Anda di halaman 1dari 35

Definisi Autisme

 Autisme pertama kali ditemukan oleh Leo Kanner


pada tahun 1943. Kanner mendeskripsikan gangguan
ini sebagai ketidakmampuan untuk berinteraksi
dengan orang lain, gangguan berbahasa yang
ditunjukkan dengan penguasaan bahasa yang
tertunda, echolalia, pembalikan kalimat, adanya
aktivitas bermain repetitive dan stereotype, rute
ingatan yang kuat dan keinginan obsesif untuk
mempertahankan keteraturan di dalam
lingkungannya.
 kesimpulan bahwa autisme merupakan suatu
gangguan perkembangan pervasif yang secara
menyeluruh mengganggu fungsi kognitif dan
mempengaruhi kemampuan bahasa, komunikasi
dan interaksi sosial. Gangguan-gangguan dalam
berkomunikasi, interaksi soisal dan imajinasi
sering saling berkaitan sehingga semuanya dapat
digambarkan sebagai tiga serangkai. Gejala lainnya
yang muncul antara lain berupa kehidupan dalam
dunia sendiri tanpa menghiraukan dunia luar.
Diagnosis Autisme Berdasarkan DSM IV

 Menurut American Psychiatric Association dalam


buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR,
2004), kriteria diagnostik untuk dari gangguan
autistik adalah sebagai berikut:

A. Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2) dan


(3), dengan setidaknya dua dari (1), dan satu dari
masing-masing (2) dan (3):
1.
Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang
dimanifestasikan dengan setidak-tidaknya dua dari hal berikut:
 Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa
perilaku non verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah,
postur tubuh dan gestur untuk mengatur interaksi sosial.
 Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya
yang tepat menurut tahap perkembangan.
 Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk
berbagi kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan
orang lain (seperti dengan kurangnya menunjukkan atau
membawa objek ketertarikan).
 Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional.
2. Kerusakan kualitatif dalam komunikasi yang
dimanifestasikan pada setidak-tidaknya satu dari hal berikut:
 Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada
perkembangan bahasa (tidak disertai dengan usaha untuk
menggantinya melalui beragam alternatif dari komunikasi,
seperti gestur atau mimik).
 Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai
dengan kemampuan untuk memulai atau mempertahankan
percakapan dengan orang lain.
 Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap
atau bahasa yang aneh.
 Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura
yang spontan atau permainan imitasi sosial yang sesuai
dengan tahap perkembangan.
3.
Dibatasinya pola-pola perilaku yang berulang-ulang dan
berbentuk tetap, ketertarikan dan aktivitas, yang
dimanifestasikan pada setidaktidaknya satu dari hal
berikut:
 Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola
ketertarikan yang berbentuk tetap dan terhalang, yang
intensitas atau fokusnya abnormal.
 Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau
ritual yang spesifik.
 Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang
(tepukan atau mengepakkan tangan dan jari, atau
pergerakan yang kompleks dari keseluruhan tubuh).
 Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek
B. Fungsi yang tertunda atau abnormal setidak-
tidaknya dalam 1 dari area berikut, dengan
permulaan terjadi pada usia 3 tahun:
(1) interaksi sosial,
(2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial
atau
(3) permainan simbolik atau imajinatif.
Gangguan Pada Anak Penderita Autisme

 Komunikasi
 Interaksi Sosial
 Perilaku
 Gangguan sensoris
Penyebab Autisme

 Faktor neurobilogis
 Masalah genetic
 Masalah selama kehamilan dan kelahiran
 Keracunan logam berat
 Terinveksi virus
 Vaksinisasi
 dll
Penatalaksanaan Autisme

Penatalaksanaan pada autisme harus secara


terpadu, meliputi semua disiplin ilmu yang terkait:
tenaga medis (psikiater, dokter anak, neurolog,
dokter rehabilitasi medik) dan non medis (tenaga
pendidik, psikolog, ahli terapi
bicara/okupasi/fisik, pekerja sosial). Tujuan terapi
pada autis adalah untuk mengurangi masalah
perilaku dan meningkatkan kemampuan belajar
dan perkembangannya terutama dalam penguasaan
bahasa.
Non – medikamentosa

 Terapi edukasi
 Terapi perilaku
 Terapi wicara
 Terapi okupasi/fisik
 Sensori integrase
 AIT (Auditory Integration Training)
 Intervensi keluarga
Medikamentosa

a. Jika perilaku destruktif yang menjadi target terapi, manajemen


terbaik adalah dengan dosis rendah antipsikotik/neuroleptik tapi dapat
juga dengan agonis alfa adrenergik dan antagonis reseptor beta sebagai
alternatif.
1. Neuroleptik
 Neuroleptik tipikal potensi rendah-Thioridazin-dapat menurunkan
agresifitas dan agitasi.
 Neuroleptik tipikal potensi tinggi-Haloperidol-dapat menurunkan
agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik.
 Neuroleptik atipikal-Risperidon-akan tampak perbaikan dalam
hubungan sosial, atensi dan absesif.
2. Agonis reseptor alfa adrenergic
 Klonidin, dilaporkan dapat menurunkan agresifitas, impulsifitas dan
hiperaktifitas.
3. Beta adrenergik blocker
 Propanolol dipakai dalam mengatasi agresifitas terutama
yang disertai dengan agitasi dan anxietas.

b. Jika perilaku repetitif menjadi target terapi


Neuroleptik (Risperidon) dan SSRI dapat dipakai untuk
mengatasi perilaku stereotipik seperti melukai diri
sendiri, resisten terhadap perubahan hal-hal rutin dan
ritual obsesif dengan anxietas tinggi.

c. Jika inatensi menjadi target terapi Methylphenidat


(Ritalin, Concerta) dapat meningkatkan atensi dan
mengurangi destruksibilitas.
Prognosis
 Intervensi dini yang tepat dan perogram pendidikan
terspesialisasi serta pelayanan pendukung
mempengaruhi hasil pada penderita autisme. Autisme
tidak fatal dan tidak mempengaruhi harapan hidup
normal. Penderita autis yang dideteksi dini serta
langsung mendapat perawatan dapat hidup mandiri
tergantung dari jenis gangguan autistik apa yang
diderita dan berapa umurnya saat terdeteksi dan
ditangani sebagai penderita autis.
Pengertian

 Yang dimaksud dengan terapi oksigen hiperbarik


adalah tindakan pengobatan dimana pasien
menghirup oksigen murni (100%) secara berkala
ketika menyelam atau di dalam ruang udara
bertekanan tinggi (RUBT) dengan tekanan lebih
dari 1 ATA
Hyperbaric chamber

 Terapi oksigen hiperbarik pada suatu ruang


hiperbarik (Hyperbaric Chamber) yang dibedakan
menjadi dua, yaitu:

 Monoplace : pengobatan satu penderita


 Multiplace : pengobatan untuk beberapa
penderita pada waktu bersamaan dengan bantuan
masker tiap pasiennya
Fisiologi terapi hiperbarik oksigen

Hukum Boyle
 Pada suhu tetap, tekanan berbanding terbalik
dengan volume.

 P1V1 = P2V2 = P3V3….= K


Hukum Dalton
 Tekanan total suatu campuran gas adalah sam
dengan jumlah tekanan parsial masing-masing
bagian gas.

 P = P1 + P2 + P3 +….
Hukum Henry
 Jumlah gas terlarut dalam cairan atau jaringan
berbanding lurus dengan tekanan partial gas
tersebut dalam cairan atau jaringan pada suhu
yang tetap.
Fisiologi dari HBO bermacam-macam yakni

(1) peningkatan jumlah oksigen terlarut dalam


jaringan
(2) Peningkatan gradient difusi oksigen ke dalam
jaringan
(3) Vasokonstriksi arteriolar
(4) Efek terhadap petumbuhan bakteri
(5) Efek pada reperfusion injuri
Manfaat

 a. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan


tubuh, bahkan padaa aliran darah yang berkurang.
 b. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk
meningkatkan aliran darah pada sirkulasi yang berkurang.
 c. Mampu membunuh bakteri, terutama bakteri anaerob
seperti Clostridium perfingens (penyebab penyakit gas
gangrene).
 d. Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik)
antara lain bakteri E. coli dan Pseudomonas sp.Yang umumnya
ditemukan pada luka-luka mengganas.
 e. Mampu menghambat produksi racun alfa toksin.
 f. Meningkatkan viabilitas sel atau kemampuan sel untuk
bertahan hidup
 g. Menurunkan waktu paruh karboksihemoglobin dari 5
jam menjadi 20 menit pada penyakit kercunan gas CO
 h. Dapat mempercepat proses penyembuhan luka dengan
pembentukan fibroblast.
 i. Meningkatkan produksi antioksidan tubuh tertentu
 j. Mereduksi ukuran bubble nitrogen
 k. Mereduksi edema
 l. Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan
kolagen yang menjaga elastisitas kulit
 m. Badan menjadi lebih segar, badan tidak udah lelah,
gairah hidup meningkat, tidur lebih enak dan pulas.
Indikasi  11. Proktitis karena radiasi
 12. Kerusakan jaringan karena
 1. Emboli gas atau udara radiasi
 2. DCS  13. Setelah skin graft atau skin
 3. Keracunan CO
flaps
 4. Iskemik jaringan akut
 14. Sindrom kompartemen
 5. Luka yang sulit sembuh
 15. Stroke
 6. Luka bakar
 16. Multiple sclerosis
 7. Nekrosis infeksi
 17. Autis
 8. Gas gangrene
 18. ADHD
 9. Keracunan sianida
 19. Sudden deafness
 10. Klostridial myonekrosis
 20. Gangguan fungsi imun
Kontraindikasi HBO

 1. Kontraindikasi absolute :

a. Pneumothorax yang belum dirawat


b. Keganasan yang belum diobati atau keganasan metastatic
Kontraindikasi relative :

a. Kehamilan
b. ISPA
c. Sinusitis kronis
d. Kejang
e. Emfisema yang disertai dengan retensi CO2
f. Panas tinggi yang tidak terkontrol
g. Riwayat pneumothorax spontan
h. Riwayat opersi dada
i. Riwayat operasi telinga
j. Infeksi virus
k. Riwayat neuritis optic
Komplikasi

 Barotrauma telinga
 Barotrauma paru
 Barotrauma dental
 Toksisitas oksigen
 Gangguan neurologis
 Fibroplasia retrolental
 Katarak
 Transientmiopia reversible
PENGARUH TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK
TERHADAP AUTISME

Saat terjadi autism terjadi hipoperfusi darah pada bagian otak yang
mana hal ini akhirnya menyebabkan terjadinya reaksi inflamasi.
Hipoperfusi ditunjukkan dari menurunnya aliran darah di region
temporal dari otak. Salah satu penelitian menggunakan scan PET
(Positron Emission Tomography) dari 11 anak autism
menunjukkan kurangnya aliran darah ke bagian area temporal kiri,
dimana mempengaruhi penangkapan bahasa dan proses
pendengaran. Hipoperfusi serebral dapat menyebabkan hipoksia
dimana dapat menyababkan kegagalan elektrikal pada sel-sel otak.
Memburuknya hipoksia menyebabkan terjadinya gangguan pompa
ion yang menyebabkan kematian sel.
 Dan Rossignol dari International Child Development Resource
Centre, Florida, AS, melakukan penelitian terhadap 62 penderita
autisme berusia 2-7 tahun. Responden diberi terapi oksigen
selama 40 menit setiap hari selama sebulan dengan asupan
oksigen 24% dan tekanan udara 1,3 atmosfer. Hasilnya, terjadi
peningkatan hampir di seluruh fungsi organ tubuh, seperti sensor
gerak, kemampuan kognitif, kontak mata, kemampuan sosial, dan
pemahaman bahasa
 Selain memperbaiki fungsi otak, secara umum ekstra oksigen
yang didapat dari terapi oksigen hiperbarik juga berguna untuk
meningkatkan kemampuan sel darah putih untuk melawan
infeksi, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit,
membentuk pembuluh darah kapiler baru, membunuh kuman-
kuman anaerob dalam usus, dan membantu setiap organ dalam
tubuh berfungsi dengan lebih baik

Anda mungkin juga menyukai