSEBUT
JIKA BERTENTANGAN
DENGAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN, APAKAH SETIAP PERBUATAN HUKUM
DARI PARA PENGHADAP LAHIR KARENA
NORMA AGAMA, SUSILA,
BERDASARKAN AKTA NOTARIS ? ATAU
SOSIAL DAN TANPA AKTA NOTARIS PERBUATAN
KEMASYARAKATAN, HUKUM TERSEBUT TELAH LAHIR ?
KETERTIBAN UMUM.INDONESIA NOTARY COMMUNITY
56
(INC)
BAHWA ADA PERBUATAN HUKUM LAHIR BERDASARKAN AKTA NOTARIS,
ARTINYA KEBERADAAN AKTA NOTARIS MENJADI SYARAT LAHIRNYA ATAU
ADANYA SEBUAH TINDAKKAN HUKUM DARI PARA PENGHADAP ATAU TANPA
ADANYA AKTA NOTARIS PERBUATAN PARA PENGHADAP TIDAK AKA ADA.
CONTOHNYA : PERJANJIAN KREDIT, PERJANJIAN KAWIN, SKMHT. HAL
SEPERTI INI AKTANYA BERSIFAT KONSTITUTIF.
AKTA NOTARIS YANG KONSTITUTIF YAITU SUBSTANSI AKTA YANG BERISI

MEMBUAT HUBUNGAN HUKUM BARU ATAU MENIADAKAN HUBUNGAN
HUKUM YANG MELAHIRKAN HUBUNGAN HUKUM BARU, ARTINYA YANG
SEBELUMNYA TIDAK ADA HUBUNGAN HUKUM APAPPUN DENGAN
DIBUATNYA AKTA DI HADAPAN NOTARIS OLEH 2 (DUA) PIHAK ATAU LEBIH,
MAKA TERJADI SUATU HUBUNGAN HUKUM, MISALNYA PEMBERIAN KUASA
ATAU PEMBATALAN KUASA. AKTA NOTARIS SEPERTI INI TERMASUK
KEDALAM KUALIFIKASI PERJANJIAN, KARENA DILAKUKAN MINIMAL OLEH 2
(DUA) PIHAK. DAYA IKAT SECARA HUKUM AKTA NOTARIS YANG KONSTITUTIF
TERGANTUNG KEPADA KEINGINAN PARA PIHAK SENDIRI UNTUK
MELAKSANAKAN SUBSTANSI AKTA TERSEBUT.
57
(INC)
BAHWA ADA PERBUATAN HUKUM TELAH LAHIR TANPA PERLU ADANYA AKTA NOTARIS
ARTINYA TANPA ADANYA AKTA NOTARIS PERBUATAN HUKUM PARA PENGHADAP
TELAH LAHIR. CONTOHNYA : HAK WARIS (YANG TELAH DITENTUKAN SIAPA AHLI WARIS
DARI SIAPA) DAN BAGIANNYA TELAH DITENTUKAN. PEMISAHAN HARTA GONO-GINI
PASKA PERCERAIAN, MAKA AKTA NOTARIS HANYA MENYATAKAN SAJA ATAS
TINDAKKAN/PERISTIWA HUKUM YANG TELAH LAHIR TERSEBUT. HAL INI AKTANYA
BERSIFAT DEKLARATIF.
AKTA NOTARIS YANG DEKLARATIF, YAITU SUBSTANSI AKTA YANG BERISI

PERNYATAAN ATAU PENEGASAN DARI PENGHADAP SENDIRI TERHADAP
SUATU HAL TERTENTU. AKTA NOTARIS SEPERTI ITU HANYA DILAKUKAN
OLEH 1 (SATU) PIHAK SAJA ATAU LEBIH UNTUK KEPENTINGAN DIRINYA
SENDIRI ATAU PIHAK LAINNYA, MISALNYA PEMBUKTIAN KEPEMILIKAN
SEBUAH BANGUNAN RUMAH. DAYA IKAT SECARA HUKUM AKTA NOTARIS
YANG DEKLARATIF AKAN TERGANTUNG PADA PENERIMAAN LAIN ATAS
SUBSTANSI AKTA TERSEBUT. PIHAK LAIN DAPAT SAJA MERASA TIDAK
TERIKAT DAN TIDAK BERKEPENTINGAN DENGAN AKTA TERSEBUT, KARENA
YANG BERSANGKUTAN MEMANG BUKAN PIHAK DALAM AKTA TERSEBUT.
58
(INC)
PERJANJIAN
KAWIN
AKTA NOTARIS
YANG
KONSTITUTIF
59
(INC)
KESIMPULAN
1. PERJANJIAN KAWIN  DIBUAT
SEBELUM/SESAAT SEBELUM PERKAWINAN
DILANGSUNGKAN  DICATATKAN DI KANTOR
CATATAN SIPIL – UNTUK MEREKA YANG
MENIKAH SECARA ISLAM DI KANTOR URUSAN
AGAMA YANG AKAN MENCATAT PERNIKAHAN
YANG BERSANGKUTAN.
2. PERJANJIAN KAWIN  DIBUAT SEBELUM/SESAAT

