Anda di halaman 1dari 10

Kelompok

Nama Anggota :
1. Dissa Ayu Agistin
2. Rifika Endah R
3. Wulan Dini
4. Chitra Nur Shabrina
5. Azkiah Fikra
6. Frida Apriliani
7. Hanifaf Listiyani
8. Alfiah Nurul Izza
9. Rika Pratiwi
Agama menjadi sumber inspirasi dan kekuatan dan kekuatan
moral bangsa Indonesia.

Kehadiran dan kontribusi agama dalam pembangunan negara


diraskan rakyat melalui peran ormas yang berbasis keagamaan

Pelayanan yang dilakukan oleh organisasi keagamaan, tidak


diperuntukan hanya bagi warga yang seagama. Layanan
diberikan kepada semua dan lintas agama.
Agama sebagai Dasar Persatuan

Dasar “Ketuhanan yang Maha Esa” Menjadi landasan


toleransi beragama sekaligus menempatkan agama
sebagai kekuatan moral dan etik dalam mempersatukan
bangsa indonesia yang pluralistik.

Toleransi dan kerukunan beragama dalam islam


berpedoman pada kaidah: “Untukmu agamamu, dan
untukku agamaku” sebagaimana tertulis dalam al Quran
surah al-kafirun surah seratus 9 ayat 6.
Indonesia sejak lama, telah menganut
paham pluralisme hukum sebgai bentuk
pengkuan terhadap pluralisme agama dan
budaya. Pluralisme dalam bidang
pemerintahan tercermin pada undang-
undang tentang Nanggro Aceh Darussalam
dalam pelaksanaan syariat islam, otonomi
khusus Papua dan keistimewaan Yogyakarta
Legislasi syariah

Dalam ajaran islam, sumber hukum tertinggi adalah


Al-qur’an yang berisi firman Tuhan yang tertulis. Hal
ini didasarkan pada alur bahwa Tuhan adalah
sumber kebenaran. Tuhan selalu menghendaki
keadilan dan kemaslahatan bagi manusia

Dalam sejarah agama-agama dipercaya bahwa Tuhan


memberikan kepada para Nabi 2 hal: kekuasaan (Al-
Mulk) dan ajaran (Al-Hikmah). Negara tanpa
konstitusi akan jatuh pada kekuasaan diktaktor yang
korup menindas dan menyengsarakan rakyat
Program pertama Nabi di Madinah adalah
mendirikan masjid dan pasar dalam rangka
memperkuat persatuan islam. Nabi Muhammad
SAW mengundang “Piagam Madinah” yang berisi 47
pasal mengatur kehidupan dan hubungan
masyarakat madinah yang majemuk, dari segi asal-
usul, suku bangsa maupun agama
Pluralisme Hukum dalam Sistem Hukum
Nasional

Dalam ajaran islam, yang berhak menetapkan hukum


hanya Allah SWT. hal ini ditetapkan untuk menjamin
tegaknya kemaslahatan dan keadilan sejati, yang tidak
dirasuki kepentingan nafsu serakah.

Dalam konteks kenegaraan, ijtihad kolektif


dilakukan oleh wakil rakyat yang memiliki hak
legislasi.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, umat islam


wajib menjaga hubungan baik dengan adil dan damai
dengan pemeluk agama lain.
Kontribusi Besar Agama Islam dalam Membangun
Landasan Pluralisme Hukum dalam Bingkai
Persauan Indonesia

Indonesia sebagai Negara pancasila telah banyak


menerbitkan aturan perundangan yang hanya berlaku untuk
umat islam, dan tidak berlaku bagi nonmuslim. Contoh soal
UU Perkawinan mengatur bahwa seorang muslim dan
nonmuslim tidak diizinkan menikah (QS Al-Mumtahanh
(60); 10).

Sistem Ekonomi Islam tidak hanya berlaku


untuk pemeluk Islam. Tapi dirancang untuk
melayani semua orang, tanpa
mempersoalkan latar belakang agama, etnis,
dan kebangsaan.
Kita bertanggung jawab untuk memperjuangkan
pemberlakuan hukum nasional yang bersumber pada
syariah secara konstitusional, menggantikan hukum
publik warisan kolonial yang bertentangan dengan
rasa keadilan rakyat

Anda mungkin juga menyukai