Nora Santi (8176141005) Nuraini (8176141006) Rinna Ayu Afriani (8176141009) Latar Belakang – Gula merupakan senyawa organik yang penting sebagai sumber kalori. Gula juga digunakan sebagai bahan baku pembuat alkohol, bahan pengawet makanan dan pencampur obatobatan (Goutara dan Wijandi, 1975). – Sampai saat ini peran gula sebagai pemanis masih didominasi oleh gula pasir (sukrosa). Harus diusahakan alternatif bahan pemanis selain sukrosa. – yang dijadikan alternatif pengganti sukrosa seperti siklamat, aspartam, stevia, dan gula hasil hidrolisis pati. Contoh gula hasil hidrolisis pati adalah sirup glukosa, fruktosa, dan maltose (Anugrahati, 1999). – Industri makanan dan minuman saat ini memiliki kecenderungan untuk menggunakan sirup glukosa. Lanjutan… – Hal ini didasari oleh beberapa kelebihan sirup glukosa yaitu tidak mengkristal jika dilakukan pemasakan pada suhu tinggi. – Peluang penggunaan sukun sebagai bahan dasar pembuatan sirup glukosa sangat besar karena kandungan karbohidrat yang tinggi mencapai 35,5 % di dalam buah sukun. Selain karena faktor gizi, buah sukun juga dapat digunakan dengan harapan menghilangkan ketergantungan manusia terhadap glukosa dari tebu yang semakin meningkat harganya (Anugrahati, 1999). – Penelitian pembuatan sirup glukosa dengan variasi konsentrasi enzim α -amilase terhadap berat kering bahan dan waktu hidrolisis dengan menggunakan sukun belum pernah dilakukan sebelumnya sehingga perlu dilakukan penelitian agar didapat hasil untuk perbandingan penelitian-penelitian mengenai pembuatan sirup glukosa sebelumnya. Jurnal Pendukung Anugrahati , N. A.1999. Optimasi Normalitas Asam dan Waktu Hidrolisa pada Pembuatan Sirup Glukosa Ganyong Secara kimiawi dan Kombinasi Enzimatis Kimiawi.I Naskah Skripsi Fakultas BiologiUniversitas Atma Jaya Yogyakarta.Yogyakarta Jamilatun, S., Yanti, S., dan Ryan, N.H. 2004. Pengambilan Glukosa Dari Tepung Biji Nangka Dengan Cara Hidrolisis Enzimatik Kecambah Jagung Prosiding Seminar Nasional Rekayasa Kimia Dan Proses. ISSN : 1411 –4216. Yogyakarta. Widiasta, O.E. 2003. Karakterisasi Sukun dengan Menggunakan pengering Kabinet dan Aplikasinya untuk Substitusi Tepung Terigu pada Pembuatan Roti Tawar. Skripsi S-1 Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Rumusan Malasah 1. Berapa konsentrasi enzim yang paling baik untuk menghasilkan sirup glukosa sukun (Artocarpus altilis Park.) dengan kadar gula reduksi yang paling tinggi ? 2. Berapa waktu hidrolisis yang baik untuk menghasilkan sirup glukosa sukun (Artocarpus altilis Park.) dengan kadar gula reduksi yang tinggi ? Tujuan Penulisan 1. Mengetahui konsentrasi enzim yang paling baik untuk menghasilkan sirup glukosa sukun (Artocarpus altilis Park.) dengan kadar gula reduksi yang tinggi. 2. Mengetahui waktu hidrolisis paling baik untuk menghasilkan sirup glukosa sukun (Artocarpus altilis Park.) dengan kadar gula reduksi yang tinggi Manfaat Penelitian – Penelitian ini bermanfaat untuk menambah informasi mengenai sumber daya alternatif penghasil sirup glukosa selain tebu dan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat akan gula tebu yang harganya semakin tinggi. taksonomi tanaman sukun – Kerajaan : Plantae – Filum : Magnoliophyta – Kelas : Magnoliopsida – Bangsa : Rosales – Keluarga : Moraceae – Suku : Artocarpus – Spesies : Artocarpus altilis Park Deskripsi Buah Sukun – Buah sukun berbentuk bulat atau agak lonjong dengan diameter kurang lebih 25 cm. Warna kulit buah hijau muda sampai kekuning-kuningan. Ketebalan kulit antara 1-2 mm. Daging buah berwarna putih agak krem, teksturnya kompak dan berserat halus. – Pembentukan buah sukun tidak didahului dengan proses pembuahan bakal biji (partheno carpie), maka buah sukun tidak memiliki biji. Pada mulanya kulit memiliki kulit yang kasar mirip duri (spina), selanjutnya kulit seolah tertarik dan terbentang sehingga berbekas seperti gambar heksagonal dengan tiitik di tengahnya, dan kulit menjadi halus (Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2003). Manfaat dan Khasiat Sukun – Buahnya dapat digunakan sebagai bahan makanan. – Di Madura digunakan sebagai obat sakit kuning. – Di Melanesia dan New Guinea bijinya dapat disangrai atau direbus seperti chestnut. – Bunganya dapat di ramu sebagai obat.. – Di India bagian barat, ramuan daunnya dipercaya dapat menurunkan tekanan darah dan meringankan asma. – Getah tanaman digunakan untuk mengobati penyakit kulit. Di Karibia sebagai bahan membuat permen karet. – Kayu sukun tidak terlalu keras tapi kuat, elastis dan tahan rayap. Kandungan Gizi Sukun – karbohidrat 25 %, protein 1,5 % dan lemak 0,3 % dari berat buah sukun. – Unsur-unsur mineral yang terkandung dalam buah sukun antara lain adalah Kalsium (Ca), Fosfor (P) dan Zat besi (Fe), sedangkan vitamin yang menonjol antara lain adalah vitamin B1, B2 dan vitamin C. – Kandungan air dalam buah sukun cukup tinggi, yaitu sekitar 69,3 %. (Direktorat Jendral Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2003) PATI – Pati adalah substansi yang paling banyak terdapat di alam sebagai cadangan karbohidrat pada tanaman. Pati dibentuk pada bagian tanaman yang berwarna hijau melalui proses fotosintesis. Pati terdapat pada hampir semua tanaman tingkat tinggi dalam bentuk granula-granula yang tidak larut (Whistler dkk., 1984). – Pati terdiri atas dua komponen yang dapat dipisahkan yaitu amilosa dan amilopektin Perbandingan amilosa dan amilopektin secara umum adalah 20% dan 80% dari jumlah pati total. Kedua jenis pati ini mudah dibedakan berdasarkan reaksinya terhadap iodium, yaitu amilosa berwarna biru dan amilopektin berwarna kemerahan. Pembuatan Sirup Glukosa Secara Enzimatis – Sirup glukosa adalah nama dagang dari larutan hidrolisis pati. – Menurut Jacobs (1951), dilihat dari penggunaanya sirup glukosa lebih praktis karena sirup glukosa langsung dapat larut. – Menurut Dixon dan Webb (1979), enzim berperan sebagai katalisator organik pada suatu reaksi kimia. Enzim yang dapat menghidrolisis pati adalah enzim amilase. – Dalam pembuatan sirup glukosa enzim yang paling sering digunakan adalah α- amilase dan glukoamilase. – Menurut Rahayu (1991), pembuatan sirup glukosa sering menggunakan enzim α- amilase yang berasal dari bakteri seperti Bacillus amyloliquifaciens karena mempunnyai sifat tahan tehadap suhu yang tinggi. Alat – Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah spektrofotometer Visible, kuvet, mikropipet (10-100 μL), mikropipet (100-1000 μL), tip 100 μL, tip 1000 μL, penjepit tabung, pH-meter, blender, sentrifugasi, neraca analitik, corong kaca, beaker glass, pipet, tabung reaksi, rak tabung reaksi, tabung mikro, stopwatch, waterbath, hot plate, magnetic stirer, gelas ukur, spatula, botol semprot, sikat tabung, labu takar 10 mL, labu takar 25 mL, labu takar 100 mL, labu takar 250 mL dan batang pengaduk. Bahan – Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah biji nangka, akuades, aquabidest, amilum (soluble starch), pereaksi asam dinitrosalisilat (DNS), BSA (Bovine Serum Albumin), pereaksi Bradford (Thermosentific), NaCH3COO (Merck), CH3COOH(p) (Merck), Na2HPO4.12H2O, NaH2PO4.H2O (Merck), C4H4KNaO6. 4H2O (Merck), C6H12O6. H2O (Merck) dan NaOH (Merck) Isolasi Enzim dari Kecambah Biji Nangka – Kecambah biji nangka yang telah dibersihkan dipotong dan ditimbang sebanyak 50 g lalu ditambahkan 100 mL bufer fosfat 0,1 M pH 7 kemudian dihancurkan dengan menggunakan blender pada kondisi dingin, setelah hancur dibiarkan selama 30 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring. Residu dibuang dan filtrat diambil kemudian disentrifugasi pada kecepatan 13225 g selama 30 menit pada suhu 4 °C. Supernatan yang dihasilkan merupakan ekstrak kasar amilase. Penentuan Konsentrasi Protein Total (Ekstrak Kasar Amilase)
a. Persiapan Kurva Standar
– Kurva standar BSA dibuat dari larutan stok BSA 1 00 μg/mL. Konsentrasi standar BSA yang digunakan untuk variasi penentuan konsentrasi protein adalah 0, 4, 8, 10, 12, 16, 20 μg/mL. Larutan BSA dengan masing-masing konsentrasi diambil sebanyak 500 μL direaksikan dengan 500 μL reagen Bradford dan diinkubasi pada suhu ruang selama 5 menit. Setelah itu, sampel diukur absorbansinya pada λ 595 nm. Nilai absorbansinya diplotkan dengan kurva standar protein yang dibuat antara konsentrasi larutan BSA (C) terhadap absorbansi (A). Persamaan garis yang diperoleh dapat digunakan pada perhitungan kandungan protein enzim. Sebagai blanko digunakan akuades. Penentuan Konsentrasi Protein – Ekstrak kasar enzim diambil sebanyak 100 Μl kemudian diencerkan dengan akuades 900 μL. Enzim hasil pengenceran diambil sebanyak 500 μL dan ditambahkan 500 μL reagen Bradford lalu divortex, diinkubasi selama 5 menit pada suhu ruang. Larutan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada λ 595 nm. Data absorbansi yang diperoleh dikonversikan pada persamaan garis dari kurva standar BSA yang telah dibuat sehingga diperoleh konsentrasi kandungan protein. Uji Aktivitas Amilase Secara Kuantitatif dengan Metode Asam Dinitrosalisilat (DNS) b. Penentuan Kurva Standar Glukosa – Pengujian aktivitas amilase menggunakan metode DNS. Kedalam tabung mikro, masukkan masing-masing 50 μL larutan glukosa berbagai konsentrasi 2,0; 3; 3,5; 4,0; 4,5; 5,0 mM. Ditambahkan reagen DNS 50 μL ke dalam masing-masing tabung mikro. Kemudian masukkan tabung mikro ke dalam air mendidih selama 1 0 menit. Setelah 1 0 menit, kemudian didinginkan pada suhu ruang. Kedalam masing-masing tabung mikro ditambahkan 900 μL akuades. Setelah itu diukur absorbansi larutan dengan menggunakan spektrofotometer visible pada panjang gelombang 540 nm. Kurva standar glukosa dibuat dengan menggunakan data konsentrasi larutan glukosa pada sumbu x dan absorbansi pada sumbu y. Untuk blanko dimasukkan 50 μL akuades dan 50 μL reagen DNS ke dalam tabung mikro. Uji Aktivitas Amilase – Uji aktivitas amilase ditentukan dengan mengukur jumlah gula pereduksi yang terbentuk menggunakan metode asam dinitrosalisilat (DNS) dengan glukosa sebagai standar kalibrasi. Uji aktivitas amilase dilakukan dengan mencampurkan 50 µL campuran reaksi yang terdiri dari 25 µL amilum 1% (amilum 0,1 gram dilarutkan kedalam 10 mL akuades) dan 25 µL enzim kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 50 µL pereaksi DNS. Campuran reaksi tersebut selanjutnya dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit. Selanjutnya campuran reaksi didinginkan sampai suhu kamar dan ditambahkan akuades 900 µL. Absorbansi campuran diukur pada panjang gelombang 540 nm. Semua uji dilakukan tiga kali pengulangan.