Anda di halaman 1dari 17

NAMA ANGGOTA

Citra Dwi Setyowati


Ferian Saputra
Ivan Adisasono
M. Asyif
Pengertian Otoda
Otoda adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Otonom berasal dari kata Yunani autos
dan namos. Autos berarti sendiri dan
namos berarti aturan atau UU.
Dasar Hukum Pelaksanaan
Otoda
UUD 1945 amandemen kedua yang terdiri dari :
 Pasal 18 ayat 1-7
 Pasal 18A ayat 1 dan 2
 Pasal 18B ayat 1 dan 2
 Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang
penyelanggaraan otonomi daerah
 Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 mengenai
rekomendasi kebijakan dalam penyelanggaraan
otonomi daerah.
 UU No.32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan
Daerah.
 UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Daerah dan Pusat.
Tujuan Otoda
 Tujuan politik, dalam pelaksanaan otonomi daerah
yaitu upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik
melalui partai politik dan DPRD.
 Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi
daerah yaitu adanya pembagian urusan
pemerintahan antara pusat dengan daerah termasuk
pembaharuan manajemen pemerintahan di daerah
serta sumber keuangan.
 Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi
daerah yaitu terwujudnya peningkatan indeks
pembangunan manusia sebagai sarana peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Prinsip Otonomi Daerah
 Prinsip otonomi seluas-luasnya dimana daerah diberikan
kewenangan dalam mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintahan yang meliputi kewenangan semua bidang
pemerintahan kecuali kewenangan terhadap bidang politik luar
negeri, moneter, keamanan, agama, pradilan, serta fiskal
nasional.
 Prinsip otonomi nyata dimana daerah diberikan kewenangan
dalam menangani urusan pemerintahan yang berdasarkan
tugas, wewenang dan kewajiban secara nyata sudah ada dan
dapat berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai
dengan potensi dan ciri khas daerah.
 Prinsip otonomi yang bertanggung jawab merupakan prinsip
otonomi yang dalam sistem penyelenggaraan harus sesuai
dengan tujuan dan maksud dari pemberian otonomi, yang
bertujuan untuk memberdayakan daerahnya masing-masing
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Asas Otoda
 Asas kepastian hukum yaitu asas yang mementingkan
landasan peraturan perundang-undangan dan keadilan
dalam penyelenggaraan suatu negara.
 Asas tertip penyelenggara yaitu asas yang menjadi
landasan keteraturan, keserasian serta keseimbangan
dalam pengendalian penyelenggara negara.
 Asas kepentingan umum yaitu asas yang
mengutamakan kesejahteraan umum dengan cara
aspiratif, akomodatif, dan selektif.
 Asas keterbukaan yaitu asas yang membuka diri atas
hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur, serta tidak diskriminatif mengenai penyelenggara
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas
hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
 Asas proporsinalitas yaitu asas yang mengutamakan
keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Asas profesionalitas yaitu asas yang mengutamakan
keadilan yang berlandaskan kode etik dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Asas akuntabilitas yaitu asas yang menentukan bahwa
setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus bisa dipertanggungjawabkan
kepada rakyat atau masyarakat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi suatu negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Asas efisiensi dan efektifitas yaitu asas yang menjamin
terselenggaranya kepada masyarakat dengan
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal
dan bertanggung jawab.
Contoh Kasus
Permasalahan Otoda
KETUA DPRD MALANG MENJADI
TERSANGKA KPK
Rumusan Masalah
 Bagaimana cara KPK dapat menjadikan
Ketua DPRD Kota Malang menjadi
tersangka?
 Apa yang dilakukan Ketua DPRD Kota
Malang setelah ditetapakan menjadi
tersangka?
 Apa yang dilakukan KPK dalam penanangan
kasus Ketua DPRD Kota Malang?
Tujuan dan Manfaat
○ Tujuan
 Memberikan informasi kepada pembaca tentang kasus yang
terjadi dalam penyelewengan otoda.
 Menganalisis masalah otoda dan korupsi yang terjadi di Kota
Malang oleh Ketua DPRD.
 Kita dapat mengetahui bagaimana proses pemeriksaan yang
dilakukan oleh KPK kepada setiap pejabat daerah.

○ Manfaat
 Kita dapat mengetahui masalah korupsi yang ada di Kota
Malang.
 Dapat lebih berfikir terbuka tentang apa yang terjadi di
pemerinah Kota Malang
 Lebihoaham tentang kerja nyata KPK dalam pmberantasan
korupsi yang terjadi di daerah Kota Malang
Pembahasan
Pada tanggal 9 Agustus 2017, Tim KPK datang ke
Gedung Balai Kota Malang untuk melakukan
Penyelidikan. Tim menggeledah dua ruangan yakni
ruangan Wali Kota Malang, Moch. Anton dan ruang
Sekretaris daerah Kota Malang, Wasto. Penggeledahan
berlangsung tertutup. Anggota kepolisian dan Satpol PP
menjaga pintu masuk ruangan dan wartawan hanya di
perkenankan berada di depan ruang sidang Balai Kota.
Juru bicara KPK Febri Diansyah mengatakan
lembaganya telah menggeledah sejumlah tempat di
Malang dan telah menetapkan beberapa tersangka. KPK
telah menetapkan Ketua DPRD, M. Arief Wicaksono
sebagai tersangka. Politikus PDI Perjuangan itu, diduga
terlibat kasus dugaan korupsi.
 Kasus korupsi yang dialami oleh MAW ada dua kasus, yakni kasus
dugaan suap terkait pembahasan APBD Perubahan Kota Malang
Tahun Anggaran 2015 dan kasus dugaan suap penganggaran kembali
proyek pembangunan Jembatan Kedung Kandang, dalam APDB Kota
Malang Tahun Anggaran 2016 pada 2015.
 Pada kasus pertama, MAW menerima suap Rp 700juta untuk
pembahasan APBD-P Kota Malang tersebut. Suap diberikan Kepala
Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawasan Bangunan
(DPUPPB) Kota Malang Jarot Edy Sulistyono. Kedua, MAW menerima
uang Rp 250juta. Uang itu berasal dari Komisaris PT ENK, Hendrawan
Maruszaman. Dalam kasus ini, Arief disangkakan sebgai pihak
penerima suap, sementara Jarot dan Hendrawan sebagai pemberi
suap.
 Kasus suap ini dikenakan pasal 12 a atau b, atau pasal 11 UU Nomor
31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001, jo Pasal 55
ayat 1 ke 1 KUHP untuk Arief selaku penerima suap. Kemudian
sebagai pihak pemberi suap diperkara pertama ini, Jarot an
Hendrawan dikenakan pasal 5 ayat 1 huruf a atau b, pasal 13 UU
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001. Jo Pasal 55
ayat 1 ke 1 KUHP.
 Sebelumnya, penyidik KPK sudah menggeledah sejumlah
ruang kerja di Balai Kota dan kantor dinas Kota Malang.
 KPK juga sudah menggeledah rumah dinas Ketua DPRD
Kota Malang yang ada di Jalan R Panji Soeroso Kota
Malang. Saat ini, sejumlah penyidik KPK masih
menggeledah sejumlah ruangan di gedung DPRD Kota
Malang.
 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami
dugaan penerimaan uang pokok pikiran atau "pokir" dalam
penyidikan tindak pidana korupsi suap terkait pembahasan
APBD-P Pemerintah Kota Malang Tahun Anggaran 2015.
 KPK juga mengklarifikasi komunikasi sejumlah pihak
terkait perkara ini pada saksi-saksi yang diperiksa.
 "Penyidik juga telah memproses pemblokiran rekening
tersangka sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dalam
penanganan tindak pidana korupsi ini," kata Febri.
 KPK pada Senin (23/10) akan memeriksa satu orang staf
Sekretaris Dewan dan lima anggota DPRD Kota Malang
dalam penyidikan kasus tersebut.
 Ancaman hukuman minimal 1 tahun penjara dan
maksimal 5 tahun penjara dan denda paling
sedikit Rp50 juta dan paling banyak Rp250 juta.
 Sebagai penerima MAW disangkakan Pasal 12
huruf a atau pasal 12 huruf b atau pasal 11 UU No
31 Tahun 1999 yang diubah dengan UU No 20
Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korups jo pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
 Sementara sebagai pemberi HM disangkakan
pasal 5 ayat 1 huruf atau huruf b atau pasal 13 UU
No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo 64 kuhp
jo pasal 55 ayat-1 ke-1 KUHP.
Kesimpulan
 Tim KPK datang ke Gedung Balai Kota Malang untuk melakukan
Penyelidikan. Tim menggeledah dua ruangan yakni ruangan Wali Kota
Malang,Moch. Anton dan ruang Sekretaris daerah Kota Malang, Wasto.
Dan menyimpulkan bahwa Arief selagi Ketua DPRD Kota Malang menjadi
tersangka kasus korupsi penyuapan.Kasuskorupsi yang di alamioleh
MAW adaduakasus, yakni kasus dugaan suap terkait pembahasan APBD
Perubahan Kota Malang Tahun Anggaran 2015 dan kasus dugaan suap
penganggaran kembali proyek pembangunan Jembatan Kedung
Kandang, dalam APDB Kota Malang Tahun Anggaran 2016 pada 2015.
 Ketua DPRD Kota Malang Moch Arief Wicaksono mengundurkan diri dari
jabatannya, Kamis (10/8/2017), setelah ditetapkan sebagai tersangka
kasus gratifikasi pembahasan APBD Kota Malang tahun 2015 oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
 Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus mendalami dugaan
penerimaan uang pokok pikiran atau "pokir" dalam penyidikan tindak
pidana korupsi suap terkait pembahasan APBD-P Pemerintah Kota
Malang Tahun Anggaran 2015.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai