Anda di halaman 1dari 15

KUSTA

Penyakit kusta adalah penyakit kronis yang


disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae
(M. leprae) yang pertama menyerang saraf tepi,
selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa
mulut, saluran napas bagian atas, sistem
retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan testis
kecuali susunan saraf pusat.

Repository USU
EPIDEMIOLOGI

KEMENKES RI
KEMENKES RI
KEMENKES RI
PATOGENESIS
• Perjalanan klinis kusta merupakan suatu proses yang lambat dan
berjalan bertahun-tahun, sehingga penderita tidak menyadari
adanya proses penyakit di dalam tubuhnya. Sebagian besar
penduduk di daerah endemik kusta pernah terinfeksi
Mycobacterium leprae.
• Namun karena adanya kekebalan alamiah, hanya sekitar 15% dari
mereka menjadi sakit.
• Pada orang yang kekebalan alamiahnya tidak berhasil membunuh
kuman yang masuk, terjadi perkembangbiakan Mycobacterium
leprae di dalam sel Schwan diperineurium. Proses ini berjalan
sangat lambat sebelum muncul gejala klinis yang pertama.Setelah
melewati masa inkubasi yangcukup lama (sekitar 2-5 tahun) akan
muncul gejala awal penyakit yang bentuknya belum khas, berupa
bercak-bercak dengan sedikit gangguan sensasi pada kulit disertai
dengan berkurangnya produksi keringat setempat. 7,8

Hajar, Sitti. Morbus Hansen. FK Unsyiah


dalam beberapa tahun setelah kelainan itu
ditemukan biasanya akan muncul gejala
klinis yang karakteristik. Kelainan yang khas ini
bervariasi, bisa pada kulit, saraf tepi maupun
organ-organ lainnya.Bentuk kelainan yang
terjadi tergantung tipe kusta yang terjadi dan
berkaitan erat dengan status imun penderita

Hajar, Sitti. Morbus Hansen. FK Unsyiah


Repository USU
Repository USU
DIAGNOSIS
A. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa. Kelainan kulit/lesi yang
dapat berbentuk bercak keputihan (hypopigmentasi) atau
kemerahan (erithematous) yang mati rasa (anaesthesia)
B. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi
saraf. Gangguan fungsi saraf tepi ini biasanya akibat dari
peradangan kronis pada saraf tepi (neuritis perifer). Adapun
gangguan-gangguan fungsi saraf tepi berupa:
a. Gangguan fungsi sensoris: mati rasa.
b. Gangguan fungsi motoris: kelemahan otot (parese) atau
kelumpuhan (paralise).
c. Gangguan fungsi otonom: kulit kering.
C. Ditemukannya M. leprae pada pemeriksaan bakteriologis.

Repository USU
Pemeriksaan Penunjang
A. Uji FLA-ABS (Fluorescent leprosy Antibodi-Absorption test)
Uji ini menggunakan antigen bakteri M. leprae secara utuh yang telah dilabel
dengan zat fluoresensi. Hasil uji ini memberikan sensitivitas yang tinggi
namun spesivisitasnya agak kurang karena adanya reaksi silang dengan
antigen dari mikrobakteri lain.34
B. Radio Immunoassay (RIA)

Uji ini menggunakan antigen dari M. leprae yang dibiakkan dalam tubuh
Armadillo yang diberi label radio aktif. 34
C. Uji MLPA (Mycobacterium leprae particle agglutination)

Uji ini berdasarkan reaksi aglutinasi antara antigen sintetik PGL-1 dengan
antibodi dalam serum. Uji MLPA merupakan uji yang praktis untuk dilakukan
di lapangan, terutama untuk keperluan skrining kasus seropositif.

Repository USU
MDT Pausibasiler (1)
Kombinasi Dapson dan Rifampisin selama 6-9 bulan

Dapson Rifampisin
Dewasa 100 mg per hari 600 mg per bulan
(berat badan 50-70 dengan supervisi
kg)

Anak 50 mg per hari 450 mg per bulan


(usia 10-14 tahun)* dengan supervisi

* Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.

Menaldi, Srillinuwih. FKUI RSCM


MDT Pausibasiler (2)
Pausibasiler lesi tunggal (dosis tunggal)
Rifampisin Ofloksasin Minosiklin

Dewasa 600 mg 400 mg 100 mg


(berat badan 50-
70 kg)

Anak* 300 mg 200 mg 50 mg


(usia 10-14 tahun)

* Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil atau anak usia kurang dari 5 tahun
* Tidak dianjurkan untuk pengobatan rutin

Menaldi, Srillinuwih. FKUI RSCM


MDT Multibasiler
Kombinasi Dapson, Rifampisin, dan Klofazimin selama 12-18 bulan

Dapson Rifampisin Klofazimin


Dewasa 100 mg 600 mg per 50 mg DAN 300 mg
(berat badan per hari bulan per per bulan
50-70 kg) dengan hari dengan
supervisi supervisi

Anak* 50 mg 450 mg per 50 mg, DAN 150 mg


(usia 10-14 per hari bulan dua per bulan
tahun) dengan hari dengan
supervisi sekali supervisi
* Dosis harus disesuaikan kembali pada anak usia di bawah 10 tahun.

Menaldi, Srillinuwih. FKUI RSCM


Komplikasi
• Ulserasi
• Mutilasi
• Deformitas

Anda mungkin juga menyukai