Anda di halaman 1dari 39

MODUL 3

BERCAK PUTIH PADA KULIT

KELOMPOK VI

T U T O R : D R . D I A N Y N U R D I N , S P. K K , M . K E S
KELOMPOK VI
1. Misrah 15 777 041
2. Muhammad Fauzi Rusli 15 777 042
3. Ade Shafiira Putri 15 777 043
4. Putu Yogi Anggasta 15 777 044
5. Moh. Rifai H. Nunu 15 777 045
6. Transiska Lestari 15 777 047
7. Dyat Pracita Sari 15 777 048
8. Afriadi Ahmad 15 777 049
9. Yustiadi HT Kasuba 13 777 086
10. Ida Ayu Putri Herdayanti 14 777 045
SKENARIO
Seorang laki-laki, kulit sawo matang, umur 17 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan bercak-bercak berwarna putih pada kulit, berbentuk bulat atau lonjong,
diameter 1-3 cm. bercak putih tersebut muncul 1 bulan yang lalu di daerah
punggung.
KATA KUNCI
1. Laki-laki umur 17 tahun

2. Keluhan bercak berwarna putih pada kulit

3. Bentuk bulat atau lonjong

4. Diameter 1-3cm

5. Muncul 1 bulan yang lalu di daerah punggung


PERTANYAAN
1. Jelaskan bagaimana anatomi dan fisiologi sistem terkait

2. Jelaskan eflorisensi pada kulit

3. Jelaskan patomekanisme dari hipopigmentasi

4. Jelaskan langkah-langkah diagnosis

5. Jelaskan diferensial diagnosis


MIND MAP
Anatomi dan
Fisiologi

BERCAK PUTIH
PADA KULIT

Pitiriasis
Vesikolor Pitiriasis Alba
Diferensial
Diagnosis

Morbus Hansen Vitiligo


ANATOMI
FISIOLOGI
PITIRIASIS VESIKOLOR
DEFINISI
• Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial kronik ringan yang
disebabkan oleh jamur malassezia dengan ciri klinis discrete atau Confluent.
Memiliki ciri-ciri bersisik, tidak berwarna atau tidak berpigmen,1,3,10 dan tanpa
peradangan.
• Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak,
sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah tinea
versikolor atau panu.
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi di Amerika Serikat diperkirakan 2-8% dari semua penduduk.
• Prevalensi tinggi didaerah tropis yang bersuhu panas dan kelembapan relatif.
• Di dunia prevalensi angka pitiriasis versikolor mencapai 50% di daerah yang
panas dan lembab dan 1,1% di daerah yang dingin.
• paling sering ditemukan pada usia 13-24 tahun
• Di Indonesia penyakit ini sering disebut panu dan angka kejadian di Indonesia
belum diketahui.
ETIOLOGI
• Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur (dahulu
dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan
jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia
saat masa pubertas dan di luar masa itu.
• Malassezia furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in
vivo. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun baru akan memberikan
gejala bila tumbuh berlebihan
PATOMEKANISME
GEJALA KLINIS
1. Pada orang kulit berwarna makula hipopigmentasi, skuama.
2. Pada orang kulit putih kecoklatan atau kemerahan
3. Gatal (+) terutama bila berkeringat
4. Tidak ada kelainan sarah perifer

Lokalisasi
Daerah yang tertutup pakaian dada, punggung, perut, lengan atas ( dapat
juga pada tempat lain leher atau wajah. Bentuk numuler dan folikuler
LANGKAH DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNGJANG

1. Lesi hipopigmentasi / 1. Lampu wood = flouresensi


hiperpigmentasi, berwarna kuning keemasan pada
2. rasa gatal yang ringan saat lesi yang berssisik
berkeringat 2. Mikroskopis sediaan skuama
3. lingkungan yang lembab dengan KOH
4. Riwayat keluarga dan lingungan
sekitar
PENATALAKSANAAN
• Topikal
1. Selenium sulfida 1,8% dalam bentuk shampoo 2 -3 kali seminggu
2. Salisil spiritus 10%
3. Sulfur presipitum dalam bdak kocok 4 – 20%
• Sistemik
1. Ketokonazol 200 mg/hari selama 10 hari
2. Itrakonazol 200 mg/hari selama 5 – 7 hari
MORBUS HANSEN
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Penyakit kusta adalah penyakit kronik 1. Terdapat di Asia, Afrika,
yang disebabkan oleh Mycobacterium Amerika latin.
leprae (M.leprae) yang pertama kali 2. Daerah tropis & sub tropis
menyerang saraf tepi dan selanjutnya 3. Masyarakat sosial - ekonomi
menyerang kulit serta organ tubuh rendah.
lainnya kecuali SSP.
ETIOLOGI
a. Penyebab penyakit kusta oleh karena Mycobacterium leprae.
b. kuman yang bersifat gram positif, berbentuk batang lurus atau
melengkung.leprae termasuk golongan BTA.
c. Menyukai daerah lembab  sekret hidung kering bertahan 9 hari  suhu
kamar 46 hari.
d. Masa tunas  umumnya 2 - 4 thn (40 hari - 40 thn).
PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
1. Kulit mengalami bercak putih seperti panu
2. Adanya bintil-bintil kemerahan yang tersebar pada kulit
3. Ada bagian tubuh tidak berkeringat
4. Rasa kesemutan pada anggota badan atau bagian raut muka
5. Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
6. Mati rasa karena kerusakan syaraf tepi
LANGKAH DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan : 2. Pemeriksaan fisis
Bercak putih berwarna merah atau putih Tanda patognomis
berbentuk plakat, terutama di wajah dan
a. tanda-tanda kulit
telinga. Bercak kurang/mati rasa, tidak gatal.
Lepuh pada kulit tidak dirasakan nyeri. Kelainan b. Tanda-tanda pada saraf
kulit tidak sembuh dengan pengobatan rutin,
terutama bila terdapat keterlibatan saraf tepi. c. Ekstremitas dapat terjadi mutilasi
Faktor resiko :
a. Sosial ekonomi rendah 3. Pemeriksaan Penunjang
b. Kontak lama dengan pasien, seperti
anggota keluarga yang didiagnosis dengan Pemeriksaan mikroskopis kuman BTA pada
lepra sediaan kerokan jaringan kulit.
c. Imunokompromais
d. Tinggal di daerah endemic lepra
PENATALAKSANAAN PROGNOSIS
1. Rifampisin : dosis 10mg/kg berat Pada kasus kusta yang tidak diterapi,
badan, diberikan setiap hari atau pasien yang bisa sembuh sendiri
setiap bulan. tanpa pengobatan adalah pasien yang
2. Klofazimin :50mg setiap hari, atau mengidap kusta tipe TT dan BT yang
100 mg selang hari, atau 3x100 berkembang menjadi TT. Sementara
mg setiap minggu. yang lainnya akan terjadi
perkembangan secara progresif.
3. Protionamid : dosis 5-10 mg/kg
Gejala yang timbul sering kali karena
berat badan setiap hari
cedera saraf dan fase reaksi.
PITIRIASIS ALBA
DEFINISI
Pitiriasis alba merupakan suatu penyakit kulit yang asimtomatik dengan ciri khas
berupa lesi kulit yang hipopihmentasi, penebalan, dan skuama dengan batas yang
kurang tegas. Kondisi seperti ini biasanya terletak pada wajah, lengan atas bagian
lateral, dan paha. Jika terkena pada anak-anak biasanya lesinya menghilang setelah
dewasa.
EPIDEMIOLOGI
• Di Amerika Serikat, pitiriasis alba umumnya terjadi sampai 5 % pada anak-anak,
terapi epidemiologi yang pasti belum dapat dijelaskan. Pitiriasis alba umumnya
terjadi pada anak-anak yang berusia 3-16 tahun. Sembilan puluh persen kasus
terjadi pada anak yang berusia lebih muda dari 12 tahun. Sering juga terjadi pad
orang dewasa.
• Pitiriasis alba dapat terjadi pada semua ras, tetapi memiliki prevalensi yang tinggi
pada orang-orang yang memiliki kulit yang berwarna. Wanita dan pria sama
banyak.
ETIOLOGI
Sampai saat ini belum ditemukan adanya etiologi yang definitif walaupun beberapa
usaha telah dilakukan untuk menemukan adanya mikroorganisme pada lesi kulit.
Namun dikatakan juga biasanya pitiriasis alba seringkali didapatkan pada kulit yang
sangat kering yang dipicu oleh lingkugan yang dingin.
PATOMEKANISME
Ditemukan densitas dari melanosit yang normal berkurang pada daerah lesi tanpa
adanya aktivitas sitoplasmik. Melanosom cenderung lebih sedikit dan lebih kecil
namun pola distribusi dalam keratonisit normal. Hipopigmentasi utamanya
diakibatkan oleh berkurangnya jumlah melanosit aktif dan penurunan jumlah dan
ukuran dari melanosomes pada daerah lesi kulit. Transfer melanosom di
keratinosit secara umum tidak terganggu. Gambaran histologis kurang spesifik.
Hiperkeratosis dan parakeratosis tidak selalu ada dan sepertinya tidak berperan
penting dalam patogenesisis dari hipomelanosis.
GEJALA KLINIS
• Pitiriasis alba umumnya bersifat asimtomatis tetapi bisa juga didaptkan rasa
terbakar dan gatal. Secara klinis, pitiriasis alba ditandai oleh makula berbentuk
bulat atau oval kadang iregular yang pada awalnya berwarna merah muda atau
coklat muda ditutupi dengan skuama halus, yang kemudian menjadi
hipopigmentasi.
• Lesi biasanya multipel dengan diameter bervariasi atara 0,5-2 cm dan dapat
tersebar secara simetris. Lesi pada umumnya didaptkan pada daerah wajah
(sekitar 50-60 % kasus) terutama pada daerah dahi, sekitar mata dan mulut.
Tetapi dapat juga ditemukan pada daerah yang lain seperti pada leher, bahu,
ekstremitas atas serta pada ekstremitas bawah.
LANJUTAN
Secara klinis pitiriasis alba terbagi atas 2 yaitu :
1. Bentuk lokal
Bentuk yang sering ditemukan dan sering pada anak. Umumnya lesi didapatkan
pada daerah wajah bentuk ini memberikan respon yang baik dengan pengobatan.
2. Bentuk umum
-Jarang ditemukan dan sering pada usia remaja
Secara klinis bisa dibagi menjadi 2 varian, yaitu
LANJUTAN
Idiopatik : Yang ditandai oleh lesi nonsquamous yang simetris berbatas tegas dan
bewarna putih di mana cenderung untuk merusak permukaan kulit pada daerah
tungkai dan lengan secara ekstensif. Varian ini membrikan respn yang jelek dengan
pengobatan.

Atopik : Varian ini juga dikenali sebagai extensive pityriosis alba yang ditandai
dengan rasa gatal pada daerah lesi dan sering didaptkan pada daerah antecuital,
popliteal dan bisa mengenai seluruh badan. Varian ini memberikan respon yang
baik dengan pengobatan kortikosterid.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang. Biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia 3-16 tahun.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan lesi berbentuk bulat, oval atau plakat tidak
teratur. Warna merah muda atau sesuai dengan warna kulit dengan skuama halus.
Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya depigmentasi dengan
skuama halus. Bercak biasanya multipel 4 sampai 20 dengan diameter antara ½ -
2 cm. Dengan distribusi lesi pada wajah yaitu paling banyak di sekitar mulut, dagu
dan pipi.
LANJUTAN
Pemeriksaan penunjang juga dibutuhkan dala menegakkan diagnosis pitiriasis alba,
seperti, pemeriksaan potassium hidroksida (KOH) tidak didapatkan hifa dan
spora yang merupakan indikasi dari penyakit akibat jamur.
Pada pemeriksaan histopatologis hanya dijumpai adanya akantosis ringan,
spongiosis dengan hiperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat.
Pada pemeriksaan mikroskop elektron terlihat penurunan jumla serta
berkurangnya ukuran melanosom.
PENATALAKSANAAN PROGNOSIS
Tujuan penatalaksanaan yaitu Ptiriasis alba memiliki prognosis yang
mengeliminasi inflamasi dan infeksi, baik. Depigmentasi yang terjadi
mengambalikan barier stratum permanen dan biasanya sembuh
korneum dengan menggunakan spontan dalam beberapa bulan
emolient dan penggunaan bahan
sampai beberapa tahun. Durasi gejala
antipruritus untuk mengurangi
berbeda pada setiap individu.
kerusakan pada kulit dan mengontrol
faktor-faktor eksaserbasi. Pengobatan dapat mempersingkat
durasi lesi sampai beberapa minggu.
Dengan penggunaan hidrokortison
dan krim emolien dapat mengurangi
eritema, skuama dan gatal.
VITILIGO
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Vitiligo adalah penyakit akibat Prevalensi vitiligo diperkirakan
depigmentasi pada kulit, disebabkan kurang dari 1% dari jumlah penduduk
oleh faktor genetik dan non genetik diseluruh dunia.
yg berinteraksi dengan kehilangan Vitiligo dengan riwayat keturunan
atau ketahanan fungsi melanosit dan dapat terjadi hingga 6.25% - 38%.
merupakan peristiwa autoimun.
KLASIFIKASI PATOMEKANISME
1. Lokalisata : - fokalis, segmentalis Adanya aktivitas imunitas humoral
dan mukosa anti melanosit yg mampu membunuh
2. Generalisata : - akrofasial, melanosit secara in vitro maupun in
vulgaris dan mixed vivo.
3. Universalis : depigmentasi >80%
GEJALA KLINIS PENATALAKSANAAN
Adanya makula ataupun mukosa 1. Psoralen dan UVA
berwarna putih pada sisi yang 2. Narowwband UVB
terkena berdasarkan klasifikasinya
3. Kortikosteroid
masing-masing.
4. Trakolimus
5. Terapi depigmentasi
6. Terapi laser
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai