Anda di halaman 1dari 32

Click icon to add picture

PATOFISIOLOGI
SISTEM BILIARI
OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS 1A
ANGGOTA KELOMPOK
• Oditio Barkah F
• Glagah Mahardika K
• Soleh Ngafifudin
• Yudi Indrajati N
• Nabilla Pramitya P
• Andini Rima D
• Kusumaning Dyah Sekar P
• Ririn Kurniati
• Safa Aulia S
• Qur Ratu A’yun
• Farihatul Ulya
• Novie Maylinda
• Laila Maria Ulfah
• Putri Kusuma Ariska
• Sandra Putri W
ANATOMI SISTEM BILIARIS
• Sistem biliari atau aparatus
billiaris ekstrahepatic adalah
bagian dari sistem hepar yang
terdiri dari pembuluh-pembuluh
empedu (bile ducts) dan
kandung empedu berbentuk
seperti buah pir yang terletak
tepat di bawah lobus kanan hati.
• Kapasitasnya sekitar 30-50 cc
dan dalam keadaan terobstruksi
dapat menggembung sampai 300
cc.
ANATOMI SISTEM BILIARIS
TDD :
• Ductus hepaticus kanan & kiri.
• Ductus choledochus
• Vesica fellea.
• Ductus cysticus
• Ductus pancreaticus
ANATOMI SISTEM BILIARIS
DUCTUS HEPATICUS DUKTUS CYSTICUS
• Keluar dari hepar pada porta • Panjang 4 cm.
hepatis. • Menghubungkan collum vesica
• Bersatu membentuk ductus fellea dgn ductus hepaticus
hepaticus communis communis & membentuk
• Panjang 4 cm. ductus choledochus.
• Pinggir kanan bersatu dengan • Terdapat plica spirallis (katup
ductus cysticus (dari vesica Heister) terletak di dalam
fellea) dilanjutkan Ductus duktus sistikus,terlibat dalam
choledochus.
keluar masuknya empedu dari
kandung empedu.
ANATOMI SISTEM BILIARIS
DUCTUS CHOLEDOCHUS DUCTUS Pancreatikus
• Panjang 8 cm. • saluran yang menghubungkan
• Bersatu dengan ductus antara pankreas dan duodenum
pancreaticus • Saluran ini berfungsi untuk
• Bermuara pada ampulla vateri membawa produk enzim yang di
(dinding duodenum). produksi oleh pankreas menuju
duodenum.
• Bagian distal ductus choledochus
• Saluran pankreas akan bergabung
& ampulla dikelilingi oleh serabut
dengan saluran empedu kemudian
otot sirkular sphincter oddi
memasuki duodenum
sebelum bermuara ke usus halus
melalui ampulla hepatopancreas.
ANATOMI SISTEM BILIARIS
VESICA FELLEA
• Fungsi utama vesica fellea adalah menyimpan
dan memekatkan empedu. Empedu hati tidak
dapat segera masuk ke duodenum, akan tetapi
setelah melewati duktus hepatikus, empedu
masuk ke duktus sistikus dan ke kandung
empedu, pembuluh limfe dan pembuluh darah
mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik.
ANATOMI SISTEM BILIARIS
Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan collum.
• Fundus bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit
memanjang di atas tepi hati, dan sebagian besar tersusun atas otot polos dan
jaringan elastik, merupakan tempat penampungan empedu.
• Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu, dan ujungnya akan
membentuk leher (neck) dari kandung empedu.
• collum ini bentuknya dapat konveks, berlanjut duktus sistikus bersatu dengan sisi
kanan duktus hepatikus kommunis baru kemudian membentuk duktus koledokus
dan membentuk infundibulum atau kantong Hartmann. Kantong Hartmann
adalah bulbus divertikulum kecil yang terletak pada permukaan inferior
dari kandung kemih, yang secara klinis bermakna karena proksimitasnya
dari duodenum dan karena batu dapat terimpaksi ke dalamnya.
VASKULARISASI DAN PERSARAFAN
VASKULARISASI
• Mendpt darah dari:
• A.retroduodenalis yang merupakan cabang dari a.gastroduodenalis  mendarahi
ductus choledochus
• A.cysticus  ada 2 cabang yaitu anterior dan posterior, mendarahi gall bladder
• Darah vena menuju ke vena porta
• Aliran limfe dari liver dan gall bladder akan masuk ke dalam cisterna chyli dan
seterusnya akan masuk ke ductus thoracicus
PERSARAFAN
• Dari saraf otonom N.vagus – menyebabkan kontraksi dari gall bladder dan
relaksasi dari sphincter odi
• Saraf simpatis  relaksasi gall bladder dan kontraksi sphincter odi (terbuka).
