Anda di halaman 1dari 64

PENGOBATAN PASIEN

TUBERKULOSIS (TB)
di FKTP

Nurwahyudi,
dr.Nurwahyudi (Yudi)
Ujungpandang, 28 Agustus 1982
Griya Dayu Putrindo 2 no.18 Makassar
Menyanyi , Travel

SD Inp.Mallengkeri 1 1991
SMP Negeri 3 1997
SMU negeri 11 2000
Fakultas Kedokteran UNHAS 2001
Kepala Pkm Tompobulu Gowa 2010 – 2017
Kepala Pkm Bajeng Gowa 2017 – skrg
SISTEMATIKA

Deskripsi singkat
Tujuan Pembelajaran
Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan
Uraian Materi
Referensi
Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Umum(TPU)


Setelah menyelesaikan materi, peserta mampu
melakukan pengobatan pasien TB.

Tujuan Pembelajaran Khusus(TPK)


Setelah mempelajari materi ini peserta latih mampu :
Menjelaskan prinsip-prinsip pengobatan TB
Melakukan tata laksana pengobatan TB
Melakukann Komunikasi Motivasi
Melakukan pencegahan TB bagi populasi rentan
Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan
1. Prinsip pengobatan TB di fasyankes:
 Tujuan Pengobatan TB
 Jenis OAT
 Dosis OAT
 Tahapan dan lama pengobatan
 Persiapan sebelum pengobatan

2. Tata laksana pengobatan TB:


Pasien TB Dewasa
Pasien TB Anak
Pasien dengan keadaan khusus
Penetapan PMO
Pasien TB dengan efek samping OAT
Tatalaksana kasus mangkir
Pokok bahasan dan Sub pokok bahasan (lanjutan)

3. Komunikasi Motivasi pada


 Komunikasi Motivasi Untuk Pasien TB
 Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) Untuk Pasien dan
Keluarga PasienTB

4. Pencegahan TB bagi populasi rentan :


 Vaksinasi BCG bagi bayi
 Pengobatan pencegahan bagi anak bawah 5 tahun
 Pengobatan Pencegahan (PP INH) bagi ODHA
Uraian Materi

Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan TB di


Fasyankes

Pokok bahasan 2 : Tatalaksana Pengobatan TB

Pokok bahasan 3 : Komunikasi Informasi


Edukasi (KIE)

Pokok bahasan 4 : Pencegahan bagi Populasi


Rentan
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes
• Prinsip pengobatan yang adekuat:
• Minimal 4 macam obat
• Dosis yang tepat
• Ditelan teratur dan diawasi PMO (Pengawas
Menelan Obat) sampai selesai pengobatan.
• Pengobatan diberikan dalam dua (2) tahap yaitu
tahap awal dan tahap lanjutan
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
• Tujuan pengobatan TB
• Menyembuhkan pasien dan memperbaiki
produktivitas serta kualitas hidup.
• Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB
atau dampak buruk selanjutnya.
• Mencegah terjadinya kekambuhan TB
• Menurunkan risiko penularan TB
• Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan
obat.
Pokok bahasan 1 : Prinsip Pengobatan
TB di Fasyankes (lanjutan)
Jenis OAT
1. OAT lini pertama
2. OAT lini kedua

Dosis OAT
1. Dosis rekomendasi OAT lini pertama untuk
dewasa
- kategori 1
- kategori 2
Jenis OAT
OAT lini pertama

Jenis OAT Sifat Dosis yang direkomendasikan (mg/kg)

Harian 3 x seminggu
Isoniasid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
Pirazinamid (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
Streptomisin (S) Bakterisid 15
(12-18)
Etambutol (E) Bakteriostatik 15 30
(15-20) (20-35)
OAT lini kedua
Grup Golongan Jenis Obat
A Florokuinolon  Levofloksasin (Lfx)
 Moksifloksasin (Mfx)
 Gatifloksasin (Gfx)*
B OAT suntik lini kedua  Kanamisin (Km)
 Amikasin (Am)*
 Kapreomisin (Cm)
Streptomisin (S)**
C OAT oral lini Kedua  Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*
 Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*
 Clofazimin (Cfz)
 Linezolid (Lzd)
D D1  OAT lini pertama  Pirazinamid (Z)
 Etambutol (E)
 Isoniazid (H) dosis tinggi
D2  OAT baru  Bedaquiline (Bdq)
 Delamanid (Dlm)*
 Pretonamid (PA-824)*
D3  OAT tambahan  Asam para aminosalisilat (PAS)
 Imipenem-silastatin (Ipm)*
 Meropenem (Mpm)*
 Amoksilin clavulanat (Amx-Clv)*
 Thioasetazon (T)*
Dosis OAT
Dosis rekomendasi OAT Lini pertama untuk dewasa
Obat Dosis rekomendasi
Harian 3 kali per minggu
Dosis (mg/ Maksimum (mg) Dosis (mg/ Maksimum
kgBB) kgBB) (mg)
Isoniazid (H) 5 (4-6) 300 10 (8-12) 900
Rifampisin (R) 10 600 10 (8-12) 600
(8-12)
Pirazinamid (Z) 25 35 (30-40)
(20-30)
Etambutol (E) 15 30 (25-35)
(15-20)
Streptomisin (S) 15 15
(12-18) (12-18)
Dosis OAT Resistan Obat
Dosis Harian Berat Badan (BB)> 30 kg
OAT
30-35 kg 36-45 kg 46-55 kg 56-70 kg >70 kg
Kanamisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 625-750 mg 875-1000 mg 1000 mg 1000 mg

Kapreomisin 15-20 mg/kg/hari 500 mg 600-750 mg 750-800 mg 1000 mg 1000 mg

Pirazinamid 20-30 mg/kg/hari 800 mg 1000 mg 1200 mg 1600 mg 2000 mg

Etambutol 15-25 mg/kg/hari 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg 1200 mg

Isoniasid 4-6 mg/kg/hari 150 mg 200 mg 300 mg 300 mg 300 mg

Levofloksasin (dosis 750 mg/ hari 750 mg 750 mg 750 mg 750-1000 mg 1000mg
standar)
Levofloksasin (dosis 1000 mg/ hari 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg 1000 mg
tinggi)
Moksifloksasin 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Sikloserina 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000mg

Etionamida 500-750 mg/ hari. 500 mg 500 mg 750 mg 750 mg 1000 mg

Asam PASa 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g


Sodium PASb 8 g/ hari. 8g 8g 8g 8g 8g
Bedaquilinc 400 mg/ hari 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Linezolid 600 mg/ hari 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg 600 mg
Tahapan Pengobatan
Tahap Awal, diberikan setiap hari
Tujuan : menurunkan jumlah kuman dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin
sudah resistan

Tahap lanjutan
Tujuan : membunuh sisa sisa kuman yang masih ada
dalam tubuh dan mencegah terjadinya kekambuhan

• Lama pengobatan pasien TB tergantung kriteria pasien


TB
• Persiapan Sebelum Pengobatan
• Anamnesis ulang untuk memastikan kemungkinan terdapatnya
riwayat dan kecenderungan alergi obat tertentu, riwayat penyakit
terdahulu seperti status HIV, diabetes mellitus, hepatitis, dll.
• Penimbangan berat badan
• Identifikasi kontak erat/serumah
• Memastikan data dasar pasien terisi dengan benar dan terekam
dalam sistem pencatatan yang digunakan.
• Penetapan PMO
• Pemeriksaan adanya penyakit komorbid (HIV, DM)
• Kunjungan rumah dilakukan oleh petugas fasyankes wilayah jika
diperlukan, untuk memastikan alamat yang jelas dan kesiapan
keluarga untuk mendukung pengobatan melalui kerjasama jejaring
eksternal.
• Pemeriksaan baseline penunjang sesuai dengan indikasi yang
diperlukan.
Tatalaksana Pengobatan TB
Pengobatan TB dewasa
1. Pengobatan TB Sensitif obat
- Memakai OAT lini pertama:
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR)
diberikan pada pasien:
1. TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis,
2. TB paru baru terkonfirmasi klinis,
3. TB ekstra paru
Tatalaksana Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3

Tahap Awal Tahap Lanjutan


tiap hari selama 56 hari 3 kali seminggu selama
RHZE (150/75/400/275) 16 minggu
Berat Badan
RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT


38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT
≥ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT
Pokok bahasan 2: Tatalaksana
Pengobatan TB (lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2 HRZE /
4H3R3
Dosis per hari / kali Jumlah
hari/kal
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet
i
Pengoba Pengoba Isoniasi Rifampisi Pirazinam Etambut
menela
tan tan d @ 300 n @ 450 id @ 500 ol @
n obat
mgr mgr mgr 250 mgr

Awal 2 Bulan 1 1 3 3 56

Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48
Tatalaksana Pengobatan TB
1. Pengobatan TB Sensitif obat
- Memakai OAT lini pertama:
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
diberikan pada pasien:
1. kambuh,
2. gagal pada pengobatan Kategori I sebelumnya,
3. dengan pengobatan setelah putus berobat (loss
to follow-up)
Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan TB
(Lanjutan)
Dosis paduan OAT KDT Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE)
/5(HR)3E3
Tahap Awal Tahap Lanjutan
tiap hari 3 kali seminggu
Berat Badan
RHZE (150/75/400/275) + S RH (150/150) + E(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT 2 tab 4KDT 2 tab 2KDT
+ 500 mg Streptomisin inj. + 2 tab Etambutol

38-54 kg 3 tab 4KDT 3 tab 4KDT 3 tab 2KDT


+ 750 mg Streptomisin + 3 tab Etambutol
inj.
55-70 kg 4 tab 4KDT 4 tab 4KDT 4 tab 2KDT
+ 1000 mg Streptomisin + 4 tab Etambutol
inj.
≥71 kg 5 tab 4KDT 5 tab 4KDT 5 tab 2KDT
+ 1000mg Streptomisin + 5 tab Etambutol
inj.
Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan TB
(Lanjutan)
Dosis paduan OAT Kombipak Kat 2: 2HRZES / HRZE /
5H3R3E3
Etambutol

Kaplet
Tablet Tablet Jumlah
Lama Rifam Strept
Tahap Isoniasid Pirazina Tablet Tablet hari/kali
Pengo pisin omisin
Pengobatan @ 300 mid @ @ 250 @ 400 menelan
batan @ 450 injeksi
mgr 500 mgr mgr mgr obat
mgr

Tahap Awal 2
(dosis harian) bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56
1 1 1 3 3 - - 28
bulan
TahapLanjuta
5
n (dosis 3x 2 1 - 1 2 - 60
bulan
semggu)
Pokok bahasan 2: Tatalaksana Pengobatan
TB (Lanjutan)
Untuk memantau kemajuan pengobatan dapat dilihat tabel
berikut:
KATEGORI BULAN PENGOBATAN
PENGOBATAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Pasien baru (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------)
2(HRZE)/4(HR) X (X) X X
ӡ apabila hasilnya apabila apabila
BTA positif, hasilnya hasilnya
dinyatakan tidak BTA BTA
konversi*. positif, positif,
dinyatakan dinyatakan
gagal * gagal*.

Pasien (====) (====) (====) (-------) (-------) (-------) (-------) (-------)


pengobatan X (X) X X
ulang apabila apabila apabila
2(HRZE)S hasilnya BTA hasilnya hasilnya
/(HRZE)/ positif, BTA BTA
5(HR)ӡEӡ dinyatakan tidak positif, positif,
konversi*. dinyatakan dinyataka
gagal* n gagal*
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur
Tatalaksana pasien berobat tidak teratur (lanjutan)

Tatalaksana pasien putus berobat 2 bulan atau lebih


Hasil Pengobatan Pasien TB
Evaluasi Lanjutan Setelah Pasien Sembuh
atau Pengobatan Lengkap
• Membuat jadual kunjungan untuk evaluasi paska
pengobatan.
• Evaluasi setiap 6 bulan sekali selama 2 tahun
• Edukasi pasien untuk mengikuti jadual kunjungan paska
pengobatan.
• Pemeriksaan meliputi anamnesis lengkap, pemeriksaan
fisis, pemeriksaan dahak, biakan dan foto toraks.
• Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan terjadinya
kekambuhan.
• Edukasi pasien untuk menjalankan PHBS seperti olah
raga teratur, tidak merokok, konsumsi makanan bergizi,
istirahat dan tidak mengkonsumsi alkohol.
• Pencatatan dalam formulir TB 01 MDR dan TB 03 MDR.
Penetapan Pengawas Menelan Obat (PMO)

Setiap pasien memulai pengobatan harus didahului menentukan


satu orang untuk menjadi PMO.

a. Persyaratan PMO
• dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, harus disegani dan dihormati oleh pasien,
• Tinggal dekat dengan pasien,
• Bersedia sukarela,
• Bersedia dilatih dan/ penyuluhan bersama pasien
Penetapan Pengawas Menelan Obat
(PMO)

b. Peran seorang PMO


• Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur
• Memberi dorongan pasien agar mau berobat teratur,
• Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak
• Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB.
Penetapan Pengawas Menelan Obat
(PMO)
c. Pengetahuan PMO
Minimal PMO memahami informasi penting tentang TB
untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya antara
lain:
• TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau
kutukan
• TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur
• Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan
dan cara pencegahannya
• Cara pemberian pengobatan pasien (tahap awal dan
tahap lanjutan)
• Pentingnya pengawasan, supaya pasien berobat secara
teratur
• Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya
segera meminta pertolongan ke faskes.
Penetapan Pengawas Menelan Obat
(PMO)

PMO pada TB RO :
Pemilihan PMO :
1. tahap awal : petugas kesehatan baik di dalam atau di luar
Fasyankes, mengingat pada tahap ini pasien harus
mendapatkan suntikan setiap hari.

2. tahap lanjutan : dilakukan oleh petugas kesehatan atau kader


kesehatan yang terlatih TB RO.
Penatalaksanaan pasien TB dengan efek
samping OAT

Prinsip tatalaksana efek samping :

• PAHAMI
• TATALAKSANA
• CATAT
Penatalaksanaan pasien TB dengan efek
samping OAT (lanjutan)
Tempat penatalaksanaan efek samping :
• tergantung pada berat atau ringannya gejala:
 Efek Samping ringan sampai sedang ditangani
di FKTP.
 Efek Samping berat dan tidak menunjukkan
perbaikan setelah penanganan efek samping
ringan atau sedang segera rujuk ke FKRTL.
 Alur rujukan tata laksana efek samping
mengikuti alur jejaring yang telah disepakati
antara pengelola program TB, penyedia
layanan dan mekanisme pembayaran layanan
kesehatan yang dimiliki oleh pasien TB.
Efek samping ringan OAT
Efek samping berat OAT
Penatalaksanaan pasien efek samping
pada kulit
• Pasien keluhan gatal tanpa rash dan penyebab lain,
pengobatan anti histamin serta pelembab kulit.
• Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan dengan pengawasan
ketat.
• Bila terjadi rash, semua OAT dihentikan dan segera rujuk
kepada dokter atau fasyankes rujukan
• Mengingat perlunya melanjutkan pengobatan TB hingga selesai,
di fasyankes rujukan dilakukan upaya mengetahui OAT mana
yang menyebabkan terjadinya reaksi dikulit dengan cara” Drug
Challenging”
Efek Samping OAT Lini 2
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

1 Reaksi kulit alergi ringan Z, E, Eto, PAS, Km, Cm,

Reaksi kulit alergi sedang dengan/ Z, E, Eto, PAS, Km, Cm


tanpa demam

2 Neuropati perifer H, Cs, Km, Eto, Lfx

3 Mual muntah ringan Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx, R

Mual muntah berat Eto, PAS, Cfz, H, Z, E, Lfx.


Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

4 Anoreksia Z, Eto, Lfx

5 Diare PAS

6 Nyeri kepala Eto, Cs

7 Vertigo Km, Cm, Eto

8 Artralgia Z, Lfx

9 Gangguan Tidur Lfx, Moxi

10 Gangguan elektrolit ringan: Km, Cm


Hipokalemi
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Ringan dan Sedang Yang Sering Muncul

No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

11 Depresi Cs, Lfx, Eto, H

12 Perubahan perilaku Cs, H

13 Gastritis PAS, Eto,Z

14 Nyeri di tempat suntikan Km, Cm

15 Metalic taste Eto

16 Gatal Cfz

17 Penuaan warna kulit Cfz


Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

1 Kelainan fungsi hati Z, H, Eto, PAS, E, Lfx, Mfx

2 Kelainan fungsi ginjal Km, Cm

3 Perdarahan lambung PAS, Eto, H,Z

4 Gangguan Elektrolit berat (Bartter Cm, Km


like syndrome)

5 Gangguan pendengaran Km, Cm

6 Gangguan penglihatan E
Efek Samping OAT Lini 2 (Lanjutan)
Efek Samping Berat Yang Sering Muncul
No Efek samping Kemungkinan OAT Penyebab

7 Gangguan psikotik (Suicidal tendency) Cs

8 Kejang Cs, Lfx

9 Tendinitis Lfx, Mfx

10 Syok Anafilaktik Km, Cm

11 Reaksi alergi toksik menyeluruh dan Semua OAT yang digunakan


SJS

12 Hipotiroid PAS, Eto


Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus

a. Pengobatan TB apda ODHA


Prinsip :
1. Pengobatan TB pada ODHA dan inisiasi ARV secara dini
2. Pemberian pengobatan pencegahan dengan Kotrimoksasol (PPK)
3. Perawatan, Dukungan Dan Pengobatan HIV.
Prinsip pengobatan TB pada ODHA

Kategori pengobatan TB tidak dipengaruhi oleh status HIV dari


seorang pasien TB.
Pengobatan TB pada pasien dengan HIV positif adalah sama
seperti pasien TB lainnya. Kategori-1 diberikan kepada semua
pasien baru dan kategori-2 diberikan kepada semua pasien
pengobatan ulang.
Rekomendasi pengobatan TB tahap lanjutan pada ODHA
menggunakan dosis harian 2(HRZE)/4(HR)*.
Pengobatan TB pada ODHA (2)

Pengobatan TB pada ODHA dan inisiasi ART secara dini


Pengobatan ARV dimulai segera dalam waktu 2- 8 minggu
pertama setelah dimulainya pengobatan TB dan dapat
ditoleransi baik .
Perhatikan apakah pasien tersebut sedang dalam pengobatan
ARV atau tidak.
Apabila pasien TB didapati HIV Positif, unit DOTS merujuk pasien
ke unit HIV atau RS rujukan ARV untuk mempersiapkan
dimulainya pengobatan ARV.
Sebelum merujuk pasien ke unit HIV, Lakukan persiapan agar
pasien patuh selama mendapat pengobatan ARV.
Pengobatan TB pada ODHA (2)

Pengobatan ARV harus diberikan di layanan PDP yang mampu


memberikan tatalaksana komplikasi yang terkait HIV, yaitu di
RS rujukan ARV atau satelitnya.
Ketika pasien telah dalam kondisi stabil, misalnya sudah tidak lagi
dijumpai reaksi atau efek samping obat, tidak ada interaksi
obat maka pasien dapat dirujuk kembali ke Puskesmas/unit RS
DOTS untuk meneruskan OAT sedangkan untuk ARV tetap
diberikan oleh unit HIV.
Kerjasama yang erat dengan Fasyankes yang memberikan
pelayanan pengobatan ARV sangat diperlukan.
Memulai Pengobatan TB pada ODHA di Puskesmas

Kondisi Tindakan
 Pasien TB-HIV dalam  Jika pasien dalam pengobatan ARV lini
pengobatan ARV. pertama, pengobatan TB dapat langsung
diberikan.
 Jika pasien menggunakan nevirapin,
substitusi dengan efavirenz selama pemberian
rifampicin.
 Jika pasien dalam pengobatan ARV lini
kedua, rujuk pasien ke RS rujukan ARV untuk
tatalaksana pengobatan TB-HIV.
 Pasien TB-HIV belum  Segera mulai pengobatan TB
pengobatan ARV.  Pengobatan ARV dimulai setelah 2-8 minggu
pengobatan TB berapapun nilai CD4nya.
 Jika ARV tidak tersedia rujuk ke layanan PDP
Contoh pengobatan bersama TB pada ODHA
TB Tahap Awal Tahap Lanjutan

HIV ART

Kotrimosakzol

Tahap Awal
Setelah
Pengobatan TB- Sampai akhir Tahap Selama Tahap
pengobatan TB
sampai Awal Lanjutan
selesai
ditoleransi

(HRZE): (HRZE): (HR) :

Pagi*

CTX
CTX: CTX

CTX

TDF+3TC+EFV (FDC) TDF+3TC+EFV (FDC) TDF+3TC+EFV


(FDC)

Malam*
Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus (lanjutan)
b. Pengobatan TB pada Diabetes Melitus
1. Paduan OAT DM sama dengan tanpa DM dengan syarat kadar gula
darah terkontrol
2. Gula darah tidak terkontrol,lama pengobatan dapat dilanjutkan sampai
9 bulan
3. Hati-hati efek samping Etambutol karena pasien DM sering mengalami
komplikasi pada mata
4. Rifampisin akan mengurangi efektifitas obat oral DM (sulfonil urea)
sehingga dosisnya ditingkatkan
5. Pengawasan sesudah pengobatan untuk deteksi dini terjadi
kekambuhan
6. Pilihan utama untuk pengobatan DM pada pasien TB adalah insulin
7. Pada pasien TB RO, Diabetes mellitus dapat memperkuat efek
samping OAT terutama gangguan ginjal dan neuropati perifer.
Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus (lanjutan)
c. Pengobatan Pasien TB dengan kelainan hati
1.Pasien TB dengan Hepatitis akut
OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut dan atau
klinis ikterik ditunda sampai hepatitis akutnya
mengalami penyembuhan. Sebaiknya rujuk ke
fasyankes rujukan,
2. Kondisi yang dapat diberi paduan OAT biasa apabila
tidak ada kondisi kronis :
• Pembawa virus hepatitis
• Riwayat penyakit hepatitis akut
• Saat ini masih sebagai pecandu alkohol, sehingga
harus diwaspadai.
Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus (lanjutan)
3. Hepatitis Kronis
Pasien dengan kecurigaan penyakit hati kronis, pemeriksaan fungsi hati
harus dilakukan sebelum pengobatan.
Hasil fungsi hati >3 x normal sebelum memulai pengobatan, paduan
OAT berikut ini dapat dipertimbangkan:
• 2 obat yang hepatotoksik
2 HRSE / 6 HR
9 HRE
• 1 obat yang hepatotoksik
2 HES / 10 HE
Tanpa obat yang hepatotoksik
• 18-24 SE + salah satu gol fluorokuinolon (ciprofloxasin tidak
direkomendasikan karena potensinya sangat lemah).
Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus (lanjutan)
d. Pengobatan TB pada ibu hamil, pengguna kontrasepsi dan wanita usia subur

• Kehamilan
Prinsip pengobatan TB kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB pada
umumnya. Aman kecuali Golongan Aminoglikosida seperti streptomisin atau
kanamisin dapat menimbulkan ototoksik.
Piridoksin 50mg/hari pada ibu hamil dalam pengobatan TB,
vitamin K 10mg/hari apabila Rifampisin digunakan pada trimester 3 menjelang partus.
• Ibu menyusui dan bayinya
Prinsip pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda.
Semua jenis OAT Lini 1 aman untuk ibu menyusui.
PPINH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat badannya.
• Pasien TB pengguna kontrasepsi:
Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal dapat menurunkan efektifitas
kontrasepsi.
Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus (lanjutan)

e. Pengobatan TB pada perempuan usia subur


• Jika menggunakan kontrasepsi, Rifampisin berinteraksi dengan
kontrasepsi hormonal. Pasien TB sebaiknya menggunakan kontrasepsi
non-hormonal
• Pasien TB RO usia subur harus melakukan tes kehamilan terlebih
dahulu.
• Pasien dianjurkan memakai kontrasepsi fisik untuk mencegah kehamilan.
Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus (lanjutan)
f. Pengobatan pasien TB dengan gangguan fungsi
ginjal
• Pasien dengan penyakit ginjal sangat berisiko untuk terkena TB
khususnya pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.
• Pemberian OAT TB pada pasien dengan gangguan ginjal harus hati–hati,
pirazinamid dan etambutol tidak diberikan karena diekskresi melalui
ginjal.
• Perlu diberikan tambahan Piridoksin (vit. B6) untuk mencegah terjadinya
neuropati perifer.
• Kerjasama dengan dokter yang ahli dalam penilaian tingkat kegagalan
fungsi ginjal berdasarkan pada pemeriksaan kreatinin.
Pengobatan Pasien TB Dengan
Keadaan Khusus (lanjutan)

g. Pasien TB yang perlu mendapatkan tambahan kortikosteroid


Kortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yang membahayakan jiwa
pasien seperti:
• Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampak neurologis
• TB milier dengan atau tanpa meningitis
• Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi pericardial
• Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB saluran
kencing(untuk mencegah penyempitan ureter), pembesaran kelenjar getah
bening dengan penekanan pada bronkus atau pembuluh darah.
• Hipersensitivitas berat terhadap OAT.
• IRIS (Immune Response Inflammatory Syndrome).
Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari berat dan
ringannya keluhan serta respon klinis.
REFERENSI

• Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis,


Kemenkes RI, Direktoral Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2014
• Petunjuk Tehnis Tatalaksana Ko-infeksi TB/HIV,
Kemenkes RI, 2013
• Petunjuk Tehnis Manajemen TB anak, Kemenkes
RI, 2013
• Pedoman Manajemen TerpaduPengendalian
Tuberkulosis Resistan Obat, Kemenkes RI, 2013
• Strategi nasional pengendalian TB 2011 – 2014,
Kemenkes RI, 2011
SELAMAT BERDISKUSI
DAN MENGERJAKAN TUGAS
DI KELOMPOK

Anda mungkin juga menyukai