PERKAWINAN DILANGSUNGKAN, TAPI PARA PIHAK LUPA
MENCATATKANNYA KE KANTOR CATATAN SIPIL ATAU KANTOR
URUSAN AGAMA  AGAR BISA DIDAFTARKAN  PASANGAN
SUAMI-ISTERI MENGAJUKAN PERMOHONAN PENETAPAN KE PN
(DICATAT DI CATATAN SIPIL), KE PA (DICATAT DI KUA) 
BERDASARKAN PENETAPAN DICATATANKAN KE INSTANSI YANG
BERSANGKUTAN (CATATAN SIPIL, KUA)
60
(INC)
3. SELAMA PERKAWINAN TIDAK MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN
 DALAM IKATAN PERKAWINAN DENGAN ALASAN TERTENTU INGIN
MEMBUAT PERJANJIAN PERKAWINAN  PASANGAN SUAMI-ISTERI
MENGAJUKAN PERMOHONAN PENETAPAN KE PN, PA (ISLAM) 
BERDASARKAN PENETAPAN TSB MENGHADAP NOTARIS UNTUK
MEMBUAT PERJANJIAN KAWIN  PERJANJIAN KAWIN DICATATKAN
DI KANTOR CATATAN SIPIL, KUA (SESUAI DENGAN PENCATATAN
PERKAWINAN MEREKA
4. PASANGAN SUAMI-ISTERI MEMBUAT PERJANJIAN KAWIN – MERUJUK

PADA PUTUSAN MK - NOTARIS KEPADA PASANGAN SUAMI-ISTERI
MINTA :
(A). .MEMINTA DAFTAR INVENTARISASI HARTA YANG DIPEROLEH
SELAMA DALAM IKATAN PERKAWINAN YANG AKAN DICANTUMKAN
DALAM AKTA. DAN
(B). ADA PERNYATAAN HARTA-HARTA TERSEBUT TIDAK PERNAH
DITRANSAKSIKAN DENGAN CARA DAN BENTUK APAPUN, UNTUK DAN
KEPADA SIAPAPUN.
 SETELAH AKTA DIBUAT  PASANGAN SUAMI-ISTERI MENGAJUKAN
PERMOHONAN PENCATATAN KE PN/PA  BERDASARKAN PENETAPAN
TERSEBUT DICATATKAN DI KANTOR CATATAN SIPIL/KUA.
61
(INC)
G.W. PATON :
IN MARRIAGE, SO LONG AS LOVE
PERSIST, THERE IS LITTLE NEED OF
LAW TO RULE THE RELATION
BETWEEN HUSBAND AND WIFE –
BUT THE SOLICITOR COMES IN
THROUGH THE DOOR AS LOVE
FLIES OUT OF THE WINDOWS.
(G.W. PATON, A TEXBOOX OF JURISPRUDENCE, EDISI KEDUA, 1946,
OXFORD AT THE CLARENDON, PRESS, HAL. 53)

62
(INC)
• JIKA MEMBUTUHKAN CONTOH
AKTA PERJANJIAN PERKAWINAN
DAPAT MENGHUBUNGI PANITIA
SEMINAR INI.
• CONTOH TERSEBUT WAJIB DAN
HARUS DIKEMBANGKAN DAN
DIMODIFIKASI OLEH NOTARIS
SENDIRI SESUAI DENGAN
KEBUTUHAN PARA PENGHADAP.
63
(INC)
64
(INC)
TERIMAKASIH
SUKSES DAN
BAHAGIA
SERTA SEJAHTERA
UNTUK KITA
SEMUA...!!

Perjanjian Kawin Paska Putusan MK

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Perjanjian Kawin Paska Putusan MK

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

HABIB ADJIE

 (Notaris –PPAT – PL Kls II Kota Surabaya)

INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 1

INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 2

2. ATAS HUTANG MASING-MASING PIHAK

4. BEGITU JUGA DENGAN FASILITAS KREDIT

INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 4

1. PERJANJIAN PERKAWINAN DENGAN

2. PERJANJIAN PERKAWINAN DENGAN

1. DIBUAT SEBELUM 3. DI BUAT

INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 6

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

UNTUK SUAMI-ISTERI YANG TIDAK

INDONESIA NOTARY COMMUNITY (INC) 19

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

1. BAHWA SUAMI-ISTERI TERSEBUT TIDAK DAPAT

2. BAHWA SUAMI-ISTERI TERSEBUT MASIH DAPAT MEMBUAT PERJANJIAN

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

SEBELUM PUTUSAN MK SESUDAH PUTUSAN MK

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

(4) Selama perkawinan berlangsung (4) Selama perkawinan berlangsung,

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

Tegasnya, ketentuan yang ada saat ini hanya mengatur perjanjian

1. TERHADAP NORMA KONKRIT

2. TERHADAP SUATU NORMA HUKUM YANG

SIFAT DECLARATOIR TIDAK MEMBUTUHKAN

SEBAGAI SYARAT UNTUK DIKETAHU

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

KETIKA NOTARIS DIMINTA OLEH MEREKA (PASANGAN SUAMI-ISTERI)

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

2. ADA PERNYATAAN HARTA-HARTA TERSEBUT

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

1. DIBUAT SEBELUM PERKAWINAN

BERLAKU SEJAK DIDAFTARKAN DI/PADA

BERLAKU SEJAK DIDAFTARKAN DI/PADA KANTOR

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

Amar Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 69/PUU-XIII/2015

SOLUSI  SETELAH PERJANJIAN KAWIN TERSEBUT

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

PASAL 1338 KUHPERDATA MENEGASKAN BAHWA :

Pasal 1336 KUHPerdata :

Pasal 1337 KUHPerdata :

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

AKTA NOTARIS YANG KONSTITUTIF YAITU SUBSTANSI AKTA YANG BERISI

AKTA NOTARIS YANG DEKLARATIF, YAITU SUBSTANSI AKTA YANG BERISI

2. PERJANJIAN KAWIN  DIBUAT SEBELUM/SESAAT

4. PASANGAN SUAMI-ISTERI MEMBUAT PERJANJIAN KAWIN – MERUJUK

INDONESIA NOTARY COMMUNITY

Anda mungkin juga menyukai