Anda di halaman 1dari 82

TUJUAN

Mahasiswa mampu :
 Menjelaskan Patofisiologi dan mekanisme cedera
muskuloskeletal
 Menjelaskan jenis trauma pada cedera
muskuloskeletal
 Menjelaskan tanda dan gejala cedera
muskuloskeletal
 Melakukan pengkajian pasien dengan cedera
muskuloskeletal
 Mengidentifikasi komplikasi akut fraktur
 Menjelaskan rasionalisasi prinsip imobilisasi
 Melakukan simulasi pembalutan dan pembidaian
POKOK BAHASAN
A. Anatomi sistem muskuloskeletal
B. Patofisiologi dan mekanisme cedera
muskuloskeletal
C. Pengkajian pasien dengan cedera
muskuloskeletal
D. Cedera jaringan lunak tertutup
E. Cedera jaringan lunak terbuka
F. Perawatan luka
G. Fraktur dan penatalaksanaanya pada fase
gawat darurat
H. Komplikasi akut fraktur
I. Balut bidai
J. Menghentikan perdarahan
A. ANATOMI
 Tulang :
 Tl batang badan.
 Tl belakang.
 Tl tengkorak.
 Tl Pembentuk badan.
 Tulang gerak :
 Gerak atas
 Gerak bawah
 Persendian
 Otot
 Pembuluh darah
dan syaraf
Gambar : Kerangka / tulang manusia

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005’’
Gambar : Sistem otot

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
B. Patofisiologi & Mekanisme
Cedera :
Langsung :
 Kena pukulan.
 Jatuh dari ketinggian.
 Tidak langsung :
 Efek benda lain yg kena trauma (pengemudi
terbentur dasboard saat mobil tabrakan).
 Memuntir
 Mis : kasus olahragawan gulat,
Gambar : Mekanisme cedera pada muskuloskeletal

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Mekanisme cedera pada muskuloskeletal

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Akibat cedera pada
musculoskelatal
 Fraktur
 Dislokasi
 Traumatik amputasi
 Strain
 Sprain
 Putus ligament
 Ruftur tendon
 Kerusakan neurovaskuler.
C. Pengkajian
Pengkajian Primer :
 Identifikasi ABC.
 Cedera lain : kepala, cervikal, spine, thorak,
abdomen, ektremitas atas dan bawah.
 Sebelum diimobolisasi, fr. Terbuka harus
ditangai perdarahannya.
 Perdarahan hebat  balut tekan.
Pengkajian Sekunder Terfokus
 Status lokalis : pemeriksaan dilakukan
secara sistematis : Inspeksi (Look),
Palpasi (Feel), Kekuatan otot (Power),
Pergerakan (Move).
 Inspeksi (look) :
 Raut muka pasien, cara berjalan/duduk/tidur.
 Lihat kulit, jar lunak, tulang dan sendi.
 Palpasi (Feel) :
 Suhu kulit panas atau dingin, denyutan arteri teraba/tdk,
adakah spasme otot.
 Kekuatan otot (Power) :
 Grade 0,1,2,3,4,5 (Lumpuh s/d normal)
 Pergerakan (Move) :
 ROM (Range of Joint Movement)
 Pergerakan sendi : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi dll
INSPEKSI (LOOK)
 Cara berjalan, duduk dan posisi tidur.
 Perubahan warna kulit, luka, robekan, infeksi
lokal, eritema, perdarahan, hematoma, spasme,
jaringan lunak dan sendi.
 Tulang : bentuk, penonjolan, deformitas.
PALPASI (FEEL)

 Suhu kulit : lebih panas/dingin


 Denyutan arteri
 Jaringan lunak : spasme otot, atropi otot
POSISI KORBAN DITEMUKAN Perlu diketahui :
 Etimasi kecepatan kencaraan dan jenis kerusakan
kendaraan.
 Posisi pasien dalam kecelakaan (sopir atau
penumpang).
 Posisi pasien setelah kecelakaan (dalam kendaraan
atau di luar)
 Kerusakan bag depan mobil  resiko dislokasi
panggul pengemudi
 Kerusakan dalam kendaraan (setir, dasbord, kaca
depan pecah) trauma di trauma dada, dislokasi
pangul, fraktur tulang belakang, klavikula.
POSISI KORBAN DITEMUKAN Perlu diketahui :