METODE RADIOLOGIS UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS PENYAKIT
PADA SALURAN EMPEDU (BILLIARIS)
• Pemeriksaan Rontgen foto polos abdomen
dapat memperlihatkan densitas kalsifikasi pada kandung empedu, cabang2
saluran empedu, pankreas dan hati 10 – 15% batu empedu mengandung Ca
sehingga tampak pada foto Rontgen
• Oral Cholecystography
Proses konjugasi dan ekskresi zat warna oleh hati memungkinkan terlihatnya
kandung empedu dan saluran empedu, sehingga terlihat adanya batu empedu,
bahan kontras yg sukar atau tidak terlihat dapat disebabkan oleh adanya
penyakit sel hati atau obstruksi empedu.
METODE RADIOLOGIS UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS PENYAKIT
PADA SALURAN EMPEDU (BILLIARIS) lanjutan…

• Ultrasonografi
Metode yang disukai untuk mendeteksi batu empedu; dapat diandalkan
untuk mendeteksi dilatasi saluran empedu dan massa padat atau kistik didalam
hati dan pankreas; non invasif dan murah
• Scan radioisotop billiaris (Technetium-99m)
Memperlihatkan adanya kolestasis, obstruksi akut maupun kronis, kebocoran
empedu, fistula, dan kista.
• CT scan
Pencitraan beresolusi tinggi pada hati, kandung empedu, pankreas dan
limpa; menunjukkan adanya batu, massa padat, kista, abses dan kelainan
struktur; sering dipakai dengan bahan kontras.
METODE RADIOLOGIS UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS PENYAKIT PADA
SALURAN EMPEDU (BILLIARIS) lanjutan…

• MRI
Pemakaiannya sama dengan CT scan tetapi memiliki kepekaan lebih tinggi,
juga dapat mendeteksi adanya batu, massa padat, kista, abses dan kelainan
struktur. Sering dipakai dengan bahan kontras.
• Kolangiogram transhepatika perkutan (THC)
Zat warna diberikan melalui suntikan perkutan dan sdimasukkan ke dalam
saluran empedu. Membedakan duktus intrahepatik dan menyebabkan obstruksi
biliaris atau kolestasis.
• Kolangiopankreatografi Retrograd Endoskopi (ERCP)
Kateter endoskopik dimasukkan ke dalam papila duodeni. Suuntikan kontras
melalui kateter tersebut ke pankreas atau duktus biliaris sehingga strukturnya
dapat terlihat.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
1. CHOLELITHIASIS (BATU EMPEDU)
Morfologi :
• Merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu (kolesterol, bilirubin,garam
empedu, Ca, protein, asam lemak dan fosfolipid).
• Ada 3 komponen batu empedu:
• Komponen organik yaitu asam dan garam empedu
• Pigmen (Bilirubin)  larut air, terdiri atas garam kalsium ( bilirubinat, karbonat, fosfat
atau asam lemak rantai panjang). Cenderung berukuran kecil, multipel dan berwarna
hitam kecoklatan. Batu pigmen berwarna hitam; hemolisis kronis. Batu pigmen
berwarna coklat; infeksi empedu kronis (jarang dijumpai).
• Cholesterol  tidak larut air, tdd; batu cholesterol murni : berukuran besar, soliter,
struktur bulat atau oval, berwarna kuning pucat dan seringkali mengandung Ca dan
pigmen. Batu cholesterol campuran lebih sering di temukan, memiliki gambaran batu
pigmen maupun batu cholesterol
• Etiologi : wanita, obesitas, diabetes, dan gangguan metabolisme lain yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, stasis empedu dan infeksi empedu.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
CHOLELITHIASIS (BATU
EMPEDU)
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
DIAGNOSA :
• Pemeriksaan terbaik untuk menemukan batu empedu adalah dengan pemeriksaan USG
dan kolesistografi. Pada kolesistografi, foto rontgen akan menunjukkan jalur dari zat
kontras radioopak yang telah ditelan, diserap di usus, dibuang ke dalam empedu dan
disimpan di dalam kandung empedu. Jika kandung empedu tidak berfungsi, zat kontras
tidak akan tampak di dalam kandung empedu.
• Jika kandung empedu berfungsi, maka batas luar dari kandung empedu akan tampak
pada foto rontgen. Diagnosis batu di dalam saluran empedu ditegakkan berdasarkan
adanya nyeri perut, jaundice, menggigil dan demam. Hasil pemeriksaan darah biasanya
menunjukkan pola fungsi hati yang abnormal, yang menunjukkan adanya penyumbatan
saluran empedu. Beberapa pemeriksaan lainnya yang bisa memberikan informasi
tambahan untuk membuat diagnosis yang pasti adalah:
• USG
• CT Scan
• berbagai teknik foto rontgen yang menggunakan zat kontras radioopak untuk
menggambarkan saluran empedu.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
2. Cholesistitis Acuta
Morfologi :
• Merupakan radang vesicae fellea seringkali menyebabkan nyeri abdomen bagian
hipokondrium dextra
• Disebabkan oleh 2 hal:
1. Iritasi mekanis dari bahan-bahan kimia
2. Infeksi kuman
• Gejala utama adalah:
1. Gangguan pencernaan. Nausea, Post Prandial Belching (sendawa sesudah
makan), flatulens, obstipasi. Keluhan ini sering timbul setelah makan lemak
dan protein.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
Cholesistitis Acuta
2. Serangan kolik billier. Disebabkan oleh karena distensi saluran empedu dan
biasanya nyeri bermula dari epigastrium dan menyebar ke costa kanan dan ke
punggung ujung scapula kanan. Kadang-kadang ke bahu kanan, ke substernal Pada
puncak serangan sering terjadi muntah-muntah

• Pada pemeriksaan fisik : nyeri tekan pada epigastrium dan hypochondrium


kanan.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
3. Cholesistitis Chronic
Kolesistitis kronis terjadi akibat serangan berulang dari kolesistitis akut, yang
menyebabkan terjadinya penebalan dinding kandung empedu dan penciutan kandung
empedu. Pada akhirnya kandung empedu tidak mampu menampung empedu. Penyakit ini
lebih sering terjadi pada wanita dan angka kejadiannya meningkat pada usia diatas 40
tahun. Faktor resiko terjadinya kolesistitis kronis adalah adanya riwayat kolesistitis akut
sebelumnya
GEJALA
• Timbulnya gejala bisa dipicu oleh makan makanan berlemak. Gejala bisa berupa:
• Gangguan pencernaan menahun.
• nyeri perut yang tidak jelas (samar-samar).
• Sendawa.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil dari pemeriksaan berikut:
• Ct Scan perut.
• Kolesistogram oral.
• USG perut.
PENGOBATAN
• Pengobatan yang biasa dilakukan adalah pembedahan. Kolesistektomi bisa dilakukan
melalui pembedahan perut maupun melalui laparoskopi. Penderita yang memiliki
resiko pembedahan tinggi karena keadaan medis lainnya, dianjurkan untuk menjalani
diet rendah lemak dan menurunkan berat badan. Bisa diberikan antasid dan obat-obat
antikolinergik.
PENCEGAHAN
• Seseorang yang pernah mengalami serangan kolesistitis akut dan kandung empedunya
belum diangkat, sebaiknya mengurangi asupan lemak dan menurunkan berat badannya.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
4. Sirosis Billier Primer
• Merupakan peradangan saluran empedu pada hati yang membentuk jaringan parut dan
menyebabkan pengobatan.
• Biasanya menyerang wanita usia 35-60 tahun.
1. Etiologi
Bermula dari peradangan saluran empedu di hati. Peradangan tersebut menghalangi
pengaliran empedu dari hati, karena itu empedu tetap berada dlm sel-sel hati atau
mengalir dalam aliran darah. Sejalan dengan penyebaran peradangan ke seluruh bagian
hati, akan terbentuk jaringan parut yang meliputi seluruh bagian hati.
2. Gejala
Biasanya gejala sirosis billier primer dimulai secara bertahap. Gejala awal gatal-gatal dan
kadang kelelahan yang timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum gejala lain
muncul.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
lanjutan...
Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran hati dan pembesaran limpa.
Memiliki endapan kuning kecil di kulitnya ( xantoma ) atau pada kelopak
matanya (xantelasma). Gejala lainnya berupa pembengkakan ujung jari .
3. Diagnosa
Jika terdapat jaundice atau kelainan pada pemeriksaan hati dilakukan
pemeriksaan ERCP ( Endoscopic Retrogade Cholangiopancreatography ). Foto
rontgen dilakukan setelah penyuntikan zat radioopaque kedalam saluran
empedu melalui endoscopy. Hal ini akan menunjukkan bahwa tidak terdapat
penyumbatan di saluran empedu dan kelainan terletak di hati.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
5. KOLANGITIS SKLEROTIK PRIMER
Morfologi
• Merupakan peradangan saluran empedu di dalam dan diluar hati yang pada
akhirnya membentuk jaringan parut dan menyebabkan penyumbatan.
• Pembentukan jaringan parut akan mempersempit dan akhirnya menyumbat
saluran.
• Menyebabkan sirosis
Etiologi
• Kelainan sistem kekebalan atau imun
• Biasanya terjadi pada penderita penyakit radang usus seperti kolitis ulserativa
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
Lanjutan...
Gejala
• Biasanya dimulai secara bertahap misalnya gatal-gatal dan jaundice
• Nyeri perut bagian atas , demam karena terjadi inflamasi pada saluran empedu
• Pembesaran hati dan limpa atau gejala-gejala sirosis
• Dari gejala tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi berulang dari
saluran empedu, kanker saluran empedu terjadi pada 10- 15 % penderita
Diagnosa
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan ERCP ( Endoscopic
Retrogade Cholangiopancreatography ) atau kolangiografi percutaneus. Pada ERCP,
rontgen dilakukan setelah penyuntikan bahan radioopaque ke dalam saluran empedu
melalui saluran endoscopy. Kolangiografi percutaneus foto rontgen diambil setelah
penyuntikan langsung zat radioopaque kedalam saluran empedu.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
6. Ischemic Cholangiopathy
kerusakan pada salah satu atau lebih pembuluh empedu disebabkan oleh aliran
darah yang tidak tercukupi. Pembuluh empedu disuplai oleh darah dari salah satu
pembuluh darah besar, arteri hepatic. Dengan demikian, gangguan pada aliran darah
melalui arteri hati bisa mencegah pembuluh empedu dari memperoleh cukup oksigen.
Sebagai konsekwensi, sel yang melapisi pembuluh rusak atau mati-gangguan ini
disebut ischemic cholangiopathy. Aliran darah bisa terganggu dengan hal-hal di bawah
ini :
• Luka dari terapi radiasi.
• Gangguan yang membuat darah lebih mudah menggumpal (gangguan penggumpalan
darah).
• Prosedur untuk menyumbat pembuluh darah yang menyebabkan terbentuknya
penggumpalan (embolization).
• Ischemic cholangiopathy sangat sering terlihat pada mereka yang mengalami
transplantasi hati.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
GEJALA
Kerusakan pembuluh empedu menyempit (menyebabkan penyempitan) sehingga aliran
pada empedu lambat atau tersumbat. Akibatnya, pigmen empedu (bilirubin) tertahan,
kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (disebut jaundice) dan air kemih menjadi
hitam. Ketika empedu (mengandung pigmen seperti bilirubin) tidak masuk ke usus
kecil, kotoran menjadi pucat. Rasa gatal (pruritus) sering terjadi, sering dimulai pada
tangan dan kaki tetapi biasanya mempengaruhi seluruh tubuh. Infeksi pembuluh
empedu (cholangitis) bisa juga terjadi, menghasilkan sakit perut, menggigil dan demam.
DIAGNOSA
Diagnosa berasal dari gejala-gejala dan hasil pemeriksaan darah abnormal, khususnya
pada orang yang mengalami kondisi yang membuat ischemic cholangiopathy lebih
mungkin (misalnya, penerima cangkok hati). Ultrasonografi menolong dokter
menggambarkan pembuluh, tetapi hasilnya kemungkinan tidak meyakinkan.
Penentuani yang lebih baik seringkali membutuhkan MRI pada pembuluh empedu atau
endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP). ERCP meliputi memasukkan
pembuluh pelihat elastis (endoskopi) melalui mulut dan ke dalam usus kecil dan
menyuntikkan pewarna ke dalam sistem pembuluh empedu
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
• PENGOBATAN
Sebagai tambahan untuk mendeteksi penyempitan pembuluh empedu, ERCP bisa
digunakan di dalam pengobatan. Kabel dengan balon kosong pada ujungnya
dimasukkan melalui endoskopi; dokter memompa balon tersebut untuk
melebarkan penyempitan (dilate). Pembuluh penghubung (stent) kemudian
menjaga pembuluh terbuka. Orang yang pernah mengalami transplantasi hati
sewaktu-waktu memerlukan transplantasi lain.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
7. Kolestasis Untuk tujuan diagnosis dan
Kolestasis adalah berkurangnya atau pengobatan, penyebab
terhentinya aliran empedu. kolestasis dibagi menjadi 2
PENYEBAB
kelompok:
• Gangguan aliran empedu bisa terjadi di
sepanjang jalur antara sel-sel hati dan Berasal dari hati:
usus dua belas jari (duodenum, bagian • Hepatitis
paling atas dari usus halus). Meskipun
empedu tidak mengalir, tetapi hati terus • Sirosis bilier primer
mengeluarkan bilirubin yang akan masuk • Akibat obat-obatan
ke dalam aliran darah. Bilirubin
kemudian diendapkan di kulit dan
• Akibat perubahan hormon
dibuang ke air kemih, menyebabkan selama kehamilan (kolestasis
jaundice (sakit kuning). pada kehamilan).
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
GEJALA
Jaundice dan air kemih yang berwarna gelap merupakan akibat
dari bilirubin yang berlebihan di dalam kulit dan air kemih. Tinja
terkadang tampak pucat dan juga bisa mengandung terlalu banyak
lemak (stetore), karena dalam usus tidak terdapat empedu untuk
membantu mencerna lemak dalam makanan.
Jika kolestasis menetap, kekurang kalsium dan vitamin D akan
menyebabkan pengeroposan tulang dan juga terjadi gangguan
penyerapan dari bahan-bahan yang diperlukan untuk pembekuan
darah, sehingga penderita cenderung mudah mengalami perdarahan.
Terdapatnya empedu dalam sirkulasi darah bisa menyebabkan gatal-
gatal (disertai penggarukan dan kerusakan kulit). Gejala lainnya
tergantung dari penyebab kolestasis, bisa berupa nyeri perut,
hilangnya nafsu makan, muntah atau demam.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
DIAGNOSA
Jika penyebabnya adalah penyakit hati, maka pada pemeriksaan fisik akan ditemukan:
• pembuluh darah yang memberikan gambaran seperti laba-laba.
• pembesaran limfa
• pengumpulan cairan dalam perut (asites).
Jika penyebabnya di luar hati, bisa ditemukan:
• demam nyeri yang berasal dari saluran empedu atau pankreas
• pembesaran kandung empedu.
• Kadar enzim alkalin fosfatase sangat tinggi.
Jika hasil pemeriksaan darah menunjukkan kelainan, hampir selalu dilakukan pemeriksaan
USG atau CT scan, untuk membantu membedakan penyakit hati dengan penyumbatan
pada saluran empedu. Jika penyebabnya adalah penyakit hati, dilakukan biopsi hati. Jika
penyebabnya adalah penyumbatan saluran empedu, dilakukan pemeriksaan endoskopi.
PATOFISIOLOGI SISTEM BILIARI
PENGOBATAN
Penyumbatan di luar hati biasanya dapat diobati dengan pembedahan atau endoskopi
terapeutik. Penyumbatan di dalam hati bisa diobati dengan berbagai cara, tergantung
dari penyebabnya:
• jika penyebabnya adalah obat, maka pemakaian obat dihentikan
• jika penyebabnya adalah hepatitis, biasanya kolestasis dan jaundice akan menghilang
sejalan dengan membaiknya penyakit.
• Cholestyramine, diberikan per-oral (ditelan), bisa digunakan untuk mengobati gatal-
gatal. Obat ini terikat dengan produk empedu tertentu dalam usus, sehingga tidak
dapat diserap kembali dan menyebabkan iritasi kulit. Pemberian vitamin K bisa
memperbaiki proses pembekuan darah. Tambahan kalsium dan vitamin D sering
diberikan jika kolestasis menetap, tetapi tidak terlalu efektif dalam mencegah penyakit
tulang. Jika terlalu banyak lemak yang dibuang ke dalam tinja, diberikan tambahan
trigliserida.
DAFTAR REFERENSI
Price, Sylvia Anderson dan Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Diterjemahkan oleh:Brahm U.Pendit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putz, Reinhard V dan Reinhard Pabst. 2000. Sobbotta, Atlas Anatomi Manusia Jilid
2 Edisi 21. Diterjemahkan oleh:Septelia Inawati Wanandi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
http://nurfaisyah.web.id/patologi-sistem-pencernaan-hati-dan-kandung-empedu
.hmtl
Diunduh pada Sabtu, 23 April 2016 pukul 10.00 WIB.
http://hati-empedu.blogspot.co.id/2012/11/masalah-pada-hati-kantung-empe
du.html?m=1
. diunduh pada Sabtu, 23 April 2016 pukul 11.56 WIB.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai