Anda di halaman 1dari 16

REFERAT RETARDASI

MENTAL
Disusun oleh :
Fitri Wulan Sari/ 30101306951
Pembimbing :
dr. Elly Noerhidajati, Sp.KJ
PENDAHULUAN

 Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti


atau tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tingkatan kecerdasan
secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motoric dan
social
 Keterbatasan yang timbul sebagai akibat dari retardasi mental menjadikan
retardasi mental tidak hanya merupakan masalah kedokteran, namun
juga merupakan masalah pendidikan dan masalah sosial baik bagi
keluarga penderita maupun bagi masyarakat.
Definisi

 Menurut PPDGJ III, retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan


mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
adanya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif,
bahasa, motorik, dan social
 American Association on Mental Retardation (AAMR) 2002 mendefinisikan
retardasi mental adalah suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu
limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual
maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan
konseptual, sosial, dan praktis; keadaan ini terjadi sebelum usia 18 tahun.
Epidemiologi

 Prevalensi retardasi mental diperkirakan sebanyak 1%-3% dari jumlah


populasi.Prevalensi retardasi mental ringan adalah yang terbanyak, yaitu
85% dari keseluruhan kasus, retardasi mental sedang sebanyak 10% dari
keseluruhan kasus, retardasi mental berat 4% dari keseluruhan kasus, dan
hanya sekitar 1-2% yang mengalami retardasi mental sangat berat.
 Anak laki-laki sekitar 1,5 kali lebih sering menderita retardasi mental
dibanding anak perempuan. Insiden tertinggi pada anak usia sekolah,
dengan usia puncak 10 hingga 14 tahun.
Etiologi

 Kelainan kromosom : misalnya: sindrom Down, cat’s cry syndrome, Prader-


Willi syndrome, dan fragile X syndrome
 Infeksi yang menyebabkan kerusakan jaringan otak : infeksi toxoplasma,
rubella, sifilis, herpes, cytomegalovirus, dan HIV
 Intoksikasi, dapat berasal dari obat-obatan, serum, ataupun zat toksik
lainnya.3 Contohnya: toksemia gravidarum, ensefalopatia bilirubin
(kernikterus), fetal alcohol syndrome, fetal hydantoin syndrome, serta
intoksikasi timah hitam dan merkuri
 Gangguan metabolism (metabolism zat lipida, karbohidrat, dan protein)
 Rudapaksa (sinar X, bahan kontrasepsi dan usaha abortus)
 Prematuritas :Penelitian membuktikan bahwa bayi yang lahir dengan berat
badan lahir rendah memiliki resiko tinggi mengalami gangguan neurologis
dan intelegensi
 Penyakit otak yang nyata (neoplasma)
 Masalah psikososial dan lingkungan. Retardasi mental ringan dapat timbul
sebagai akibat kurangnya nutrisi dan pengasuhan
Klasifikasi

 Retardasi mental ringan (IQ 50-70)


 Retardasi mental sedang (IQ 35-50)
 Retardasi mental berat (IQ 20-35)
 Retardasi mental sangat berat (IQ <20)
Manifestasi klinis

 Manifestasi klinis dari retardasi mental dapat bervariasi,utamanya


berdasarkan tingkat retardasi mental.6 Pada retardasi mental ringan,
gejala biasanya belum nampak hingga anak memasuki usia sekolah dasar,
dimana anak mengalami kesulitan dalam menulis, membaca, dan
berhitung sehingga hanya mampu bersekolah hingga kelas 4,5, atau 6
 Orang dengan retardasi mental berat hingga sangat berat biasanya
didiagnosis pada usia lebih dini, lebih sering dengan kondisi medis tertentu
misalnya kelainan dismorfik, dan memiliki gangguan mental dan perilaku.
 Orang dengan retardasi mental sedang memiliki gambaran keduanya.6
DIAGNOSIS

 Diagnosis retardasi mental ditetapkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
 Anamnesis : riwayat selama kehamilan dan persalinan, adakah riwayat retardasi
mental dalam keluarga, bagaimana hubungan orangtua, dan adanya penyakit
herediter.
 Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat adanya karakteristik fisik yang biasa
ditemukan pada penderita retardasi mental, misalnya ukuran dan bentuk
kepala (mikrosefali, hidrosefalus, sindrom Down), karakteristik wajah (epicanthal
folds, lidah menonjol, hipertelorisme, flat nasal bridge), ekspresi wajah, dll.
 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu: pemeriksaan neurologis,
analisa kromosom, analisa urin dan darah, EEG, neuroimaging, evaluasi
pendengaran dan berbicara, dan pemeriksaan psikologis.5
DIAGNOSIS

 Kriteria diagnosis retardasi mental (intellectual developmental disorder)


menurut DSM-V TR adalah:
 Ditemukannya defisit dalam fungsi intelektual, seperti memberi alasan,
pemecahan masalah, perencanaan, berpikir abstrak, menilai, pembelajaran
akademik, dan pembelajaran dari pengalaman, yang dipastikan melalui
pemeriksaan klinis dan tes intelegensia terstandar.
 Adanya defisit dalam fungsi adaptif yang berakibat pada kegagalan dalam
mencapai perkembangan dan standar sosiokultural untuk kemandirian pribadi
dan tanggung jawab sosial.
 Onset dari defisit intelektual dan adaptasi timbul selama masa perkembangan.
DIAGNOSIS BANDING

 Gangguan perkembangan tertentu, seperti disfasia, dapat menghambat


kemampuan akademik, tetapi tidak ditemukan adanya defisit secara
umum seperti pada retardasi mental
 Autisme berat, terutama yang disertai mutisme, biasanya autisme disertai
dengan retardasi mental.
 Skizofrenia masa kanak seringkali menghambat kemampuan akademik
dan menyerupai gejala retardasi mental.
PENATALAKSANAAN

1. Farmakoterapi : Obat-obatan untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.


Metilfenidat (Ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif.
Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang
dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada
umumnya diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamate,
gamma aminobutyric acid (GABA).
2. Latihan dan pendidikan : meliputi latihan di rumah, latihan di sekolah, latihan
teknis, dan latihan moral. Latihan anak dengan retardasi mental secara umum
ialah :
 Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
 Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau antisosial.
 Mengajarkan suatu keahlian agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.
 3. Psikoterapi : diberikan kepada anak dan orang tua. Konseling pada
orang tua antara lain bertujuan untuk membantu mereka dalam
mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental,
mereka perlu diberi dukungan bahwa bukan salah mereka jika anak
mereka mengalami hal seperti itu, tetapi mereka perlu berusaha untuk
mengatasi keadaan tersebut. Psikoterapi tidak dapat menyembuhkan
retardasi mental, tetapi diharapkan dapat terjadi perubahan sikap, tingkah
laku, dan adaptasi sosial.
PENCEGAHAN

 Pencegahan retardasi mental dapat dilakukan secara


1. Primer (mencegah timbulnya RM) : pendidikan kesehatan pada
masyarakat, perbaikan sosio-ekonomi, konseling genetik dan tindakan
kedokteran (misalnya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan
yang baik, mengurangi kehamilan diatas usia 40 tahun, dan pencegahan
keradangan otak pada anak-anak).
2. Pencegahan sekunder (mengurangi manifestasi klinis RM) meliputi diagnosis
dan pengobatan dini.
3. Pencegahan tersier meliputi pendidikan penderita atau latihan khusus yang
sebaiknya dilakukan di sekolah luar biasa.Penyebab retardasi mental yang
dapat dicegah antara lain: infeksi, trauma, intoksikasi, komplikasi kehamilan,
gangguan metabolisme, kelainan genetik.
KESIMPULAN

 Retardasi mental adalah suatu kondisi dimana:


 Terjadi penurunan fungsi intelektual (IQ≤70 atau dua tingkat dibawah standar deviasi
rata-rata)
 Terjadi defisit fungsi adaptasi sosial.
 Onset terjadi selama masa perkembangan (sebelum 18 tahun).
 Prevalensi sebanyak 1%-3% dari jumlah populasi. Retardasi mental primer
mungkin disebabkan faktor keturunan (retardasi mental genetik) dan faktor
yang tidak diketahui. Retardasi mental sekunder disebabkan faktor-faktor dari
luar yang diketahui.
 Diagnosis retardasi mental ditetapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
 Penatalaksanaan retardasi mental terdiri atas farmakoterapi, psikoterapi, serta
pendidikan dan latihan.
Daftar pustaka

 1. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. 2nd ed.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
 2. Sularyo TS, Kadim M. Retardasi Mental. Sari Pediatri Desember 2000:170-177.
 3. Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2 ed. Surabaya: Airlangga
University Press; 2009.
 4. Kay J, Tasman A. Essentials of Psychiatry. England: John Wiley & Sons Ltd; 2006.
 5. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. 10th ed: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
 6. Martin A, Volkmar FR. Lewi's Child and Adolescent Psychiatry: A Comprehensive
Textbook. 4th ed: Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
 7. Moore DP, Jefferson JW. Handbook of Medical Psychiatry. 2nd ed. Philadelphia:
Elsevier/Mosby; 2004.
 8. WHO. Primary prevention of mental neurological and psychosocial disorders.
Geneva, WHO 1998: h. 8-53. 2. Payne JS, Patton JR. Mental retardation. Columbus: Bell &
Howell Company, h. 1-466

Anda mungkin juga menyukai