Anda di halaman 1dari 22

SISTEM KOLOID

Oleh :
1. Dyah Ayu Arsita (05)
2. Esti Rahmaningtyas (06)
3. Mukti Lestari (14)
4. Restu Wulandari (17)
Kelas : XI IPA 3
A. Pengertian sistem koloid
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek
Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi
tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga
dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Perbandingan sifat larutan, koloid, dan suspensi
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
(DISPERSI MOLEKULER) (DISPERSI KOLOID) (DISPERSI KASAR)

Homogen Secara makroskopis


Heterogen
bersifat homogen tetapi
heterogen jika diamati
dengan mikroskop ultra

1 fase 2 fase 2 fase

Partikel berdimensi antar 1 Salah satu/semua dimensi


Semua partikel berdimensi
nm – 100 nm partikel > 100 nm
< 1 nm

Pada umumnya stabil Tidak stabil


Stabil

Tidak dapat disaring


Tidak dapat disaring kecuali dengan penyaring Dapat disaring
ultra

Jenuh Keruh Keruh

Berbentuk ion, molekul kecil Molekul besar, partikel Partikel besar


B. Macam Koloid
Koloid memiliki bentuk bermacam-macam,
tergantung dari fase zat pendispersi dan zat
terdispersinya. Beberapa jenis koloid:
• Aerosol yang memiliki zat pendispersi berupa
gas. Aerosol yang memiliki zat terdispersi cair
disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan)
sedangkan yang memiliki zat terdispersi padat
disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu
dalam udara).
• Sol Sistem koloid dari partikel padat yang
terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai,
sol sabun, sol detergen dan tinta).
• Emulsi Sistem koloid dari zat cair yang
terdispersi dalam zat cair lain, namun
kedua zat cair itu tidak saling melarutkan.
(Contoh: santan, susu, mayonaise, dan
minyak ikan).
• Buih Sistem Koloid dari gas yang
terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada
pengolahan bijih logam, alat pemadam
kebakaran, kosmetik dan lainnya).
• Gel sistem koloid kaku atau setengah padat
dan setengah cair. (Contoh: agar-agar,
Lem).
C. Koloid dalam Industri
1. Dalam Industri Bangunan, contoh : cat
tembok, cat kayu, cat besi, lem besi, lem
kaca, lem kayu, dan lem plastik
2. Dalam industri farmasi, contoh : kapsul
dari gelatin dan emulsi obat-obatan yang
distabilisasi dengan protein
3. Sistem koloid yang berupa makanan,
contoh : susu, mayones, margarin, krim
salad, jeli
D. Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan
berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran
molekul koloid yang cukup besar. Efek
tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall
(1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.
Oleh karena itu sifat itu disebut efek
tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika
suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka
larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid,
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi
karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan
yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit
diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel
koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi
tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan).
Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-
partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak
Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak
brown), sedangkan pada zat padat hanya
beroszillasi di tempat ( tidak termasuk gerak
brown).
Untuk koloid dengan medium pendispersi
zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan
dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.
Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel
cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga
terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak
partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin
cepat gerak Brown yang terjadi. Gerak Brown
juga dipengaruhi oleh suhu. “Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar
energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak
Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan
partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang
disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. (Catatan : Adsorpsi harus
dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu
partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3
bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3
bermuatan negatif karena
permukaannya menyerap ion S₂.
4.Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid
bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.

5. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid
dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk
koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.
6. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang
mempunyai sifat dapat melindungi koloid
lain dari proses koagulasi.

7. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-
ion pengganggu dengan cara ini disebut
proses dialisis. Yaitu dengan mengalirkan
cairan yang tercampur dengan koloid
melalui membran semi permeable yang
berfungsi sebagai penyaring.
Membran semi permeable ini dapat dilewati
cairan tetapi tidak dapat dilewati koloid,
sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

8. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan
partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.
E. Cara Pembuatan Koloid
Pembuatan Sistem Koloid dengan cara Dispersi
Macam-macam pembuatan sistem koloid dengan cara
dispersi antara lain:
1. Pembuatan sistem Koloid secara Mekanik
Pembuatan sistem koloid secara mekanik
adalah dengan penggerusan atau
penggilingan untuk zat padat, serta dengan
pengadukan atau pengocokan untuk zat cair.
Setelah diperoleh partikel yang kehalusannya
sesuai koloid, lalu didispersikan ke dalam
medium pendispersinya. Contoh pembuatan
sistem koloid secara mekanik adalah
pembuatan Sol belerang.
2. Pembuatan sistem koloid secara Peptisasi
Pembuatan sistem Koloid secara Peptisasi
yaitu dengan menggunakan zat kimia untuk
memecah partikel besar menjadi pertikel
koloid. Partikel kasar dipecah-pecah menjadi
partikel koloid dengan penambahan siatu zat
elektrolit. Comtoh pembuatan sistem koloid
secara Peptisasi antara lain:
• Pencernaan makanan dengan enzim. Istilah
peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu
proses pemecahan protein(polipeptida) yang
dikatalisis oleh enzim peptin.
• Pembuatan sol belerang dari endapan nikel
sulfida (NiS) dengan mengalirkan gas H2S
3. Pembuatan sistem koloid dengan Busur
Bredig
Pembuatan sistem koloid dengan menggunakan
Busur Bredig yaitu pembuatan koloid dengan
cara pemecahan zat padat menjadi partikel
koloid dengan menggunakan arus listrik
tegangan tinggi. Contoh pembuatan sistem
koloid dengan busur bredig adalah pembuatan
sol logam.
4. Pembuatan sistem koloid menggunakan alat
ultrasonik
Cara ultrasonok menggunakan energi bunyi
berfrekuensi tinggi, yaitu diatas 20.000 Hz.
Contoh pembuatan sistem koloid menggunakan
ultrasonik yaitu pada pembuatan sol logam
Pembuatan Sistem Koloid dengan cara Kondensasi

Reakis Hidrolisa
Cara ini dapat dicapai dengan jalan melarutkan garam yang
menghasilkan senyawa hidroksida sedikit larut dalam air, dan
kadang-kadang memerlukan pemanasan. Misalnya sol
Fe(OH)3 dapat diperoleh dengan meneteskan sedikit demi
sedikit larutan jenuh FeCl3 ke dalam air panas. Pada saat anda
melarutkan CuSO4 anda dapat memperoleh sol Cu(OH)2
karena hidrolisis.

.......FeCl3(aq) + 3 H2O(l) ---- Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)


.......CuSO4(aq) + 2 H2O(l) ---- Cu(OH)2(s) + 2 H2SO4(aq)
.......Al2(SO4)3(aq) + 6 H2O(l) ---- 2 Al(OH)3(s) + 3
H2SO4(aq)
Reaksi Substitusi
Gas H2S bila dialirkan ke dalam larutan arsenit yang sangat encer,
akan terjadi reaksi subtitusi. Reaksi ini membentuk sol As2S3 yang
berwarna kuning.
......2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g) ---- As2S3(s) + 6 H2O(l)
Cara ini juga dapat dilakukan jika dua larutan yang sangat encer
dicampurkan dan menghasilkan garam yang sukar larut ( hasil kali
ion-ionnya mendekati Ksp)
Reaksi Redoks
Bila HCl yang sangat encer direaksikan dengan larutan Na2S2O3
sangat encer akan terjadi reaksi oksidasi reduksi dan terbentuk sol
belerang

......2 HCl(aq) + Na2S2O3 ---- 2 NaCl(aq) + SO2(g) + S(s) + H2O(l)


- Larutan kalsium oksalat jenuh dicampur dengan alkohol absolut
maka akan terbentuk gel.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai