Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN

PENYALAHGUNAAN
NAPZA

Disusun oleh :
Nur Uli Setiani (P1337420616002)
Widya Agustiani (P1337420616004)
Anindya Wuri Oktaviana (P1337420616005)
Larasati Dyah Pertiwi (P1337420616006)
Cicha Setyaningtyas (P1337420616017)
Prima Alfianita (P1337420616019)
Dheryka Agustin (P1337420616030)
Mayra Marlyn (P1337420616031)
Yasmina Izzat (P1337420616042)
Adella Rizqi Nurseptiana (P1337420616043)
DEFINISI NAPZA
NAPZA adalah akronim dari
Narkotik, Alkohol, Psikotropika dan
Zat Adiktif lainnya. Keseluruhan zat
tersebut termasuk dalam zat
psikoaktif.
ETIOLOGI PENYALAHGUNAAN NAPZA

Etiologi dai masalah ini merupakan


kombinasi factor neurobiologis, genetic, social
dan psikologis. Anak dari orangtua yang
mengalami gangguan penyalahgunaan zat
dianggap beresiko tinggi mengalami gangguan
ini. Sikap orangtua dan contoh yang mereka
tunjukan dapat mempengaruhi resiko ini kendati
tidak ada gangguan kepribadian kecanduan yang
teridentifikasi, depresi, harga diri rendah,
kesepian, stress dan perilaku, seperti nyeri dan
perilaku mencari kesenangan dapat
mengaibatkan perilaku penyalahgunaan zat
psikoaktif.
JENIS JENIS NAPZA
1. OPIODA
Opioda adalah nama segolongan zat yang
nenpunyai manfaat sebagai analgesic.
Golongan opioda menurut asalnya :
a. Opioda alamiah
(Opium, morfin, kodein)
b. Opioda semisintetik
(Heroin, hidromorfin)
c. Opioda sintetik
(Meperidine, propoksifen, leforvanol,
levarolfan)
2. GANJA
Ganja biasanya dikonsumsi sebagai
makanan dalam bentuk manisan, diseduh
seperti teh atau kopi, tetapi kebanyakan
digulung kemudian dihisap seperti merokok
tembakau.

3. KOKAIN
Kokain adalah zat yang merangsang syaraf
pusat seperti amfetamin, kafein, nikotin dan
khat. Kokain biasanya dikonsumsi melalui
suntikan intravena, disedot melalui hidung
atau inhalasi seperti orang merokok
tembakau. Daun koka biasanya dikunyah.
4. SEDATIVE – HIPNOTIK
Sedatif-hipnotik adalah penekan susunan
syaraf pusat atau central nervous system
depressant, sama seperti alcohol dan inhalan.
Dalam jumlah kecil, zat ini dapat mengatasi
ansietas, sedangkan dalam dosis besar dapat
menginduksi tidur.

5. AMFETAMIN
Amfetamin adalah suatu senyawa sintetik
yang tergolong perangsang susunan syaraf
pusat, seperti efedrin yang terdapat dalam
tanaman Ephedra trifurkaka, kafein yang
terdapat dalam kopi, nikotin yang terdapat
dalam tembakau dan khatin yang terdapat
dalam tanaman khat.
6. HALUSINOGEN
Halusinogen merupakan istilah untuk
memberi nama zat tertentu yang dalam jumlah
sedikit dapat mengubah persepsi, pikiran dan
perasaan seseorang sehingga orang yang
mengkonsumsi zat tersebut mengalami
halusinasi, ilusi dan delusi.

7. ZAT DISOSIATIF
Zat disosiatif adalah senyawa yang semula
dikembangkan sebagai anestesi umum, seperti
PCP dan ketamin. Zat disosiatif menyebabkan
gangguan perepsi penglihatan dan
pendnegaran serta disosiasi.
8. ALKOHOL
Alkohol adalah nama umum dari senyawa
hidrokarbon dengan rumus umum untuk
senyawa hidrokarbon dengan rumus umum
CnH(2n+1)OH. Alkohol yang terdapat dalam
minuman keras adalah etil alcohol.

9. NIKOTIN & KAFEIN


Zat psikoaktif ini termasuk psikostimulan dan
bersifat adiktif walaupun tidak sekuat heroin.
Nikotin merupakan suatu senyawa amin tertier
bercincin piridin dan pirolidin, bersifat alkalis
lemah sehingga mudah larut dalam air maupun
lemak. Kafein juga bisa terkandung dalam obat
bisanya berbentuk pilatau tablet.
10. INHALAN & SOLVEN
Inhalan atau solven adalah senyawa organic
berupa gas dan zat pelarut yang udah menguap.
Inhalan terdapat pada berbagai barang
keperluan rumah tangga, kantor, cat, dan
pelumas mesin.

11. STEROID ANABOLIC, GAMA HIDROKSI


BUTIRAT (GBH) & POLYDRUG USE
 Steroid anabolik adalah senyawa sintetik yang
mempunyai sifat hormone androgen yaitu
hormone seksual pria (testosterone). Obat ini
lebih sering dikonsumsi oleh laki-laki namun
jumlah pengguna perempuan mulai bertambah.
Orang menggunakan obat ini karena ingin otot-
ototnya menjadi lebih besar dan kekar.
 Gama Hidroksi Butirat adalah senyawa
berbentuk cair, tidak berwarna dan tidak
berbau yang mempunyai sifat menghambat
susunan syaraf pusat. GBH dapat
dikonsumsi secara oral atau dicampurkan ke
dalam minuman. Zat ini dapat menyebabkan
euphoria.

 Polydrug Use penggunaan lebih dari satu


zatpsikoaktif bersamaan waktu ataupun
berurutan. Mialnya sudah mengkonsumsi
salah satu zat psikoaktif yang satu kemudian
mengkonsumsi yang lain di luar tujuan
pengobatan.
TANDA & GEJALA PENGGUNAAN
NAPZA
 Tanda & Gejala Intoksikasi
a. Opiat
- Eforia
- Mengantuk
- Bicara cadel
- Konstipasi
- Penurunan kesadaran
b. Ganja
- Eforia
- Mata merah
- Mulut kering
- Banyak bicara dan tertawa
- Nafsu makan meningkat
- Gangguan persepsi

c. Sedatif-Hipnotik
- Pengendalian diri berkurang
- Jalan sempoyongan
- Mengantuk
- Memperpanjang tidur
- Hilang kesadaran
d. Alkohol
- Mata merah
- Bicara cadel
- Jalan sempoyongan
- Perubahan persepsi
- Penurunan kemampuan menilai

e. Amfetamine
- Selalu terdorong untuk bergerak
- Berkeringat
- Gemetar
- Cemas
- Depresi
- Paranoid
 Tanda & Gejala Putus Zat
a. Opiat
- Nyeri
- Mata dan hidung berair
- Perasaan panas dingin
- Diare
- Gelisah
- Tidak bisa tidur
c. Sedatif – Hipnotik
- Cemas
- Tangan gemetar
- Perubahan persepsi
- Gangguan daya ingat
- Tidak bisa tidur

d. Alkohol
- Cemas
- Depresi
- Muka merah
- Mudah marah
- Tangan gemetar
- Mual muntah
- Tidak bisa tidur
e. Amfetamine
- Cemas
- Depresi
- Kelelahan
- Energi berkurang
- Kebutuhan tidur meningkat
PROGNOSIS
Semakin muda seorang mulai menggunakan
zat psikoaktif biasanya prognosisnya lebih
buruk.
Bila dalam satu keluarga terdapat lebih dari
satu pengguna zat psikoaktif, prognosisnya
lebih buruk.
Adanya gangguan kepribadian
disosial/antisosial, prognosisnya lebih buruk.
Demikian pula bila terdapat depresi berat.
Sikap keluarga yang tidak mendukung
proses penyembuhan, lingkungan pergaulan
yang buruk, dan mudah diperoleh zat
psikoaktif, memperburuk prognosis.
KOMPLIKASI PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Komplikasi Medis
Pengaruhnya pada :
- Otak dan susunan saraf pusat
- Pada saluran napas
- Jantung
- Hati
- PMS (Penyakit menular seksual)
- Sistem reproduksi
- Kulit
- Komplikasi pada kehamilan
TERAPI & REHABILITASI
PENYALAHGUNAAN NAPZA

A. Terapi Medis
- Terapi Terhadap Keadaan Intoksikasi
a. Intoksikasi opioida
b. Intoksikasi kanabis (ganja)
c. Intoksikasi kokain dan amfetamin
d. Intoksikasi alkohol
e. Intoksikasi sedatif - hipnotif
- Terapi Terhadap Keadaan Overdosis
a. Usahakan agar pernapasan berjalan
lancar
b. Usahakan agar peredaran darah berjalan
lancar
c. Pasang infus dan berikan cairan
d. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk
melihat kemungkinan perdarahan atau
trauma
e. Observasi terhadap kemungkinan kejang
f. Bila ada hipoglikemi, beri 50 ml glukosa
50% IV
B. Rehabilitasi
- Program Antagonis Opiat (Naltrexon)
- Program Metadon
- Program yang berorientasi psikososial
- Therapeutic Community
- Program yang berorientasi sosial
- Program yang berorientasi kedisiplinan
- Program dengan pendekatan religi
spiritual
C. Program Pasca Rawat (After Case)
D. Narcotics Anynomous (NA)
DAMPAK PENYALAHGUNAAN
NAPZA
1. Terhadap Tingkah Laku
a. Tingkah Laku Klien Pengguna Zat
Sedatif - Hipnotik
- Menurunnya sifat menahan diri
- Bicara cadel, bertele – tele
- Meningkatkan rasa percayadiri

b. Tingkah Laku Klien Pengguna Ganja


- Kontrol diri menurun bahkan hilang
- Menurunnya motivasi perubahan diri
- Ephoria ringan
c. Tingkah Laku Klien Pengguna Alkohol
- Sikap bermusuhan
- Suarakeras, bicaracadel,dankacau
- Agresi

d. Tingkah Laku Klien Pengguna Opioda


- Terkantuk - kantuk
- Bicara cadel
- Koordinasi motorik terganggu

e. Tingkah Laku Klien Pengguna Kokain


- Hiperaktif
- Halusinasi dan waham
- Gelisah, insomnia
f. Tingkah Laku Klien Pengguna
Halusinogen
- Tingkah laku tidak dapat diramalkan
- Tingkah laku merusak diri sendiri
- Sikap merasa diri benar

2. Terhadap Kondisi Fisik


a. Akibat zat itu sendiri
b. Terhadap kehidupan mental emosional
c. Terhadap kehidupan sosial
ASUHAN KEPERAWATAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Pengkajian
- Identitas klien
- Alasan masuk
- Faktor predisposisi
- Fisik
- Psikososial
(Genogram, konsep diri, hubungan sosial, spiritual)
- Status mental
(Penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam
perasaan, afek, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran,
memori, tingkat konsentrasi & berhitung,
kemampuan penilaian, daya tilik diri, kebutuhan
persiapan pulang)
- Mekanisme koping
- Masalah psikososial dan lingkungan
- Pengetahuan kurang
- Aspek medik

2. Diagnosa Keperawatan
- Koping individu tidak efektif
- Intoksikasi
- Resiko perilaku kekerasan
- Penyalahgunaan zat
- Harga diri rendah
- Gangguan konsep diri
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 :
Koping individu tidak efektif
a. Pasien
Tujuan : Klien mampu untuk mengatasi
keinginan menggunakan zat adiktif

Intervensi :
- Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan
timbulnya sugesti
- Mengidentifikasi perilaku ketika sugesti datang
- Mendiskusikan cara mengalihkan pikiran dari
sugesti yang lebih positif
- Membantu klien untuk mengekspresikan perasaanya
b. Keluarga
Tujuan : Keluarga dapat mengurangi sugesti
dari klien

Intervensi :
- Memotivasi keluarga untuk membantu klien
mampu jujur bila sugesti datang
- Mendiskusikan upaya keluarga membantu
klien mengurangi sugesti
- Membantu suasana mendukung keakraban
dirumah
c. Kelompok
Tujuan : Klien mampu bersemangat untuk
menjauhi NAPZA dan tidak
ketergantungan kepada NAPZA
Intervensi :
SP 1
- Diskusikan pengalaman mengucapkan kata
kata yang mengandung semangat
menghindari zat adiktif.
Dx 2 : Resiko Perilaku Kekerasan
a. Pasien
Tujuan :
- Pasien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan
- Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda
perilaku kekerasan
- Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku
kekerasan yang pernah dilakukannya
- Pasien dapat menyebutkan akibat dari
perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
- Pasien dapat menyebutkan cara mencegah
atau mengendalikan perilaku kekerasannya
Intervensi :
SP 1 :
- Identifikasi tanda dan gejala, penyebab dan
akibat perilaku kekerasan
- Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 1: tarik nafas dalam dan fisik
2: pukul kasul/bantal
- Latih klien cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 1: tarik nafas dalam dan fisik
2: pukul kasur/bantal
- Latih memasukkan kegiatan tarik nafas dalam
dan pukul kasur/bantal ke dalam jadwal
kegiatan harian
SP 2 :
- Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat secara
teratur menggunakan prinsip 6 benar
- Mendiskusikan manfaat minum obat dan
kerugian tidak minum obat
- Melatih cara minum obat secara teratur
menggunakan prinsip 6 benar
- Melatih memasukkan kegiatan minum
obat secara teratur ke dalam kegiatan
harian
SP 3 :
- Menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan verbal/bicara baik-baik
- Melatih cara verbal/bicara baik-baik
- Melatih memasukkan kegiatan bicara baik-baik
ke dalam jadwal harian

SP 4 :
- Menjelaskan cara perilaku mengontrol
kekerasan cara spiritual
- Melatih cara spiritual
- Melatih klien memasukkan kegiatan spiritual
ke dalam jadwal kegiatan harian
b. Keluarga
Tujuan : Keluarga dapat merawat pasien di rumah.
Intervensi :
SP 1
- Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien
risiko perilaku kekerasan
- Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses
terjadinya dan akibat perilaku kekerasan
- Mendiskusikan masalah dan akibat yang mungkin
terjadi pada klien resiko perilaku kekerasan
- Menjelaskan cara merawat klien resiko perilaku
kekerasan: latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur/bantal
- Melatih keluarga latihan tarik nafas dalam dan pukul
kasur bantal
SP 2
- Menjelaskan kepada keluarga tentang obat
yang diminum klien
- Mendiskusikan manfaat minum obat dan
kerugian tidak minum obat
- Melatih kelurga cara klien minum obat
menggunakan prinsip 6 benar
- Menganjurkan keluarga memotivasi,
membimbing dan memberi pujian saat klien
latihan minum obat sesuai dengan jadwal
SP 3
- Menjelaskan kepada keluarga cara mengontrol
perilaku kekerasan secara verbal/bicara baik –
baik
- Melatih keluarga latihan verbal/bicara baik –
baik
- Menganjurkan keluarga memotivasi,
membimbing dan memberi pujian saat klien
latihan verbal/bicara baik-baik
SP 4
- Menjelaskan kepada keluarga cara mengontrol
perilaku kekerasan secara spritual
- Melatih keluarga cara latihan spiritual
- Memotivasi, membimbing dan memberi pujian
kepada klien cara spiritual
- Menjelaskan setting lingkungan rumah yang
mendukung perawatan klien
- Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang tersedia
- Menjelaskan kemungkinan klien relaps dan
pencegahan relaps
- Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan
kemungkinan kambuh
- Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan
merujuk klien ke pelayanan kesehatan
Dx 3 : Gangguan kesadaran somnolent
sehubungan dengan kurangnya pengetahuan
a. Pasien
Tujuan : Klien mampu melakukan interaksi dan
memberikan respon terhadap stimulus secara optimal
Intervensi :
SP 1
- Mengobservasi tanda-tanda vital terutama
kesadaran
- Memberikan terapi media yang bekerja sama
dengan dokter
- Memberikan rasa nyaman dan aman dengan posisi
- Menjaga keselamatan diri klien selama kesadaran
terganggu
- Mengobservasi keseimbangan cairan
b. Keluarga
Tujuan : Keluarga dapat memahami tentang
pengaruh dari zat-zat adiktif
Intervensi :
SP 1
- Memberikan penjelasn tentang pengaruh zat
adiktif terhadap kondisi fisik, sosial dan
emosional klien
4. Implementasi Keperawatan
Melakukan intervensi yang telah dibuat.

5. Evaluasi
- Evaluasi pada klien
- Evaluasi pada keluarga
- Rencana asuhan keluarga kepada klien
- Menyepakati rencana pertemuan berikutnya

Anda mungkin juga menyukai