Anda di halaman 1dari 16

Tawuran Pelajar

Oleh kelompok 3
1.Alfian haykal
2.Marlina
3.muh.khalid haekal
4.Nirwati irmayanita
5.Ridha dhiyaulliana m.
6.Valentina febriani
 Latar Belakang
 Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini
terbukti dengan terjadinya peristiwa – peristiwa tawuran para pelajar yang
saat ini sedang maraknya terjadi. Tawuran saat ini juga sudah menjadi hal
yang biasa bagi masyarakat.
 Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota – kota besar di
Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas.
Perilaku pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang
mempengaruhi baik faktor internal ataupun eksternal.
 Perlikau tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta
benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain.
Di mata mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan mereka merasa bangga
jika berhasil membunuh pelajar sekolah lain yang mereka anggap musuh
mereka.
 Beberapa minggu yang lalu siswa SMAN 6 Jakarta meninggal dunia karena
terbacok oleh siswa SMAN 70 Jakarta. Apakah ini hasil dari pendidikan
untuk bangsa kita?
 Oleh karena itu , dalam makalah ini saya akan membahas secara
keseluruhan tentang aksi tawuran pelajar. Karena jika hal ini terus dibiarkan
maka bangsa kita akan semakin hancur, hapuslah kekerasan dalam citra
bangsa kita.
 Tujuan :
 Karya tulis ini bertujuan agar para pelajar menyadari bahwa tindakan
asusila tawuran adalah tindakan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh
seorang pelajar.
 Memajukan bangsa kita agar lebih baik dari bangsa lain dengan cara
mencetak prestasi – prestasi yang membanggakan. Mengahapus tindakan
kekerasan pada jiwa seseorang yang menimbulkan dampak negatif untuk
orang lain ataupun dirinya sendiri.
 Berharap supaya kita semua saling bekerjasama untuk meningkatkan
kualitas pendidikan bangsa Indonesia, merubah sistem pendidikan yang
lebih baim agar siswa – siswi merasa nyaman belajar di sekolah.
 Sehingga para pelajar setiap harnya selalu bersemangat untuk menimba
ilmu pengetahuan di sekolahnya masing – masing.
 . Sasaran :
 Pelajar
 Para pelajar harus memahami bahwa masa depan yang cerah ada di tangan
kita sendiri. Jika kita ingin menjadi orang yang sukses.

 Orang tua
 Para pelajar yang sering melakukan tindakan asusila biasanya karena
pelajar yang sering menghadapi konflik di keluarganya. Seperti , kurang
perhatian dari kedua orang tuanya, sikap orang tua yang selalu
menyelesaikan masalah dengan tindakan kekerasan menyebabkan pola
pikir anak menjadi tidak baik. Sehingga anak melampiaskannya kepada
orang lain dan selalu menyelesaikan masalah dengan emosi atau tindakan
yang kasar.

 Pemerintah
 Pemerintah seharusnya memberikan ketegasan dalam masalah hukum
untuk para pelajar yang melakukan tindakan tawuran. Memberikan
hukuman yang sesuai dengan apa yang sudah mereka lakukan supaya
mereka merasa jera dan tidak mengulangi perbuatannya lagi.
 Pihak Kepolisian
 Kepolisian harus selalu mengawasi di setiap sekolah yang rawan terjadi
tawuran. Jangan sampai harus terjatuh korban terlebih dahulu, baru polisi
muncul dan bertugas menyelesaikan kasus tersebut.
 Guru atau Pihak Sekolah
 Pihak sekolah beserta guru – guru harus memberikan tekhnik pengajaran
yang kreatif, yang membuat siswa merasa nyaman di lingkungan sekolah.
Menghapus tindakan kekerasan guru terhadap murid yang terjadi di
sekolah. Selalu memberikan reward untuk siswa – siswi yang berprestasi.
Mengadakan kegiatan yang lebih bermanfaat di waktu senggang setelah
sekolah.
 A. Pengertian Tawuran
 Tawuran merupakan suatu kegiatan perkelahian atau tindak kekerasan yang
dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat.

 B. Faktor – faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran
 1. Faktor internal
 Ketidakmampuan/kurang mampunya beradaptasi dengan lingkungan
sosial yang kompleks menimbulkan tekanan pada setiap orang. Terutama
pada remaja yang mentalnya masih labil dan masih dalam pencarian jati
diri dan tujuan hidup. Kekompleksan seperti keberagaman budaya,
kemampuan ekonomi dan pandangan tidak bisa diterima sehingga
dilampiaskan lewat kekerasan.
 Saat tidak mampu beradaptasi, rasa putus asa, menyalahkan orang lain dan
memilih cara instan untuk memecahkan persoalan membuat rasa frustasi
semakin mengendalikan emosi pelajar yang labil. Ketidakpekaan terhadap
perasaan sesamanya mengakibatkan pelajar tega menganiaya hingga
membunuh sesamanya. Sebenarnya, dalam diri mereka butuh pengakuan.
 2. Faktor keluarga
 Jika keluarga tidak bahagia, bahkan ada kekerasan dalam rumah tangga
akan berdampak pada mental psikologis anak. Secara tidak langsung,
remaja akan meniru pola yang ia lihat di dalam keluarganya. Anak yang
terlalu dilindungi orangtuanya (dimanja) juga akan sama saja. Saat
bergabung dalam kelompok sosialnya di sekolah, ia akan menyerahkan diri
secara total tanpa memiliki kepribadian dan prinsip yang kuat.
 Penyesuaian emosional yang kurang memadai ditambah dengan kelompok
sosial yang tidak benar semakin memungkinkan terjadinya tawuran antar
pelajar.

 3. Faktor sekolah
 Kebosanan di dalam ruang belajar mengajar seperti tindak belajar
mengajar yang monoton, tidak mengijinkan siswa untuk bertindak kreatif,
terlalu mengekang dan otoriter juga menjadi pengaruh. Sebagian besar
hidup remaja juga dihabiskan di sekolah, tempat ia belajar sekaligus
mengekspresikan dirinya. Tak heran jika sekolah sering disebut sebagai
rumah kedua.
 Siswa yang bosan akan memilih untuk bersenang-senang di luar sekolah.
Guru sekolah dinilai sebagai pihak otoriter yang gemar menghukum
siswanya ketimbang mendidik dalam arti yang sebenarnya.
 4. Faktor lingkungan
 Faktor ini jauh lebih luas daripada lingkungan rumah remaja. Lingkungan
ini juga berbicara sekolah, media televisi, media cetak dan ketidakpuasan
atas negara atau fasilitas negara. Jika diruntut dari faktor lingkungan,
media-media dan teladan pemerintah juga menjadi sorotan atas tawuran
pelajar.
 Masih ingat dengan kasus perkelahian dewan yang terhormat? Media yang
menampilkan dan oknum yang berbuat juga bisa dipersalahkan karena
memberi teladan yang buruk.
 Rasa solidaritas yang diberikan remaja, seringkali berada di jalur yang
salah. Sebaiknya perlu ditekankan ulang akan pentingnya mengendalikan
rasa solidaritas dengan akal pikiran sehat dan jiwa toleransi antar manusia
yang tinggi. Solidaritas tidak selalu ikut-ikutan dalam hal buruk.

 C. Contoh Kasus Tawuran Antar Pelajar :

 Kamis, 17 Desember 2009 | 04:40 WIB
 Jakarta, Kompas - Aksi kekerasan yang dilakukan pelajar belum berhenti.
Bahkan, kekerasan pelajar yang dilakukan dalam tawuran antarpelajar di
kawasan Gunung Sahari, Kemayoran, Rabu (16/12) pukul 09.30,
menyebabkan Ahmad Supratman (15), pelajar SMKN 1 Jakarta, tewas
disabet senjata tajam oleh pelaku yang juga berstatus pelajar.
 Tawuran terjadi ketika Ahmad dan teman-temannya terlibat saling ejek
dengan rombongan pelajar lain di dalam bus yang melintas di kawasan
tersebut. Saling ejek itu berlanjut dengan saling melempar batu. Pelajar
dari dalam bus ada yang membawa senjata tajam. Senjata tajam inilah
yang digunakan melukai punggung dan leher Ahmad.
 Sejumlah teman yang melihat Ahmad terkapar penuh darah segera
membawa korban ke rumah sakit. Namun, nyawa warga Jalan Angkasa
Kecil 12, Kemayoran, ini tidak tertolong.
 Kepala Unit Reserse Kriminal Kemayoran Ajun Inspektur Satu Iswantoro
mengatakan, pihaknya masih menelusuri pelajar yang terlibat tawuran ini.
”Penyelidikan masih dilakukan. Sampai sekarang belum diketahui
identitas sekolah pelajar yang tawuran selain SMKN 1,” ucap Iswantoro.

 Berdamai
 Kasus kekerasan antarsiswa termasuk tawuran antarsekolah dan kekerasan senior
terhadap yuniornya sering terjadi di Jakarta. Kasus yang terakhir terkuak adalah
kekerasan di SMAN 82, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
 Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Seto Mulyadi mengatakan, meski alot,
akhirnya mediasi antara pelaku, korban, dan keluarga sepakat tidak meneruskan
kasus ke pengadilan.
 Awalnya, orangtua Ade Fauzan Mahfuza, Marlin Anggraini, berkeras menuntut
pelaku diproses hukum. Ade yang menjadi korban kekerasan seniornya kemudian
pindah sekolah.
 ”Sanksi harus diberikan bagi yang salah. Namun, karena menyangkut masa depan
anak yang masih bisa diperbaiki, keputusan penghentian kasus ini sangat bijaksana,”
tutur Seto.
 Menurut Seto, kasus kekerasan di SMAN 82 sudah berlangsung lama. Kekerasan ini
baru terungkap saat Ade, siswa kelas I dihajar seniornya pada awal November lalu
dan harus dirawat selama sepekan di Rumah Sakit Pusat Pertamina.
 Agar tidak terulang, Seto menegaskan perlunya konsultasi psikologi rutin bagi
korban ataupun pelaku dan bagi siswa sekolah yang memiliki tradisi bullying. Kasus
bullying di Jakarta yang terungkap sejak 2007 memang selalu berakhir damai. Hanya
kasus penganiayaan siswa yunior kelas X SMA 34, yaitu Muhammad Fadhil
Harkaputra Sirath (15), tahun 2008, yang berakhir di persidangan. Lima pelaku siswa
kelas XII dihukum penjara 45 hari. (ART/NEL)
 Tawuran SMA 6 dan 70, Kepala Dinas Pendidikan DKI Tak Ditegur
 Satu pelajar tewas dan dua lainnya terluka akibat tawuran kemarin.
 Selasa, 25 September 2012, 11:42

 VIVAnews - Tawuran pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta kembali terjadi.
Satu pelajar dari SMAN 6, Alawi Yusianto Putra, tewas. Dua temannya,
Dimas dan Faruq, terluka.
 Tawuran pelajar dari kedua sekolah ini bukan yang pertama. Sebelumnya,
pelajar kedua sekolah beberapa kali terlibat tawuran.
 Meski bentrokan pelajar ini sering terjadi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan merasa tidak perlu menegur Kepala Dinas Pendidikan DKI
Jakarta. Kemendikbud juga tak menegur kepala sekolah kedua SMA itu.
"Kami rasa tidak perlu menegur, mereka bukan pelaku tawuran," kata Kepala
Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud, Ibnu Hamad saat berbincang
dengan VIVAnews, Selasa 25 September 2012.
 Menurut Ibnu, saat ini yang paling penting bukan menegur dan saling
menyalahkan. "Yang paling penting bagaimana kepala dinas
mengkoordinasikan jangan sampai kejadian serupa terjadi lagi," katanya.
 Ibnu sendiri mengakui bahwa Kemendikbud belum memiliki kajian khusus
untuk mengatasi tawuran antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta ini.
Meskipun tawuran pelajar kedua sekolah yang berdekatan ini terjadi
beberapa kali.
 D. Cara Mencegah Tawuran Antar Pelajar :
 Para Siswa wajib diajarkan dan memahami bahwa semua permasalahan
tidak akan selesai jika penyelesaiannya dengan menggunakan kekerasan.
 Lakukan komunikasi dan pendekatan secara khusus kepada para pelajar
untuk mengajarkan cinta kasih.
 Pengajaran ilmu beladiri yang mempunyai prinsip penggunaan untuk
menyelamatkan orang dan bukan untuk menyakiti orang lain.
 Ajarkan ilmu sosial Budaya, ilmu sosial budaya sangat bermanfaat untuk
pelajar khususnya, yaitu agar tidak salah menempatkan diri di lingkungan
masyarakat.
 Tindakan kekerasan pasti akan menular, Pihak yang berwenang haruslah
tegas memberikan sanksi untuk pelaku tindak kekerasan.
 E. Penjelasan Materi Makalah dengan menggunakan Analisis Swot
 Analisis permasalahan perilaku sosial tawuran antara kelompok pelajar dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun
eksternal dilihat dari aspek :
 1. Kekuatan ( Strenght )
 a. Pelajar ingin membela sekolahnya, agar tidak diserang oleh sekolah lain.
 b. Pelajar cenderung menganggap tawuran sebagai cara memperoleh
pengakuan dan status tinggi serta disegani dalam kelompoknya.
 c. Para pelajar melakukan tawuran bsa juga karena hal ingin membela teman
yang pernah diserang oleh sekolah lain.
 d. Pelajar menganggap kenakalan yang dilakukan hanya manifestasi simbolis
aspirasi mereka karena sering diperlakukan tidak adil.
 2. Kelemahan ( Weakness )
 a. Sering mengeluarkan kata – kata yang mengejek hanya karena hal yang
kecil, dapat memicu terjadinya tawuran. Atau bahkan hanya karena saling menatap
secara pandangan yang sinis juga bisa menyebabkan terjadinya tawuran.
 b. Karena masalah rebutan seorang wanita, juga bisa memicu terjadinya
perkelahian antar pelajar.
 c. Mendapatkan pengaruh yang tidak bak dari seorang profokator, untuk
menyerang sekolah lain.
 d. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan di
pikiran para remaja. Bercanda yang terlalu berlebihan yang bisa menimbulkan
emosi sampai akhirnya terjadi perkelahian.
 3. Peluang ( Opportunity )
 a. Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar
disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
 b. Orang tua yang terlalu memberikan kebebasan untuk anaknya, kurang mengawasi
anaknya bisa membuat anak mencari jati dirinya di lingkungan luar dengan cara yang negatif.
 c. Sikap polisi yang kurang siaga untuk kasus tawuran antar pelajar. Polisi yang selalu
baru memunculkan dirinya setelah jatuhnya korban tewas karena aksi brutal pelajar.
 d. Sekolah yang kurang begitu ketat mengadakan razia atau pemeriksaan terhadap siswa
– siswinya.
 4. Tantangan / Hambatan ( Threats )
 a. Para pelajar yang melakukan tawuran akan mendapatkan hukuman dari pihak
kepolisian.
 b. Sikap pelajar yang anarkis, membuat para orang tua mereka menjadi geram atas
tingkah laku mereka yang sangat tidak pantas di usia mereka yang masih sangat remaja. Orang
tua juga bisa menjadi stress akibat perbuatan anaknya.
 c. Membuat nama dan citra keluarga serta citra sekolah menjadi buruk di mata
masyarakat.
 d. Sekolah biasanya memberikan sanksi yang berat untuk pelajar yang melakukan
tawuran.

 A. Kesimpulan
 1. Tawuran pelajar adalah tindakan kriminal yang biasa terjadi di kota
– kota besar di Indonesia, yang biasa terjadi karena di dasari alasan
solidaritas sesama teman.
 2. Sekolah , lingkungan , orang tua , dan pemerintah merupakan
peran yang paling utama dan harus bertanggung jawab serta bekerjasama
dengan baik untuk menanggulangi permasalahan ini.
 3. Para pelajar juga harus menyadari bahwa kita sebagai generasi
muda diwajibkan untuk saling bahu membahu mengisi kemerdekaan,
memajukan bangsa kita. Membuat prestasi yang bisa mengharumkan nama
bangsa , agar mereka tidak melakukan tindakan asusila seperti tawuran.
 4. Kepribadian setiap insan manusia pada dasarnya dalah sosok yang
berbudi mulia. Hanya saja karena adanya faktor – faktor internal ataupun
eksternal, yang ,membuat pribadi manusia mengalami proses perubahan.
Dan dari proses perubahan tersebut dapat mengarah ke dampak yang positif
atau negatif.
 B. Rekomendasi
 1. Peningkatan kasus tawuran pelajar membuat KPAI ( Komisi
Perlindungan Anak Indonesia ) menyatakan untuk segera mewujudkan
“Sekolah Ramah Anak” , agar tidak semakin merajalela kasus tawuran
pelajar ini.
 2. Memberi kesempatan pada para remaja untuk beremansipasi
dengan cara yang baik dan sehat.
 3. Memberi kesempatan kepada para pelajar untuk
mengembangkan bakatnya masing – masing, sebagai kegiatan untuk
mengisi waktu luang dengan hal yang positif setelah kegiatan belajar di
sekolah usai.
 4. Memberikan reward ( penghargaan ) terhadap siswa-siswi yang
berprestasi. Agar memacu murid lain untuk mencetak prestasi yang jauh
lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai