Anda di halaman 1dari 24

MATA KULIAH :

LIMBAH B3
Limbah B3

Limbah B3 adalah jenis limbah yang
mengandung bahan berbahaya atau beracun
dalam sifat dan konsentrasinya sehingga baik
langsung maupun tidak langsung dapat
merusak atau mencemarkan lingkungan atau
membahayakan kesehatan manusia.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

A. Latar Belakang
Bagi negara-negara maju yang produktifitas limbah B3-
nya cukup tinggi, tentunya akan sangat berbahaya untuk
membuang limbahnya di negeri sendiri dalam jumlah
besar. Terutama negara eropa yang luas wilayah relatif
sempit. Sehingga menyediakan wilayah khusus di
negaranya hanya untuk limbah B3 merupakan hal yang
sangat merugikan. Selain itu biaya pengelolaan limbah
B3 sangat mahal. Oleh karena itu, ada sebuah alternatif
yang cukup menguntungkan bagi negara-negara maju
yang lahannya cukup sempit yaitu dengan melakukan
perdagangan sampah/limbah batas antar negara.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

(lanjutan...)
 limbah B3 secara langsung atau tidak langsung sangat
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan
sekitarnya. Hal ini masih terjadi karena semakin ketatnya
peraturan limbah B3 di negara-negara maju dan
mahalnya biaya pengolahan atau pembuangan bahan
beracun dan turunannya. Hal tersebut berdampak
pada pencarian yang berbiaya murah dengan membuang
atau mengekspor limbah B3 ke negara-negara
berkembang terutama di asia dan afrika.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

Perdagangan sampah limbah B3 batas
antar negara merupakan suatu
perpindahan sampah atau limbah B3 dari
suatu negara ke negara lain, yang
biasanya dilakukan oleh negara maju
terhadap negara berkembang.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

B. Perdagangan Limbah B3 di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara pengimpor limbah B3


baik secara illegal ataupun kerjasama dengan pemerintah
terutama pemerintah daerah, misalnya beberapa daerah
diwilayah Indonesia diajak kerjasama ekonomi dalam
bentuk pembuangan limbah. Negara maju menawarkan
modal untuk melaksanakan pembangunan dengan
imbalan alokasi sebagian wilayah daerah tersebut
dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah
negara pembantu.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

Pada tahun 1996 Indonesia sudah pernah mengimpor
limbah dari australia, berupa 2.417 ton limbah timah
bekas, 105 ton aki bekas, dan 29.500 buah baterai bekas.
Impor limbah di Indonesia biasanya untuk digunakan
kembali dalam kegiatan industri dalam negeri.

Perdagangan limbah B3 ilegal yang masuk ke Indonesia


tersebut merupakan sebuah ancaman bagi lingkungan
hidup. Jika limbah yang mengandung logam berat ini
dibakar maka akan terjadi polusi udara yang berbahaya
jika dihirup karena adanya kandungan timbal
PERDAGANGAN LIMBAH B3

C. Perdagangan Limbah B3 Internasional

Bisnis perdagangan limbah B3 Internasional ini


melibatkan uang dalam jumlah sangat besar, terjadinya
perdagangan limbah B3 internasional diakibatkan
mahalnya biaya pengolahan limbah B3 di negara asal
limbah B3 tepatnya negara maju, dibandingkan biaya
pengolahan limbah di negara tempat perpindahan
limbah atau negara berkembang.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

Tarif untuk di negara maju sendiri mencapai
US $5000-US $10.000 Per Ton, sedangkan biaya
akan relatif murah jika membuang sampah atau
limbah itu ke negara-negara berkembang
(miskin), karena biaya membuang limbah B3
ini hanya US $50-US $100 per ton.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

D. Sebab Limbah B3 Dapat Masuk ke Suatu Negara
1. Faktor Ekonomi
Negara tujuan pembuangan limbah berbahaya
umumnya adalah negara berkembang dengan ciri
sebagai negara industrial kecil yang memiliki historikat
kolonialisme sebagai negara-negara ini banyak terjadi
ketidakadilan, ketimpangan ekonomi, peraturan
lingkungan yang tidak ketat.
PERDAGANGAN LIMBAH B3

Biasanya negara penerima limbah adalah negara debitur,
atau negara yang memiliki hutang luar negeri sebagai
investasi asing menjadi jalan utama untuk menambah devisa
negara.

2. Faktor Politik
Dimana di negara berkembang khususnya Indonesia Krisis
politik yang berkepanjangan menyebabkan negara tidak
mampu memberikan perlindungan pada setiap lapisan
masyarakat sehingga ancaman eksternal seperti masuknya
limbah berbahaya bisa terjadi.
PERJANJIAN
INTERNASIONAL

muncul beberapa konvensi dan kesepakatan
atau Perjanjian internasional dalam rangka
mencegah adanya praktek perdagangan limbah
B3 ke negara miskin. Akibat adanya isu tentang
perdagangan limbah B3 yang merusak
lingkungan negara berkembang dan miskin,
dan mendesak untuk segara diselesaikan.
PERJANJIAN
INTERNASIONAL

 Perjanjian Internasional itu diantaranya:
1. konvensi basel,
 Konvensi Basel adalah perjanjian internasional untuk
mengurangi perpindahan limbah berbahaya antarnegara.
Secara khusus, konvensi ini diberlakukan untuk
mencegah pengiriman limbah berbahaya dari negara
maju ke negara berkembang. Konvensi ini terbuka untuk
ditandatangani sejak 22 Maret 1989 dan dinyatakan
berlaku sejak 5 Mei 1992
 Konvensi Basel lahir dari adanya kehawatiran makin
meningkatnya perdagangan limbah berbahaya ke negara
berkembang dan merupakan wujud perhatian dunia
internasional dalam mencegah penyelundupan limbah B3
melalui pengaturan perpindahan lintas batas limbah B3.
PERJANJIAN
INTERNASIONAL

Konvensi basel memiliki tujuan utama, yaitu:
1. Meminimalisir dihasilkannya limbah B3
2. Memastikan bahwa pembuangan atau pengelolaan
akhir atas limbah B3 dilakukan dengan memenuhi
kaidah keselamatan lingkungan serta diupayakan
agar dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi
dihasilkannya limbah tersebut.
3. Meminimalkan perpindahan limbah B3 secara
internasional
PERJANJIAN
INTERNASIONAL

2. Konvensi Rotterdam

Konvensi Rotterdam adalah kesepakatan multilateral


yang mengatur soal pengiriman bahan kimia
berbahaya. Konvensi ini dibuka pada 2004 dan berlaku
sejak 18 Oktober 2006.
PERJANJIAN
INTERNASIONAL

3. Konvensi Stockholm

Konvensi Stockholm adalah konvensi internasional


yang mengatur soal bahan organik pencemar yang tak
mudah luruh (persistent organic pollutants).
KASUS PERDAGANGAN LIMBAH B3
Kasus Perdagangan illegal Limbah berbahaya E-
waste di china

Di beberapa negara Eropa dan Amerika pembuangan limbah
elektronik adalah dengan cara mengirim limbah tersebut ke beberapa
negara berkembang di Asia dan Afrika seperti China, Indonesia,
Vietnam, Nigeria dan lain-lain. Riset yang dilakukan oleh zoeteman et
al 2009 & menyatakan bahwa sekitar 80% dari total limbah elektronik
yang dihasilkan dibuangatau dikirim ke negara-negara di Asia dan
Afrika.
china merupakan salah satu negara di asia yang menjadi tujuan utama
ekspor e-wastenegera-negara maju terutama Amerika Serikat dan
negara Uni Eropa. Menurut Basel Action Network, e-waste merupakan
barang elektronik yang sudah tidak dipakai kemudian dibuang, baik
dalam keadaan rusak maupun tidak rusak, seperti komputer,
handphone, kulkas, mesincuci,barang elektronik dan lain-lain yang
memerlukan penanganan seperti pengolahan atau pendaur-ulangan
untuk menghindari kontaminasi lingkungan dan efek negatif
terhadapkesehatan manusia.
 Ketika e-waste dibuang atau di daur ulang tanpa kontrol dan
tidak memenuhi standard, terdapat berbagai macam efek
negatif yang dihasilkan pada lingkungandan kesehatan
manusia. E-wastememiliki lebih dari 1000 Zat kimia

didalamnya, kebanyakan merupakan zat beracun, seperti
timah, merkuri, arsenic, cadmium, selenium, khrome dan flame
retardans yang mampu membuat emisi dioksin ketika dibakar.
racun racun tersebut dapat membuat kerusakan otak, reaksi
alergi, kanker, permasalahan pernapasan dan lainnya.

 Dalam ekspor e-waste ke china, seharusnya melalui


pemeriksaan konten yang dikirimserta melengkapai surat-surat
yang dibutuhkan. 4hina sendiri merupakan negara yang telah
meratifikasi konvensi Basel. Namun faktanya aliran sampah
elektronik berbahaya tersebuttetap saja terjadi dengan berbagai
cara dalam menyiasatinya. Selain dalam bentuk ekspor yang
sebagian besar dikirim dengan label palsu 0tidak sesuai dengan
isi yang dikirim.
 Sesampainya e-waste di China, terdapat beberapa
perlakuan terhadap e-waste tersebut. Dikarenakan
ketidakpastian dari sebagian besar kiriman e-
waste ke 4hina, maka penyortiran merupakan hal

yang perlu untuk dilakukan, setelah itu e-
waste tersebut dikelompokkan sesuaidengan tipe
dan kondisinya. Berikut merupakan bagan
manajemen sampah elektronik di china. Dari
sampah elektronik yang masuk akan dipilih mana
saja yang termasuk e-wasteyang bisa digunakan
kembali reusable1, di servis atau disimpan untuk
dijual kembali. Kemudian open burning akan
dilakukan pada komponen-komponen tertentu, baik
untuk diambil materinya dan komponen pentingnya
dalam keperluan recycling atau servis atau diambil
material berharganya seperti emas, baja dan timah
untuk dijual kembali.
 Sisanya,untuk e-waste yang tidak bernilai guna dan bekas
dipereteli pada akhirnya akan berakhir ditempat
pembuangan, dimana ancaman kesehatan, lingkungan dan
sosial muncul.

 Guiyu di wilayah Shantou china adalah area pengolahan
limbah elektronik besar didunia. hal ini sering disebut
sebagai “ibukota e-waste” dari dunia. Mempekerjakan lebih
dari 150.000 pekerja yang bekerja melalui 16 jam per hari.
Daur ulang dan pembuangan e-waste di daerah tersebut
menyebabkan berbagai masalah lingkungan seperti
pencemaran air tanah, polusi udara, polusi air atau bahkan
langsung baik oleh debit atau karena limpasan permukaan
terutama di dekat daerah pesisir1, serta masalah kesehatan
termasuk keselamatan dan efek kesehatan antara mereka
secara langsung dan tidak langsung terlibat, karena
metode pengolahan limbah.
 Penelitian lain dilakukan Leung (2009). terkait
dengan konsentrasi logam berat di permukaan
debu dari proses daur ulang e-waste yang ternyata

berimplikasi terhadapkesehatan di China bagian
tenggara (guiyu). Daur ulang papan sirkut (CRT) di
guiyu, chin asebagai desa sentra daur ulang e-
waste dapat menimbulkan risiko kesehatan yang
signifikanterhadap lingkungan dan manusia. untuk
mengevaluasi sejauh mana e-waste logam berat
(Cd, Co, Cr, Cu, Ni, Pb, Zn) mengkontaminasi dari
papan sirkuit yang daur ulang, sampel debu
dikumpulkan dari tempat pengolahan daur ulang,
berdekatan jalan, sekolah, dan sebuah pasar
makanan di luar ruangan.

 Dari hasil analisis ICP-OES menunjukkan konsentrasi
rata-rata meningkat pada tempat pengolahan (Pb 110.000,
8360 Cu, 4420 Zn, Ni 1500. mg/kg) dan dalam debu jalan
berdekatan Pb 22.600, Cu 6170, 2370 Zn, dan Ni 304
mg/Kg) Kandungan Cu dalam debu jalan paling tinggi
yaitu 330 dan 106, dan masing-masing 371 dan 155 kali
lebih tinggi, dibandingkan daerah kontrol yang terletak 6
dan 30 km dari tempat pengolahan daur ulang e-waste.
Penilaian risiko meramalkan bahwa Pb dan Cu yang
berasaldari daur ulang papan sirkuit memiliki potensi
untuk menimbulkan risiko kesehatan serius bagi pekerja
dan penduduk lokal guiyu, terutama anak-anak. Potensi
dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia
karena daur ulang e-waste di guiyu yang tidak
terkendali.
PEKERJA MEMILIH E-WASTE DI CHINA

Anda mungkin juga menyukai