Anda di halaman 1dari 19

Referat

RHINOSINUSITIS KRONIK

TANPA POLIP

Ilsya Pertiwi, S.Ked 04054821820061


Tri Indah Moulina, S.Ked 04054821820044
Aulia Hajar Muthea, S.Ked 04054821820021

Pembimbing:
dr. Hj. Abla Ghanie, Sp.T.H.T.K.L (K)., FICS
OUTLINE

Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Kesimpulan
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
• Proses inflamasi yang melibatkan mukosa hidung
Rinosinusitis dan sinus paranasal

National Health • Prevalensi rinosinusitis kronik pada penduduk


Interview Survey (1995) dewasa AS berkisar antara 13-16 % sekitar 30
juta penduduk dewasa

• Prevalensi rinosinusitis kronik sekitar 5 % dengan


Kanada (2003) rasio wanita berbanding pria yaitu 6 berbanding
4 (lebih tinggi pada kelompok wanita)

• Aspek kualitas hidup ( Quality of Life / QOL ) dan


Dampak aspek sosioekonomi
TINJAUAN
P U S TA K A
ANATOMI CAVUM NASI

Gambar 1. Dinding Lateral dari Cavum Nasi Dextra


ANATOMI SINUS PARANASAL

Gambar 2. Sinus Paranasales


DEFINISI
• Suatu inflamasi pada (mukosa) hidung dan sinus paranasal,
Definisi menurut berlangsung selama dua belas minggu atau lebih disertai dua
European Position atau lebih gejala dimana salah satunya adalah buntu hidung
(nasal blockage / obstruction / congestion) atau nasal discharge
Paper on (anterior / posterior nasal drip) :
Rhinosinusitis and • ± nyeri fasial / pressure
Nasal Polyps • ± penurunan / hilangnya daya penciuman
(EP3OS) tahun 2007 • dan dapat di dukung oleh pemeriksaan penunjang antara
lain Endoskopik dan CT – scan

Rinosinusitis dapat dibedakan lagi menjadi kelompok dengan polip nasi dan
kelompok tanpa polip nasi. EP3OS 2007 menyatakan bahwa rinosinusitis kronik
merupakan kelompok primer sedangkan polip nasi merupakan subkategori dari
rinosinusitis kronik. Alasan rasional rinosinusitis kronik dibedakan antara dengan
polip dan tanpa polip nasi berdasarkan pada beberapa studi yang menunjukkan
adanya gambaran patologi jaringan sinus dan konka media yang berbeda pada kedua
kelompok tersebut.
EPIDEMIOLOGI
Data dari National Health Interview Survey 1995, sekitar 30 juta
penduduk dewasa AS mengidap rinosinusitis kronik. Dengan demikian
rinosinusitis kronik menjadi salah satu penyakit kronik yang paling
populer di AS melebihi penyakit asma, penyakit jantung, diabetes dan
sefalgia.

Dari Kanada tahun 2003 diperoleh angka prevalensi rinosinusitis kronik


sekitar 5 % dengan rasio wanita berbanding pria yaitu 6 berbanding 4
(lebih tinggi pada kelompok wanita).

Berdasarkan penelitian divisi Rinologi Departemen THT-KL FKUI tahun


1996, dari 496 pasien rawat jalan ditemukan 50 % penderita sinusitis
kronik. Dampak yang diakibatkan rinosinusitis kronik meliputi berbagai
aspek, antara lain aspek kualitas hidup ( Quality of Life / QOL ) dan aspek
sosioekonomi.
ETIOLOGI

• Rinosinusitis akut dan rinosinusitis kronik berbeda


secara mendalam

Berdasarkan EP3OS 2007, faktor yang dihubungkan dengan kejadian


rinosinusitis kronik tanpa polip nasi yaitu “ciliary impairment, alergi,
asma, keadaan immunocompromised, faktor genetik, kehamilan dan
endokrin, faktor lokal, mikroorganisme, jamur, osteitis, faktor
lingkungan, faktor iatrogenik, H.pylori dan refluks laringofaringeal”.
DIAGNOSIS
Menurut Task Force on Rhinosinusitis (TFR) 2003, ada tiga kriteria
yang dibutuhkan untuk mendiagnosis rinosinusitis kronik:

REQUIREMENTS FOR DIAGNOSIS OF CHRONIC RHINOSINUSITIS


(2003 TASK FORCE)
Duration Physical findings (on of the following must be present)
1. Discolored nasal discharge, polyps, or polypoid swelling on
>12 weeks of anterior rhinoscopy (with decongestion) or nasal endoscopy
continuous 2. Edema or erythema in middle meatus on nasal endoscopy
symptoms (as 3. Generalized or localized edema, erythema, or granulation tissue in
described by 1996 nasal cavity. If it does not involve the middle meatus, imaging is
Task Force) or required for diagnosis
physical findings 4. Imaging confirming diagnosis (plain filmsa or computerized
tomography)b
EP3OS 2007

• Buntu hidung, kongesti atau


Pemeriksaan • Endoskopi nasal, sitologi
sesak Fisik dan bakteriologi nasal,
pencitraan (foto polos
• Sekret hidung / post nasal drip,
sinus, transiluminasi, CT-
umumnya mukopurulen • Rinoskopi scan dan MRI),
• Nyeri wajah / tekanan, nyeri anterior dan pemeriksaan fungsi
kepala dan posterior mukosiliar, penilaian nasal
• Penurunan / hilangnya airway, fungsi penciuman
penciuman dan pemeriksaan
Penilaian laboratorium
Subjektif Pemeriksaan
Penunjang
PENATALAKSANAAN
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Antibiotik Antiinflamatori Lainnya

• Amoksisilin + asam • Kortikosteroid • Dekongestan


klavulanat topikal : oral/topikal yaitu
• Sefalosporin: beklometason, golongan agonis α-
cefuroxime, cefaclor, flutikason, adrenergik
cefixime mometason • Antihistamin
• Florokuinolon : • Kortikosteroid • Stabilizer sel mast,
ciprofloksasin sistemik, banyak sodium kromoglikat,
• Makrolid : bermanfaat pada sodium nedokromil
eritromisin, rinosinusitis kronik • Mukolitik
klaritromisin, dengan polip nasi
dan rinosinusitis • Antagonis
azitromisin leukotrien
fungal alergi.
• Klindamisin • Imunoterapi
• Metronidazole
TERAPI PEMBEDAHAN
Sinus maksila Sinus etmoid Sinus frontal Sinus sfenoid
• Irigasi sinus • Etmoidekt • Intranasal, • Trans nasal
(antrum omi ekstranasal • Trans
lavage) intranasal, • Frontal sinus sfenoidal
• Nasal eksternal septoplasty
antrostomi dan • Fronto-
• Operasi transantral etmoidekt
Caldwell- omi
Luc
FESS (functional endoscopic sinus surgery)
• Sinusitis (semua sinus paranasal) akut rekuren atau
kronis
• Poliposis nasi
• Mukokel sinus paranasal
• Mikosis sinus paranasal
• Benda asing
• Osteoma kecil
• Tumor (terutama jinak, atau pada beberapa tumor ganas)
• Dekompresi orbita / n.optikus
• Fistula likuor serebrospinalis dan meningo ensefalokel
• Atresia koanae
• Dakriosistorinotomi
• Kontrol epistaksis
KOMPLIKASI
Komplikasi
Komplikasi oseus/tulang : Komplikasi lain
orbita Osteomielitis (jarang terjadi)
(maksila dan frontal)
• Selulitis
periorbita • Abses • abses glandula
epidural / lakrimalis,
• Selulitis orbita
subdural perforasi
• Abses septum nasi,
• Abses otak
subperiosteal hilangnya
• Meningitis
• Abses orbita lapangan
• Serebritis
pandang,
• Trombosis mukokel/muko
sinus piokel,
kavernosus septikemia.
PROGNOSIS

Prognosis tergantung dari ketepatan


serta cepatnya penanganan yang
diberikan. Semakin cepat maka
prognosis semakin baik.
KESIMPULAN
• Rinosinusitis kronik tanpa polip nasi  masalah kesehatan
yang sering didapatkan dan memberikan dampak bagi
kualitas hidup penderita
• Patofisiologi rinosinusitis kronik tanpa polip nasi  bersifat
multifaktorial dan faktor predisposisi terjadinya dapat
dibedakan menjadi faktor fisiologik/genetik, faktor lingkungan
dan faktor struktural.
• Diagnosis  kriteria obyektif dan subyektif serta ditunjang
oleh pemeriksaan endoskopi nasal dan CT-scan (bila
diperlukan).
• Modalitas terapi rinosinusitis kronik tanpa polip nasi  terapi
medikamentosa dan terapi pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai