Anda di halaman 1dari 12

 Manajemen proyek konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat

dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek
konstruksi dikelompokKan dalam 5M (manpower, material, mechines, money
and method).Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk
merealisasikan pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini mengandung arti
bahwa para manajemen mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan
orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang
diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan – pekerjaan
itu sendiri.
 Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau
mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh
hasil optimal sesuai dengan persyaratan (spesification). Untuk keperluan
pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan,
biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian
hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality
Control).
 Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap
perencanaan, namun dapat juga pada tahap – tahap lain sesuai dengan
tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan
pada tahap – tahap proyek sebagai berikut
 1. Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.
 2. Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal disain,
 3. Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau
keputusan dalam penyempurnaan disain sampai proyek selesai, apabila
manajemen konstruksi dilaksanakan setelah tahap disain
 4. Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan
pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan,
apabila manajemen konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan
dengan menekankan pemisahan kontrak – kontrak pelaksanaan untuk
kontraktor.
 1. Bersifat Dinamis
 2. Sistem Terpadu Lebih Besar Daripada Jumlah Komponen-komponennya
 3. Mempunyai Arti yang Berbeda
 4. Mempunyai Sasaran yang Jelas
 5. Mempunyai Keterbatasan
 1. Agency Construction Manajement (ACM)
Pada sistim ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak
pemilik dan berfungsi sebagai koordinator “penghubung” (interface) antara
perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK
dapat mulai dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin
waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik
mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai
dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
 2. Extended Service Construction Manajemen (ESCM)

Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak


kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan
terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap proses perancangan
tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal ini
akan menjadi suatu kelemahan pada sistim ini Pada type yang lain
kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan
permintaan Pemilik ESCM/ KONTRAKTOR.
 3. Owner Construction Management (OCM)
Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi
profesional yang bertanggungjawab terhadap manajemen proyek yang
dilaksanakan
 4. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM)
Konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil
pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi
tetapi bertanggungjawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu.
Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini
bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
 Siklus proyek menyajikan tentang definisi kegiatan proyek dari awal sampai
akhir. Siklus proyek akan menentukan apakah kegiatan study
kelayakan diperlukan sebagai tahap awal proyek atau bagian yang terpisah
dari proyek. Siklus proyek juga menentukan apakah tindakan transisi pada
awal dan akhir proyek, termasuk kegiatan proyek atau tidak. Dalam hal ini
siklus proyek dapat digunakan sebagai penghubung antara dengan kegiatan
operasional untuk membentuk organisasi proyek.
 1.Kegiatan teknis apakah yang akan dikerjakan (misalnya apakah bagian
arsitek termasuk dalam tahap definisi atau bagian dari tahap pelaksanaan)
 2.Kapan deliverableakan dihasilkan pada setiap phase dan bagian
setiap deliverable direview, diferivikasi dan falidasi
 3.Siapakan yang akan terlibat dalam setiap tahap proyek
 4.Bagaimana melakukan pengawasan dan menyetujui kegiatan tiap tahap.
 1. Penggunaan biaya dan staf /tenaga kerja pada awal rendah dan
bertambah tinggi kearah akhir, dan langsung rendah/turun pada tahap
akhir
 2. Kemungkinan kesuksesan pelaksanan proyek rendah, dan
risiko ketidakpastian tinggi pada awal proyek. Kemungkinan kesuksesan
pelaksanaan proyek umumnya akan nampak pada tahap pelaksanaan
proyek selanjutnya.
 3. Kemampuan stakeholder untuk mempengaruhi karakteristik final
produk dan biaya final proyek sangat tinggi pada saat awal dan langsung
menurun/rendah pada setelah proyek berjalan. Konstribusi utama pada
penomena ini adalah perubahan biaya dan koreksi kesalahan umumnya
meningkat saat proyek berlangsung.
 Dari sekian banyak pembahasan yang tertera di atas maka dapat kita
simpulkan bahwa menejemen proyek sangat lah penting dalam suatu
menejemen konstruksi dimana dengan proyek konstruksi yang se rumit dan
sebesar itu tentunya di perlukan suatu alat yang berguna dalam pengaturan
jalanya proyek tersebut yang disebut menejemen proyek konstruksi.

Anda mungkin juga menyukai