Anda di halaman 1dari 36

CASE REPORT

EPILEPSI

PEMBIMBING:
DR. FITRIYANI, SP.S, M.KES

PENYAJI:
NAILUL ROSYIDA, S.KED
Identitas Pasien

 Nama : An. S
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 17 tahun
 Alamat : Ngadirejo
 Pekerjaan : Siswa
 Agama : Islam
 Bangsa : Indonesia
Anamnesis

 Keluhan Utama
Kejang sejak 1 hari SMRS.

 Keluhan Tambahan
Sakit kepala pasca kejang, badan dirasa lemas,
kesemutan atau baal (-), demam (-), mual (-), muntah (-),
BAK dan BAB baik.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Os datang dengan keluhan kejang sejak 1 hari SMRS,
kejang berlangsung selama ±5 menit seperti kaku dan
kelonjotan diseluruh sisi tubuh. Os sering mengalami
kejang sejak 2 tahun yang lalu. Os juga mengeluh sakit
kepala pasca kejang dan lemas. Ketika kejang berlangsung
os tidak sadarkan diri. Setelah os sadar os tidak dapat
mengingat kejadian kejang yang dialaminya. Mata
mendelik keatas (+), lidah tergigit (+), keluar busa/liur
(+). Kejang dialami os sebanyak 4x dalam sebulan
terakhir, kesemutan atau baal (-), demam (-), mual (-),
muntah (-), BAK dan BAB baik.

Kekurangan: menanyakan keadaan os sebelum kejang.


Riwayat Penyakit Dahulu
R. Malaria (+)
R. Hipertensi (-) Riwayat Penyakit Keluarga
R. Diabetes Melitus (-) Tidak ada
R.Trauma (-)
Kekurangan: R. kejang Riwayat Sosial Ekonomi
demam Baik

Riwayat pengobatan
Os mengatakan dalam 2 tahun tidak teratur dalam
meminum obat epilepsi dan sudah berhenti total minum
obat sejak 3 bulan yang lalu. R.alergi obat (-).
Pemeriksaan Fisik

Status Present
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4V5M6
 Vital Sign
Tekanan Darah :120/80 mmhg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,40 C
Status Generalis
 Kepala : lidah stomatitis (+)
 Leher : Tidak ada kelainan
 Thorak : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Neurologis
SARAF CRANIALIS
 N. Olfaktorius (N.I)
Daya penciuman hidung : Tidak ada kelainan

 N. Opticus (N.II)
Tajam penglihatan : Tidak ada kelainan
Lapang penglihatan : Tidak ada penyempitan lapang pandang
Tes Warna : Tidak ada kelainan
Fundus Oculi : Tidak dilakukan pemeriksaan

 N. Occulomotorius, N. Trochealis, N. Abducen (N.III-N.IV-N.VI)


Kelopak mata
 Ptosis : Tidak ada Gerakan bola mata
 Endoftalmus : Tidak ada – Media : +/+
 Exsoftalmus : Tidak ada – Lateral : +/+
Pupil – Superior : +/+
 Diameter : 3mm/ 3mm – Inferior : +/+
 Bentuk : Bulat/ Bulat – Obliqus, superior : +/+
 Isokor/anisokor : Isokor – Obliqus, inferior : +/+
 Posisi : Ditengah, simetris – Reflek pupil akomodasi : +/+
 Reflek Cahaya Langsung : +/+ – Reflek pupil konvergensi : +/+
 Reflek Cahaya tidak langsung : +/+
 N. Trigeminus (N. V)
Sensibilitas
 Ramus oftalmikus : +, dapat menunjukkan rangsang raba. Kanan dan kiri sama
 Ramus maksilaris : +, dapat menunjukkan rangsang raba. Kanan dan kiri sama
 Ramus mandibularis : +, dapat menunjukkan rangsang raba. Kanan dan kiri sama
Motorik
 M. Maseter : Tidak ada kelainan, teraba
 M. Temporalis : Tidak ada kelainan, teraba
 M. Pterigoideus : Tidak ada kelainan, teraba
Reflek (sensoris N. V, motoris N. VII)
 Reflek kornea : (+/+)
 Reflek bersin : (+/+)

 N. Fascialis (N.VII)
Inspeksi wajah sewaktu Pasien disuruh untuk
 Diam : Simetris – Mengerut dahi : Simetris
 Tertawa : Simetris – Menutup mata kuat-kuat : Simetris
 Meringis : Simetris – Mengembungkan pipi : Simetris
 Bersiul : Simetris Sensoris
 Menutup Mata : Simetris – Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal
 N. Vestibulocochlearis (N. VIII)
N. cochlearis
 Ketajaman pendengaran : Baik
 Tinitus : (-)
N. vestibularis
 Tes vertigo : (-)
 Nistagmus : (-)

 N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X)


Suara bindeng/nasal : (-)
Posisi uvula : Ditengah
Palatum mole Reflek batuk : Normal
 Istirahat : Tertutup Sempurna Reflek muntah : Tidak dilakukan
 Bersuara : Tertutup Sempurna Peristaltik usus : Tidak dilakukan
Arcus palatoglossus Bradikardi : (-)
 Istirahat : Simetris Takikardi : (-)
 Bersuara : Simetris
Arcus pharingeus
 Istirahat : Simetris
 Bersuara : Simetris
 N. Accesorius (N.XI) FUNGSI MOTORIK
 M. sternocleidomastoideus: (+/+) Gerak : Bebas
 M. Trapezius : (+/+) Kekuatan otot : 5/5/5/5
Tonus : Normal
 N. Hipoglossus (N.XII) Klonus : Normal
 Atropi : Tidak ada Atrophi : Tidak ada
 Fasikulasi : Tidak aada Reflek fisiologis
 Deviasi : Tidak ada – Bicep : (+/+)
– Pattela : (+/+)
RANGSANGAN MENINGEAL – Trisep : (+/+)
Kaku kuduk : Tidak dilakukan pemeriksaan – Achiles : (+/+)
Kernig test : Tidak dilakukan pemeriksaan Reflek patologi
Lasseque test : Tidak dilakukan pemeriksaan – Hoffman trommer : (-/-)
Brudzinsky I : Tidak dilakukan pemeriksaan – Babinsky : (-/-)
Brudzinsky II : Tidak dilakukan pemeriksaan – Chaddock : (-/-)
– Oppenheim : (-/-)
– Schafner : (-/-)
– Gordon : (-/-)
– Gonda : (-/-)
UJI SENSIBILITAS
Eksteroseptif/Rasa Permukaan Fungsi luhur
 Rasa raba : (+/+) – Fungsi bahasa : Normal
 Rasa nyeri : (+/+) – Fungsi orientasi : Normal
 Rasa suhu panas : (+/+) – Fungsi memori : Normal
 Rasa suhu dingin : (+/+) – Fungsi emosi : Normal
Propioseptif/Rasa Dalam
 Rasa sikap : Tidak dilakukan
 Rasa getar : Tidak dilakukan
 Rasa nyeri dalam : Tidak dilakukan
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
 Asteriognosis : Tidak dilakukan
 Grafognosis : Tidak dilakukan
Koordinasi
 Tes tunjuk hidung : Normal
 Tes pronasi supinasi : Normal
Susunan saraf otonom
 Miksi : Normal
 Defekasi : Normal
Resume

Os datang dengan keluhan kejang sejak 1 hari


SMRS, kejang berlangsung selama ±5 menit seperti kaku
dan kelonjotan pada seluruh sisi tubuh. Os sering
mengalami kejang sejak 2 tahun yang lalu. Os juga
mengeluh sakit kepala pasca kejang dan lemas. Ketika
kejang berlangsung os tidak sadarkan diri. Setelah os
sadar os tidak dapat mengingat kejadian kejang yang
dialaminya. Mata mendelik keatas (+), lidah tergigit (+),
keluar busa/liur (+). Kejang dialami os sebanyak 4x
dalam sebulan terakhir. Os pernah menderita penyakit
malaria sebelumnya, Os mengatakan dalam 2 tahun tidak
teratur dalam meminum obat epilepsi dan sudah berhenti
total minum obat sejak 3 bulan yang lalu.
RESUME
Status Present
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 GCS : E4V5M6
 Vital Sign
Tekanan Darah :120/80 mmhg
Nadi : 88x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,40 C
Pemeriksaan neurologis: tidak ada kelainan
Diagnosis

 Klinis : Bangkitan umum tonik-klonik


 Topis : Idiopatik/ Simptomatik
 Etiologi : Susp. Epilepsi

Diagnosis Banding
• Psychogenic Non Epileptic Seizure
• Sinkop
• Kejang dengan provokasi
Penatalaksanaan ?

KASUS TEORI

• Phenytoin tab 100 mg 3x1 OAE bangkitan umum tonik


klonik :
• Phenytoin
•Sodium Valproat
• Carbamazepine
•Phenobarbital
•Lamotrigin
•Topiramate
• Phenytoin dikenal sebagai OAE, efektif untuk bangkitan
fokal, epilepsi umum sekunder maupun tonik-klonik.
• Dosis dan pemberian:
Dewasa : dimulai dari 2-3 dd 100 mg, dinaikan hingga
200-300 mg setiap minggu sampai 200-400mg/hari.
Penatalaksanaan ?

Terapi tambahan:
 Edukasi
1. Hindari faktor pencetus bangkitan seperti : tidur
teratur, menghindari stress, menghindari kelelahan
berlebihan.
2. Teratur dalam meminum obat anti kejang.

 Pemberian asam folat 1-5 mg/ hari, terutama pada


pasien wanita dalam usia reproduktif untuk
mencegah cacat janin. ESO phenytoin: Anemia
defisiensi Asam Folat.
Pemeriksaan Penunjang

 CT-Scan (?)

Pemeriksaan Anjuran

• EEG
• MRI
• Pemeriksaan darah lengkap
• Cek Gula Darah
Prognosis

• Quo ad Vitam : Dubia ad bonam


• Quo ad Fungtionam : Dubia ad malam
• Quo ad Sanationam : Dubia ad malam
TEORI DAN ANALISIS KASUS
Diagnosis
3 Langkah
Epilepsi ???

1. Pastikan bangkitan epilepsi atau bukan


2. Tentukan jenis bangkitan
3. Tentukan sindrom epilepsi + etiologi
Diagnosis
Kasus Teori
Kejang 1 hari SMRS Epilepsi adalah suatu keadaan yang ditandai oleh
bangkitan epilepsi berulang berselang lebih dari
4x dalam sebulan terakhir 24 jam yang timbul tanpa provokasi.

Os tiba-tiba kaku dan kelonjotan diseluruh sisi Klasifikasi :


tubuh 1. Bangkitan parsial
tidak sadar selama kejang berlangsung - Parsial sederhana
- Parsial kompleks
- Kejang parsial menjadi tonik-klonik umum
secara sekunder

2. Bangkitan umum
- Absens
- Mioklonik
- Klonik
- Tonik
- Tonik-klonik
- Atonik

3. Bangkitan yang tidak terklasifikasi


Kasus Teori
Kejang berlangsung selama kurang lebih 5 Kejang ini biasanya berlangsung 1 hingga 5
menit menit
Keluar busa/ liur (+), lidah tergigit (+), mata Dapat disertai adanya lidah tergigit, mulut
melirik keatas (+) berbusa (drooling), inkontinensia urin/alvi
dan sianosis.
Setelah pasien sadar pasien tidak ingat Setelah kejang/ bangkitan epileptik berakhir
kejadian. pasien dapat mengantuk, bingung, nyeri
anggota gerak, dan defisit neurologis fokal
(Todd’s paralisis, afasia postiktal).
Dalam 2 tahun tidak teratur dalam Faktor pencetus: kurang tidur, kelelahan,
meminum obat dan sudah berhenti total putus alkohol, putus obat anti epilepsi
minum obat sejak 3 bulan yang lalu. (OAE).
R.Keluarga (-) Epilepsi berdasarkan etiologi:
R.Trauma (-) 1. Idiopatik: tidak ada lesi struktural
PP belum dilakukan. diotak. Diperkirakan mempunyai
predisposisi genetik dan umumnya pada
usia muda.
2. Kriptogenik : dianggap simptomatik
tetapi penyebabnya belum diketahui.
3. Simptomatik : adanya kelainan / lesi
struktural pada otak.
Klasifikasi ILAE 1981
Bangkitan parsial
 Bangkitan parsial sederhana

 Tidak terjadi gangguan kesadaran


 Bangkitan dapat berupa gerakan motorik, sensorik, otonom, atau psikis
 Bangkitan tergantung pada lokasi bangkitan di dalam otak
 Bangkitan dapat berupa gerakan motorik yang dimulai dari tangan,
kaki atau muka kemudian menyebar pada sisi yang sama
 Bangkitan parsial kompleks

 Terdapat gangguan kesadaran


 Dapat diawali dengan aura
 Sering diikuti oleh gerakan yang tidak bertujuan seperti mengunyah,
menelan dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas
 Terdapat periode bingung setelah kejang berhenti
 Bangkitan parsial umum sekunder
 Berkembang dari bangkitan parsial sederhana atau kompleks yang dalam
waktu singkat menjadi bangkitan umum
 Bangkitan umum yang biasanya terjadi bersifat kelojotan keempat
anggota gerak
Bangkitan umum
 Lena (Absens)

 Gangguan kesadaran secara mendadak, berlangsung beberapa detik


 Selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tanpa
reaksi
 Mata memandang jauh kedepan
 Mungkin terdapat automatisme
 Pemulihan kesadaran segera tanpa perasaan bingung
 Sesudah itu pasien melanjutkan aktivitas semula
 Mioklonik

 Gerakan mioklonus berupa gerakan seperti menyentak yang tiba-tiba,


sangat singkat yang dapat umum atau terbatas pada wajah, batang
tubuh, satu atau lebih ekstremitas, atau satu grup otot. Tidak semua
gerakan mioklonus adalah kejang
 Dapat berulang atau tunggal
 Benda yang di pegang ditangan dapat terlempar
 Klonik
 Gerakan kelojotan yang bersifat berulang-ulang, ritmis
 Pola yang bergantian antara gerakan-istirahat
 Tonik
 Konstraksi otot yang kaku pada tubuh atau anggota gerak
 Umumnya berlangsung sekitar 30 detik
 Mata mendelik keatas atau ke satu sisi
 Selama terjadinya bangkitan, wajah dapat terlihat distorsi oleh karena
adanya konstraksi otot dan nafas terganggu
 Mata terbuka atau tertutup, konjungtiva tidak sensitif, dan pupil
dilatasi.
 Dapat diikuti dengan kebingungan setelah kejang
 Tonik-klonik
 Dapat didahului dengan jeritan atau sentakan
 Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10-30 detik,
diikuti gerakan kejang kelojotan pada kedua lengan dan tungkai (fase
klonik) selama 30-60 detik
 Dapat disertai mulut berbusa atau mengompol
 Selesai bangkitan pasien lemas dan tampak bingung
 Pasien sering tidur setelah bangkitan
 Atonik atau astatik
 Tiba-tiba hilangnya tonus postural
 Head drop
 Dapat jatuh : drop attack
 Berlangsung sangat singkat
Klasifikasi epilepsi berdasarkan sindroma menurut
International League Against Epilepsy (ILAE) 1989:

1.Fokal/ partial
1.1 Idiopatik (primer)
a) Epilepsi pada anak dengan gelombang paku di
daerah sentrotemporal.
b) Epilepsi pada anak dengan gelombang
paroksismal pada daerah oksipital.
c) Epilepsi saat membaca
1.2 Simtomatik (sekunder)
 Epilepsi parsial kontinua progresif kronik pada
anak-anak (sindrom Kojenikow).
 Sindrom yang berdasarkan tipe bangkitan,
lokalisasi anatomik dan etiologi: epilepsi lobus
temporalis, lobus frontalis, lobus parietalis dan
lobus oksipitalis.
 Epilepsi lobus temporal
 Epilepsi lobus frontal
 Epilepsi lobus parietal
 Epilepsi lobus oksipital
1.3 Kriptogenik : Digolongkan menjadi simtomatik
dan etiologinya tidak diketahui
2. Epilepsi umum
2.1 Idiopatik (primer)
 Kejang neonatus familial benigna
 Kejang neonatus benigna
 Epilepsi mioklonik benigna pada bayi
 Epilepsi lena pada anak
 Epilepsi lena pada remaja (juvenil)
 Epilepsi mioklonik pada remaja (juvenil)
 Epilepsi dengan serangan tonik klonik pada saat
terjaga
 Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk
salah satu di atas
 Epilepsi dengan bangkitan tonik klonik yang
didahului oleh bentuk aktivitas tertentu
2.2 Kriptogenik atau simtomatik
 Sindroma West (spasme infantil dan spasme salam)
 Sindroma Lennox Gastaut
 Epilepsi mioklonik astatik
 Epilepsi lena miokionik.

2.3 Simtomatik
a. Etiologi non spesifik
 Ensefalopati miokionik neonatal.
 Ensefalopati epileptik infantil dini dengan burst
supression.
 Epilepsi simtomatik umum lainnya yang tidak
termasuk di atas
 Sindrom spesifik
 Bangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain
3. Epilepsi dan sindrom yang tidak dapat ditentukan
fokal atau umum
3.1 Bangkitan umum dan Fokal
 Bangkitan neonatal
 Epilepsi mioklonik berat pada bayi
 Epilepsi dengan gelombang paku kontiny
selama tidur malam
 Epilepsi afasia yang didapat (Sindrom
landau-Kleffner)
 Epilepsi yang tidak termasuk dalam
klasifikasi di atas
3.2 tanpa gambaran tegas fokal atau umum
4. Sindrom Khusus
4.1 bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu
 Kejang demam
 Bangkitan kejang/status epileptikus yang
timbul hanya sekali
 Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat
kejadian metabolik akut, atau toksis, alkohol,
obat-obatab, eklamsia, hiperglikemi non ketotik
 Bangkitan-bangkitan dengan pencetus spesifik
(epilepsi reflektorik)

Anda mungkin juga menyukai