Anda di halaman 1dari 25

Pengertian Perdagangan Orang :

1. Menurut Protokol Palermo (PBB – Tahun 2000)

Perdagangan orang yang dilakukan oleh orang lain berarti perekrutan,


pengiriman ke suatu tempat, pemindahan, penampungan atau
penerimaan melalui ancaman atau pemaksaan dengan kekerasan lain,
penculikan, penipuan, penganiayaan, penjualan, atau tindakan penyewaan
untuk mendapat keuntungan atau pembayaran tertentu untuk tujuan
eksploitasi.

Eksploitasi setidaknya mencakup eksploitasi melalui pelacuran, melalui


bentuk lain eksploitasi seksual, melalui perbudakan, melalui praktek-
praktek serupa perbudakan, melalui penghambaan atau melalui
pemindahan organ tubuhnya.
2. Menurut UNDOC (PBB – 2012))

Perdagangan manusia adalah tindakan keriminal terhadap kemanusiaan.


Kegiatannya meliputi tindakan perekrutan, mentransfer, menyimpan atau
menerima seorang manusia menggunakan kekerasan, pemaksaan atau
lainnya untuk keperluan mengeksploitasi mereka.

3. GAATW ( Global Alliance Against Traffic in Woman)

Semua usaha atau tindakan yang berkaitan dengan perekrutan, pembelian,


penjualan, transfer, pengiriman atau penerimaan seseorang dengan
menggunakan penipuan atau tekanan, termasuk penggunaan ancaman
kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan hutang dengan
tujuan untuk menempatkan atau menahan orang tersebut, baik dibayar
atau tidak, untuk kerja yang tidak diinginkan (domestik seksual atau
reproduktif) dalam kerja paksa atau dalam kondisi perbudakan, dalam
suatu lingkungan lain dari tempat dimana orang itu tinggal pada waktu
penipuan, tekanan atau lilitan hutang pertama kali
4. Undang - Undang Nomor 21Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang

Adalah tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,


pemindahan atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang
lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara untuk
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang lain tereksploitasi.
RUANG LINGKUP TPPO
 Adopsi / Jual organ ilegal

 Kecenderungan korban adalah anak-anak / bayi.


 Modus operandi :
• Curi bayi dari klinik persalinan / rumah sakit.
• Curi anak / bayi melalui PRT.
• Jual bayi kepada sindikat berkedok yayasan.
• Penculikan

 Prostitusi / pemanfaatan seksual

 Kecenderungan korban adalah wanita muda.


 Modus operandi :
• Dijanjikan kerja di kota besar dengan gaji besar / menarik.
• Dipekerjakan di lokalisasi terselubung seperti panti pijat, spa, karaoke
atau dijadikan wanita panggilan.
• Awalnya tidak berdaya selanjutnya “terlanjur”.
• Sindikat menyediakan tempat juga mengambil fee dari korban.
• Korban tidak berdaya karena dijerat dengan hutang atau ancaman
kekerasan.
 Pemanfaatan organ reproduksi secara ilegal

 Kecenderungan korban laki-laki atau perempuan.


 Modus operandi :
• Pria : jual sperma secara ilegal
• Wanita : pemanfaatan asi secara ilegal, pemanfaatan ovarium untuk
pembuahan ilegal, pemanfaatan rahim untuk pertumbuhan janin secara
ilegal.

 Perbudakan / kerja paksa / pemanfaatan tanaga atau kemampuan secara ilegal

 Kecenderungan korban laki-laki atau perempuan


 Modus operandi :
• Dijanjikan bekerja di LN dengan gaji besar namun kenyataannya
dijadikan TKI secara ilegal.
• Dipekerjakan dibawah tekanan / kekerasan / ancaman kekerasan dan
penyekapan.
SASARAN

Yang menjadi sasaran adalah orang yang termasuk dalam kelompok


rentan yaitu :

 Mereka yang berasal dari keluarga miskin di desa / kota.


 Anak-anak putus sekolah.
 Anak-anak korban KDRT.
 Buruh migran.
 Anak jalaanan.
 Janda cerai karena kawin muda.
 Bayi.
SUBYEK / PELAKU TPPO
UU RI no. 21 / 2007

• Perekrut.
• Pengangkut. MATERIIL
- SETIAP ORANG • Penampung. MENDAPAT
KEUNTUNGAN
• Pengirim. IMMATERIIL
• Pemindah.
• Penerima.

• Kumpulan orang. Badan hukum PPTKIS


- KORPORASI
• Kekayaan -
terorganisasi. Bukan badan
hukum
HAL KHUSUS UU TPPO
UU RI no. 21 / 2007

1. Bukan delik aduan.


2. Penyidik wajib beritahu & ajukan hak Restitusi kpd korban.
3. Tidak perlu buktikan niat pelaku untuk mengeksploitasi.
4. Sahnya alat bukti lain selain 184 KUHAP :
a. Informasi yg diucapkan/dikirim sec. elektronik / optik.
b. Data/rekaman/tulisan/suara/foto/video.
5. Keterangan 1 (satu) saksi korban saja bila disertai satu alat
bukti yg sah lainnya sdh cukup unt buktikan terdakwa
bersalah di pengadilan (psl 30).
6. Penyadapan telepon & alat komunikasi lain (Ps. 31)
7. Pemblokiran Harta Kekayaan
8. Kerahasiaan Identitas nama dan alamat korban.
9. Penyelenggara Negara yg salah guna wwn shg terjadi TPPO.
10. Subyeknya dpt korporasi ( pengurus nya ).
HAL KHUSUS UU TPPO
UU RI no. 21 / 2007

11. Percobaan TPPO sanksinya sama dgn telah terjadinya TPPO.


12. Orang yg cegah / rintangi / gagalkan sec. langsung / tdk
langsung suatu penyidikan TPPO, dapat dipidana maks 5 thn.
13. Orang yg bantu pelarian pelaku TPPO dgn cara:
Sembunyikan tsk, beri fasilitas, pinjamkan uang,
sembunyikan info keberadaan pelaku ; dapat dipidana maks.
5 thn penjara.
14. Penjatuhan pidana thd korporasi, dpt berupa :
a. Pidana penjara thd pengurusnya, dpt ditambah
b. Denda, dpt ditambah
c. Pidana tambahan, berupa :
- Pencabutan ijin.
- Perampasan harta hasil TPPO.
- Pemecatan pengurus.
- Pelarangan thd pengurus unt dirikan korporasi usaha yg
sama.
CB PENYELIDIKAN

 Pengawasan/pendataan identitas calo TKI di daerah rekrutment.


 Pengawasan penyelenggara negara yg terbitkan dokumen CTKI.
 Pengawasan thd. BLK.
 Was & riksa dokumen2 calon TKI di titik embarkasi.
 Was thd proses penerbitan srt ket sehat & asuransi CTKI.
 Pengecekan thd kontrak kerja calon TKI.
 Pengawasan thd legalitas PJTKIS & petugas lapangannya.
 Was & data Backing / pelindung / fasilitator pelaku TPPO.
 Cek semua PPTKIS yg ada di wil hkm masing2, & di konfirmasi ke
Disnaker.
 Kompulir laporan ttg TKI selama ini & hub korban.
CB PENYIDIKAN

1. Buat LP A/B.
2. Layani korban di unit PPA / RPK.
3. BAP korban ( lbh baik BAP sumpah dan di rekam video ).
4. Rahasiakan identitas korban.
5. Infokan hak Restitusi kpd korban.
6. Bila korban nuntut hak restitusi, ajukan tuntutan restitusi dlm BP.
7. Bila korban sakit / trauma, rekomendasikan kpd PPT.
8. Bila korban butuh perlindungan, rekomendasikan ke LPSK.
9. Berdsrkan bukti permulaan yg cukup, dapat sadap telepon / komunikasi tsk dgn
ijin KPN.
10. Dapat perintahkan Penyedia Jasa Keuangan unt blokir harta tsk.
11. Koodinasi sejak awal sidik dengan JPU.
CB PENYIDIKAN

12. Cari bukti lain :


a. BAP saksi lain yg benarkan PPTKIS sbg pengirim korban.
b. Sita Dokumen ( pasport korban/surat yg buktikan korban dikirim oleh PPTKIS )
c. Sita Dokumen yg buktikan korban terkirim / bekerja di LN ( visa )
d. Sita tiket / boarding pass korban.
e. Sita Kontrak Kerja korban (bila ada).
f. Sita Asuransi korban (bila ada).
g. Sita surat/fax/email/website/berita bhw korban tereksplotasi ( dikuatkan oleh
institusi negara /deplu/ KBRI / Komnas Perempuan, dsb)
g. Bukti bhw korban bekerja di LN.

13. Tentukan TSK ( perorangan dan/ atau korporasi = pengurusnya).


14. Tindakan tegas thd pelaku TPPO ( Kap / Han ).
15. Thd korporasi, bila perlu lakukan status quo.
16. Laporkan sec. tertulis tindakan sidik kpd instansi yg terbitkan ijin opsnal korporasi
agar dpt dievaluasi / ijinnya dibekukan.
PERDAGANGAN ORANG DI DALAM NEGERI

1. Psl. 2 (1) UU no. 21/2007 :


Brg siapa yg melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh
persetujuan dari orang yg memegang kendali atas orang lain, untuk
tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah RI, dipidana penjara
min 3 thn & maks 15 thn atau denda min Rp. 120 juta,- & maks Rp. 600
juta.

2. Psl. 2 (2) UU no. 21/2007 :

Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan


orang terksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yg sama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
MEMASUKKAN ORANG KE INDONESIA

3. Psl. 3 UU no. 21/2007 :


Setiap orang yang memasukkan orang ke wilayah negara Republik
Indonesia dengan maksud untuk di eksploitasi di wilayah negara negara
Republik Indonesia atau di di eksploitasi di negara lain di pidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 ( lima
belas) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp. 120 juta dan paling
banyak Rp. 600 juta,-.
DENGAN MAKSUD

4. Pasal 4 UU no. 21 / 2007 : ( TPPO ke LN )


Setiap orang yg membawa WNI ke luar wilayah negara RI dengan maksud
unt dieksploitasi di luar wilayah RI , dipidana dgn pidana penjara min.
3 thn & maks 15 thn dan pidana denda min Rp. 120 juta & maks. Rp 600 jt.
ADOPSI ILEGAL UNTUK DI EKSPLOITASI

5. Psl. 5 UU no. 21/2007 :


Setiap orang yg melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan
sesuatu atau memberikan sesuatu dengan maksud untuk di eksploitasi
dipidana dengan pidana penjara minimal 3 tahun dan maksimal 15
tahun, dan denda minimal Rp. 120 juta, maksimal Rp. 600 juta,-.
BILA KORBANNYA ADALAH ANAK

6. Psl. 6 UU no. 21/2007 :


Setiap orang yg melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri
dengan cara apapun yang mengakibatkan anak tersebut ter eksploitasi
dipidana dengan pidana penjara penjara minimal 3 tahun dan maksimal
15 tahun, dan denda minimal Rp. 120 juta, maksimal Rp. 600 juta,-.
BAGI PENYELENGGARA NEGARA

7. Psl. 8 (1) UU no. 21/2007 :


Setiap penyelenggara negara yg menyalah gunakan kekuasaan yg
mengakibatkan terjadinya TPPO sebagaimana dimaksud pasal 2,3,4,5,6,
maka pidananya ditambah 1/3 dari ancaman pidana dalam pasal 2(2),
pasal 3, 4,5,6.
PERCOBAAN TPPO

8. Pasal 9 UU no. 21 / 2007 : ( Percobaan TPPO )


Setiap orang yg berusaha menggerakkan orang lain supaya melakukan
tindak pidana perdagangan orang, dan tindak pidana itu tidak terjadi,
dipidana dgn pidana penjara min. 1 thn & maks. 6 thn dan pidana denda
min Rp. 40 juta & maks Rp. 240 juta.

9. Pasal 10 UU no. 21 / 2007 : ( membantu / Percobaan TPPO )


Setiap orang yg membantu atau melakukan percobaan untuk melakukan
TPPO , dipidana dgn pidana yg sama sebagaimana dimaksud dlm pasal 2,
3,4,5,6.
MENYETUBUHI KORBAN TPPO

10. Pasal 12 UU no. 21 / 2007 :


Setiap orang yg menggunakan atau memanfaatkan korban TPPO dengan
cara melakukan persetubuhan atau perbuatan cabul lainnya dengan korban,
mempekerjakan korban TPPO untuk meneruskan praktik eksploitasi, atau
mengambil keuntungan dari hasil TPPO, dipidana dengan pidana yg sama
sebagaimana dimaksud dlm pasal 2,3,4,5 dan 6.
MEMALSUKAN DOKUMEN

11. Pasal 19 UU no. 21 / 2007 :


Setiap orang yg memberikan atau memasukkan keterangan palsu pada
dokumen negara atau dokumen lain atau memalsukan dokumen negara
atau dokumen lain, untuk mempermudah terjadinya TPPO, dipidana penjara
Min. 1 thn & maks. 7 thn dan pidana denda min Rp. 40 jt & maks Rp 280 jt.
KENDALA DAN HAMBATAN
1. Sistem pendataan penduduk ( KTP, Akte Lahir, KK ) yg masih
rawan pemalsuan.
2. Sistem pendataan kependudukan belum online secara Nas.
3. Korban mencabut laporan / tuntutan / tidak koperatif.
4. TKI bermasalah langsung dipulangkan ke rumahnya masing2 /
sdh berangkat lagi ke LN.
5. PPTKIS sering berpindah alamat tanpa updating data kpd
instansi terkait.
6. Sistem sel terputus dari korporasi.
7. Korban tidak tahu identitas pelaku.
8. Pelaku lari ke LN.
9. Mekanisme restitusi belum diatur secara jelas.
10. Belum sama persepsi diantara APH dlm pembuktian kasus
TPPO.

Anda mungkin juga menyukai