 Kerusakan dala kendaraan (setir, dasbord, kaca


depan pecah) trauma di trauma dada, dislokasi
pangul, fraktur tulang belakang, klavikula.
 Penggunaan sabuk pengaman tidak tepat  fraktur
tulang belakang
 Pasien jatuh dari ketinggian : berapa jarak, posisi
jatuh, bgm mendarat  prediksi kerusakan.
 Pasien terlindas
 Apakah disertai ledakan  timbul cedera primer
gelombang ledakan, cedera sekunder akibat
pecahan atau benda lain yang terlempar
D. Cedera jaringan lunak
tertutup
1. Sprain : cedera ligamen yang diakibatkan oleh
peregangan berlebihan.

Tanda dan gejala :


a. Tidak berfungsinya bagian tubuh (mis betis)
b. Klien merasa adanya retak, letupan.
c. Pembengkakan, nyeri
d. Keterbatasan gerak dalam 2-3 jam
e. Rongent  kerusakan tulang.
Tindakan :
 Istirahatkan bagian yang cedera
 Kompres es
 Tinggikan bagian yang cedera
 Bebat dengan verban elastis.
 Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
2. Strain ; pereganganan pada otot dan
tendon yang berlebihan.
Tanda dan gejala :
a. Nyeri yang sangat berat,
rasa perih lokal.
b. Pembengkakan
c. Ekimosis sesudah beberapa
hari
d. Rongent  ada atau
tidaknya fraktur
Tindakan :
 Istirahatkan dan bidai
 Kompres es
 Tinggikan bagian yang cedera
 Pembedahan  jika rupture jaringan
 Penyembuhan : 4-6 minggu  aktifitas ringan
3. Dislokasi :
cedera serius pada ligament dekat
sendi, sehingga terlepasanya tulang
dari sendi secara total /
sebagian.Merupakan kondisi emegensi.

Tanda dan gejala


a. Asimetris dari sendi
b. Nyeri
c. Bengkak
d. Kehilangan fungsi
Tindakan :

 Reposisi secara tertutup atau terbuka dengan


kontrol anasthesi
 Imobilisasi dengan bantalan lunak
 Terapi analgetik
DISLOKASI Gambar : Disklokasi sendi bahu

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
4. Luka tertutup.

 Jaringan di bawah kulit mengalami kerusakan 

Kulit utuh.

 Hati-hati resiko cedera tersembunyi pada organ

daerah kepala,dada, perut dan pelvis


Gambar : luka tertutup kemungkinan fr pelvis dengan perdarahan

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Hal-hal yang perlu diperhatikan
pada Luka tertutup :

a. Hati-hati kemungkinan penyakit menular


b. Memar besar berikan kompres dingin
c. Perubahan warna kulit luas  perdarahan luas.
d. Memar sekepalan tangan  hilang darah 10 %
e. Memar besar di kepala dada dan perut 
peardarahan di dalam.
f. Memar di atas anggota gerak  kemungkinan
fraktur
5. Luka tusuk dengan benda tertancap

Penatalaksanaan
a. Amankan benda tertancap untuk cegah pergerak
b. Singkirkan pakaian sekitar luka
c. Kontrol perdarahan, balut tekan sekitar luka tusuk
d. Gunakan balut besar u/ stabilkan benda
e. Jangan cabut benda yang tertancap
Gambar : Luka tusuk karena pensil di kelopak mata

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Luka tusuk di kepala

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
E. Cedera Jaringan lunak
terbuka
1. Luka bakar
2. Luka terbuka
3. Luka serut
4. Laserasi
5. Luka sayat
6. Luka tusuk dan luka tembus
Gambar : Cedera jaringan lunak

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Cedera jaringan lunak terbuka

Sumber: Domumentasi Tim Emergensi Nursing Basic 2, Depkes RI, 2007


Gambar : Cedera jaringan lunak terbuka

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Cedera Jaringan lunak terbuka

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Cedera jaringan lunak terbuka

Sumber: Domumentasi Tim Emergensi Nursing Basic 2, Depkes RI, 2007


Hal-hal yang perlu
diperhatikan pada Luka
terbuka :
 Buka pakaian hingga seluruh luka terlihat.
 Kontrol perdarahan dengan penekanan
langsung dan peninggian.
 Cegah kontaminasi, jaga luka sebersih mungkin.
 Jangan pernah coba mencabut benda tertancap
 Balut luka dengan kasa steril dan balut
 Periksa nadi distal setelah pembalutan.
F. Perawatan Luka
 Teknik showering (irigasi).
 Gunakan Cairan normal saline / Nacl 0,9%
 Tidak tosik terhadap jaringan
 Tidak menghambat proses penyembuhan
 Tidak menyebabkan alergi
 Teknik debridement
Membantu proses penyembuhan luka  menghilangkan
jaringan nekrotik
 Tehnik yang digunakan surgical debridement
G. FRAKTUR
Pengertian : Terputusnya hubungan kontinuitas

tulang.
Tanda dan gejala :
 Nyeri dan kemerahan.
 Pembengkakan.
 Deformitas.
 Krepitasi.
 Keterbatasan gerak sendi.
 Bone expose.
 Perubahan posisi
(abnormalitas)
 Radiology : Fraktur
Gambar : Deformitas ekstremitas bawah

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Frakture terbuka dengan bone expose

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Fraktur Hip, perubahan posisi abnormal

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Tarumatik Amputasi pada jari

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Prinsip penatalaksanaan
fraktur
 Hentikan perdarahan pada fraktur terbuka
 Istirahatkan ektremitas yang terkena
 Tinggikan bagian distal
 Imobilisasi dua sendi (bidai)
 Kompres dingin
Evaluasi tindakan
penatalaksanaan fraktur :
 Tanda vital dalam batas normal
 Bagian fraktur diimobilisasi
 Kesegarisan tulang terjaga
 Bagian fraktur ditinggikan
 Status neurovaskuler dalam batas normal
 Nyeri berkurang
 Tidak muncul tanda komplikasi
H. Komplikasi akut pada
fraktur
 Perdarahan
 Sindroma kompartemen
 Trombosis vena
 Emboli lemak
Syndrome kompartemen
 Syndrome kompartemen merupakan suatu
kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan
interstitial dalam sebuah ruangan terbatas
yakni kompartemen osteofasial yang
tertutup.
 Sehingga mengakibatkan berkurangnya
perfusi jaringan dan tekanan oksigen
jaringan.
 Sindroma kompartemen merupakan suatu
kondisi dimana terjadi penekanan terhadap
syaraf, pembuluh darah dan otot didalam
kompatement osteofasial yang tertutup.
 Hal ini mengawali terjadinya peningkatan
tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari
penekanan pembuluh darah, dan diikuti dengan
kematian jaringan.
 Dapat dibagi menjadi akut, subakut dan kronik.
KOMPARTEMEN SINDROMA
Gambar : Kompartemen sindroma

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
PENYEBAB KOMPARTEMEN SINDROMA
1. Penurunan volume kompartemen
Kondisi ini disebabkan oleh:
• Penutupan defek fascia
• Traksi internal berlebihan pada fraktur
ekstremitas
2. Peningkatan tekanan eksternal
• Balutan yang terlalu ketat
• Berbaring di atas lengan
• Gips
3. Peningkatan tekanan pada struktur komparteman
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini
antara lain:
• Pendarahan atau Trauma vaskuler
• Peningkatan permeabilitas kapiler
• Penggunaan otot yang berlebihan
• Luka bakar
• Operasi
• Gigitan ular
• Obstruksi vena
MANIFESTASI KLINIS KOMPARTEMEN SINDROMA
Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen
dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri)
2. Pallor (pucat)
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi)
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis :
Merupakan tanda lambat akibat menurunnya
sensasi saraf yang berlanjut dengan hilangnya fungsi
bagian yang terkena kompartemen sindrom.
PENATALAKSANAAN

 NON BEDAH
 POSISI DI TINGGIKAN
 KONTROL GIPS
 BERI ANTI DOT (ABU PADA GIGITAN ULAR)
 KONTROL HYPERFERFUSI (CRISTALOID)
 DIURETIC/MANITOL
I. Pembidaian.
 Pengertian :
Memasang alat untuk
mempertahankan kedudukan
tulang
 Indikasi :
 Patah tulang terbuka / tertutup
 Tujuan :
 Mencegah pergerakan tulang
yang patah.
 Mengurangi nyeri.
 Mencegah cedera lebih lanjut.
 Mengistirahatkan daerah patah
tulang.
 Mengurangi perdarahan.
 Prinsip pembidaian :
 Pastikan ABC aman.
 Kontrol perdarahan.
 Pasien sadar : informasikan
adanya nyeri.
 Buka daerah yg akan dibidai.
 Periksa dan catat PMS (pulse,
motor, sensasi) sebelum dan
sesudah.
Prinsip pembidaian Lanjutan :
 Pada angulasi yang besar dan pulsasi (nadi di
perifer) hilang lakukan penarikan secara gentle.
 Luka terbuka tutup dgn kasa steril.
 Bidai mencakup sendi atas dan bawah cedera.
 Berikan bantalan yang lunak.
 Bila ragu-ragu apakah ada fraktur/tdk sebaiknya
lakukan bidai untuk pencegahan.
Jenis dan tehnik
pembidaian
 Bidai kaku (rigid splint) : cardboard, plastik kaku,
metal, kayu, atau vacum splint.
 Bidai lunak (soft splint) : air splint, bantal sling.
 Sling dan bebat (sling and swathe) : anggota tubuh
diikat dan digantung ke anggota tubuh.
 Bidai tarik (traction splint) : alat khusus untuk fr
femur, dipakai untuk membidai sekaligus menarik
(traksi) pada kaki.
Gambar : Pembidaian pada ektremitas atas menggunakan air splin dan kayu

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Pembidaian pada fraktur pergelangan tangan

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Imobilisasi pada cedera pergelangan kaki

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Vacum splints dan air splints

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Imobilisasi pada trauma shuolder, arm dan elbow

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Imobilisasi pada fraktur ektremitas bawah

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Imobilisasi dengan air splints

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Imobilisasi dengan sling dan swathe

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Imobilisasi dengan traksi splints

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
J. MENGHENTIKAN PERDARAHAN

a. Balut tekan.
 Gunakan kasa steril yang cukup tebal.
 Bebat dengan verban elastis atau verban gulun
 Bebat jangan terlalu ketat
 Lokasi yang sulit dibebat, tekan dengan kasa
tebal selama 5 menit.
Gambar : Perdarahan arteri, vena dan kapiler

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Balut tekan untuk menghentikan perdarahan

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
b. Tourniquet.
 Alternatif terakir ketika semua cara gagal,
 hanya digunakan untuk traumatik amputasi.
 Dapat menyebabkan kerusakan menetap pada
syaraf, otot dan pembuluh darah.
Cara pemasangan Tourniquet.
 Pilih verban 10 cm buatlah 6-8 lapis
 Lilitkan disekeliling anggota gerak, diproksimal
sebelum luka
 Talikan simpul pada verban, letakkan pengait
pada bagian verban.
 Putar pengait sampai perdarahan berhenti
kemudian kunci pada posisinya
 Catat waktu, dilonggarkan setiap 30 menit.
Gambar : Tehnik pemasangan tourniquet

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
Gambar : Tehnik pemasangan tourniquet

Sumber: Walt Alan Stoy dkk, EMT-Basic Textbook, 2 nd ed, Mosby, 2005
MASALAH KEPERAWATAN

 Resiko perluasan cedera b.d hilangnya integritas


tulang
 Gangguan rasa nyaman nyeri b.d kerusakan
integritas tulang
 Gangguan volume cairan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Resiko peluasan cedera.
 Istirahatkan ekstremitas yang luka
 Lakukan perawatan luka dan perdarahan
 Lakukan imobilisasi ekstremitas yang fraktur
 Lakukan pembidaian
 Tinggikan bagian yang fraktur
Gangguan rasa nyaman nyeri
• Mengkaji intensitas nyeri, lokasi dan
lama nyeri.
• Memberikan posisi yang anatomis dan
nyaman bagi pasien.
• Menganjarkan untuk tehnik relaksasi
(tarik napas dalam)
• Melakukan tindakan bidai.
• Mengukur tanda-tanda vital setiap ?
• Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Gangguan volume cairan
 Pasang IV line dua jalur dengan jarum besar,
larutan kristaloid hangat.
 Hentikan perdarahan dengan teknik balut tekan.
 Pasang kateter,monitor urine output tiap jam
 Observasi tanda-tanda vital tiap jam.

Anda mungkin juga menyukai