Anda di halaman 1dari 103

HARI WUJOSO, dr., MM.

, SpF
08156520132
1

thanatologi
2

Berasal dari kata


thanatos : yang
berhubungan
dengan kematian
logos : ilmu)
DEFINISI
3
Ilmu yang mempelajari
tentang kematian dan
perubahan yang terjadi
setelah kematian serta faktor
yang mempengaruhi
perubahan tersebut.
MATI
4
ADA BEBERAPA ISTILAH
Mati suri
Mati somatik
Mati seluler
Mati otak (serebral dan
serebelum)
Mati serebral
Mati batang otak
Mati klinis
Mati sosiologis
Mati suri
5 •Nama lain
•Apperent death
•Suspended animation
•Adalah penurunan fungsi
organ vital sampai pada taraf
minimal yang reversibel.
•Diketahui ternyata hidup lagi
setelah dinyatakan mati.
•Tidak boleh ada alat bantu
kehidupan yg dipakai,
(respirator, dll).
Terhentinya ketiga sistem
penunjang kehidupan yang
6 ditentukan oleh alat
kedokteran sederhana.
Dengan alat kedokteran yang
canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih
berfungsi.??
Mati suri sering ditemukan
pada kasus keracunan obat
tidur, tersengat aliran listrik
dan tenggelam.
MATI SOMATIS
7
Terjadi akibat terhentinya
fungsi ketiga organ vital
sistem penunjang kehidupan,
secara menetap (ireversibel).

Ketiga sistem organ vital tsb


adalah
Sistem saraf pusat
Sistem kardiovasculer
Sistem pernafasan
Secara klinis tidak ditemukan:
1. Pada Sistem saraf
8
Refleks-refleks
Fisiologis
Pupil –cahaya
Kornea –sentuh
Triceps, biceps, patella,
dll
Patologis
Babinski, chadok’s, dll
Tonus otot, sehingga terkesan
tubuh saat diangkat berat
relaksasi primer
2. Pada Sistem kardiovaskuler
9
Alat
EEG mendatar
Palpasi
Nadi tidak teraba
(pergelangan tangan,
leher)
Iktus kordis negatif
Auskultasi
Denyut jantung tidak
terdengar
10

3. Pada Sistem pernafasan


Inspeksi
•Tak tampak gerakan dada
•Bulu/serat halus yang ditaruh di
depan hidung tak bergerak
•Jika diatas dada ditaruh piring berisi
air t’ ada getaran gelombang
Palpasi
Tak teraba udara keluar
masuk di sal nafas
Tak ada gerakan naik
turun dada
Tak teraba ada udara
keluar masuk hidung
Auskultasi
Tak terdengar suara aliran
udara di depan hidung
---’--- di trakea
---’--- di dada
MATI SELULER
12

•Kematian organ atau jaringan


tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis.
•Kematian terjadi karena tiadanya
bahan metabolisme dan
tertimbunya metabolit.
•Kerusakan terjadi pada semua
organela sel, terakhir kerusakan
terjadi pada mitokondria sel.
MATI SELULER
13

•Daya tahan hidup masing-masing


organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian
seluler pada tiap organ atau
jaringan tidak bersamaan.
•Pengertian ini penting dalam
transplantasi organ.
MATI SELULER
14

SSP 4 menit
Otot 4 jam
Kornea 6 jam
Darah 6 jam
Pupil 20 jam
Sperma beberapa hari
Kulit 8 jam
MATI SELULER
15

•Kerusakan sel dimulai dengan adanya


kerusakan pada dinding sel.
•Terakhir kerusakan sel terjadi pada
mitokondria
•Pada pembusukan kerusakan sel tidak
terjadi hanya karena faktor internal sel,
tapi juga faktor extra sel
•Sel-sel radang juga mengalami
kerusakan, sehingga tanda intravital
radang akan sukar ditentukan
MATI SEREBRAL
16 Kerusakan kedua hemisfer otak
yang irreversibel, kecuali batang
otak dan serebelum, kedua sistem
lain masih berfungsi dengan bantuan
alat
KONDISI DILEMA ETIK
Pada saat ini otak sudah tidak
bekerja, hanya saja sistem otonom
yang ada di batang otak masih
bekerja, dan kedua organ vital lain
masih berfungsi minimal
MATI BATANG OTAK
17

Kerusakan seluruh isi neuronal


intrakranial yang irreversibel,
termasuk batang otak dan
serebelum
Seseorang secara keseluruhan
tidak dapat dinyatakan hidup lagi
TANDA KEMATIAN
18

TANDA AWAL
TANDA LANJUT
TANDA AWAL
19

RELAKSASI PRIMER
SISTEM KARDIOVASKULER
SISTEM PERNAFASAN
SISTEM SARAF
LAIN-LAIN
KULIT
MATA
• Pernafasan berhenti (dinilai > 10 menit)
20
• Terhentinya sirkulasi (dinilai > 15 menit)
• Kulit pucat.
• Tonus otot menghilang dan relaksasi
• Pembuluh darah retina mengalami
segmentasi beberapa menit setelah
kematian
• Pengeringan kornea  keruh (dalam 10
menit masih dapat dihilangkan dengan
meneteskan air)
• Refleks kornea dan cahaya (-)
• Bulbus oculli melunak dan mengkerut
TANDA LANJUT
21

1. PENURUNAN SUHU=ALGOR MORTIS


2. LEBAM MAYAT = LIVOR MORTIS
3. KAKU MAYAT = RIGOR MORTIS
4. PEMBUSUKAN = DEKOMPOSISI
5. MASERASI
6. MUMIFIKASI
7. SAPONIFIKASI
PERUBAHAN SUHU
22

NL = ALGOR MORTIS
ADALAH PERUBAHAN SUHU TUBUH MAYAT.
SUHU DAPAT TURUN (UMUMNYA), ATAU NAIK.
SUHU TUBUH BERUBAH KARENA:
1. TUBUH SUDAH TIDAK ADA
METABOLISME.
2. TIDAK ADA SIRKULASI YANG
MERATAKAN SUHU TUBUH
3. ADA BEDA SUHU TUBUH DENGAN SUHU
LINGKUNGAN
23

DIPENGARUHI OLEH
BAJU
USIA
SAKIT SEBELUMNYA
LINGKUNGAN
24
Prinsip :
Penurunan suhu tubuh terjadi
karena proses pemindahan panas
dari suatu benda ke benda yang
lebih dingin, melalui cara
konduksi (antar lapis jaringan
yang berbeda koefisien hantar),
radiasi, evaporasi (permukaan
tubuh mayat ke lingkungan), dan
konveksi
25

Skala waktu :
•Terjadi fenomena penurunan suhu yang
sigmoid, pada beberapa jam pertama
penurunan sangat lambat, karena :
•Masih ada metabolisme sisa dalam
jaringan
•Membutuhkan waktu untuk mencapai
temperature gradient karena koefisien
hantar yang tidak sama
26

Suhu saat
mati Suhu

Suhu
lingkungan Waktu
9 faktor yang mempengaruhi cepat atau lamanya
penurunan suhu tubuh mayat, yaitu
27

1. Besarnya perbedaan suhu tubuh mayat dengan lingkungannya.


2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya,
makin lama penurunan suhu tubuhnya.
3. Aliran udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat.
4. Kelembaban udara makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat.
5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat
penurunan suhu tubuh mayat.
6. Aktivitas sebelum meninggal.
7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati
dengan suhu tubuh tinggi.
8. Pakaian tipis makin mempercepat penurunan suhu tubuh
mayat.
9. Posisi tubuh dihubungkan dengan luas permukaan tubuh yang
terpapar
Cara melakukan penilaian algor
mortis, yaitu :
Lingkungan sangat mempengaruhi ketidakteraturan
penurunan suhu tubuh mayat.
1. Tempat pengukuran suhu memegang peranan
penting.
2. Dahi dingin setelah 4 jam post mortem.
3. Badan dingin setelah 12 jam post mortem.
4. Suhu organ dalam mulai berubah setelah 5 jam
post mortem.
5. Bila mayat mati dalam air, penurunan suhu
tubuhnya tergantung dari suhu, aliran, dan
keadaan airnya.
Interpretasi
29 Penurunan suhu post mortal tidak
teratur
Sangat dipengaruhi keadaan
lingkungan
Berbagai skala waktu telah
diajukan para ahli, diantaranya
dengan rumus

98,4oF – suhu rectal oF


=
1,5oF
= 37oC – suhu rectal oC + 3 dalam celcius
LEBAM MAYAT
30 DEFINISI
WARNA YANG MUNCUL PADA KULIT PADA ORANG
YANG SUDAH MATI.
WARNA
MERAH GELAP (UMUMNYA)
MERAH TERANG (PADA KERACUNAN SIANIDA)
DLL

LOKASI
BAGIAN TERENDAH DARI TUBUH
TIDAK DIBAGIAN YANG MENEMPEL DENGAN LANTAI

MANFAAT
TANDA PASTI KEMATIAN
UMUR KEMATIAN
SEBAB KEMATIAN
31

Patofisiologi :
Cairan (darah) menempati tempat
terbawah karena pengaruh
gravitasi, kecuali pada bagian
tubuh yang tertekan alas keras
•Lebam akan tampak dan
berangsur intensitas dan luasnya
bertambah sehingga akhirnya
menetap
Membentuk warna merah ungu
(livide)
32
1. Lebam pada kulit mayat dengan
posisi mayat terlentang, dapat kita
lihat pada belakang kepala, daun
telinga, ekstensor lengan, fleksor
tungkai, ujung jari dibawah kuku,
dan kadang-kadang di samping
leher. Tidak ada lebam yang dapat
kita lihat pada daerah skapula,
gluteus dan bekas tempat dasi.
2. Lebam pada kulit mayat dengan
posisi mayat tengkurap, dapat kita
lihat pada dahi, pipi, dagu, bagian
ventral tubuh, dan ekstensor
tungkai.
3. Lebam pada kulit mayat dengan
posisi tergantung, dapat kita lihat
pada ujung ekstremitas dan
genitalia eksterna.
4. Lebam pada organ dalam mayat
dengan posisi terlentang dapat kita
temukan pada posterior otak besar,
posterior otak kecil, dorsal paru-
paru, dorsal hepar, dorsal ginjal,
posterior dinding lambung, dan usus
yang dibawah (dalam rongga
panggul).
37

•Skala waktu :
•Terjadi setelah mati somatis, dan
tampak 20 – 30 menit kemudian
•Dengan penekanan hilang
• < 6 – 10 jam
•Ditekan Tidak dapat hilang lagi
• > 6 – 10 jam
38
39
Faktor yang mempengaruhi
Viskositas darah, makin kental
makin cepat
Luas dan intensitas
Kadar Hb, makin rendah
intensitasnya, asfiksia  lebam luas
Warna
Suhu dingin  merah terang
Keracunan CO/ CN  merah
terang, anilin  kebiruan,
nitrit  kecoklatan
Ada 5 warna lebam mayat yang dapat kita gunakan
untuk memperkirakan penyebab kematian, yaitu :
1. Merah kebiruan merupakan warna
normal lebam.
2. Merah terang menandakan keracunan
CO, keracunan CN, atau suhu dingin.
3. Merah gelap menunjukkan asfiksia.
4. Biru menunjukkan keracunan nitrit.
5. Coklat menandakan keracunan aniline.
Ada 4 penyebab bercak makin lama semakin meluas
dan menetap, yaitu :

1. Ekstravasasi dan hemolisis sehingga


hemoglobin keluar.
2. Kapiler sebagai bejana berhubungan.
3. Lemak tubuh mengental saat suhu tubuh
menurun.
4. Pembuluh darah terjepit oleh otot saat rigor
mortis.

Livor mortis dapat kita lihat pada kulit mayat. Juga


dapat kita temukan pada organ dalam tubuh mayat.
Masing-masing sesuai dengan posisi mayat.
42

Ada 5 macam interpretasi livor mortis,


yaitu :
1. Tanda pasti kematian.
2. Menaksir saat kematian.
3. Menaksir lama kematian.
4. Menaksir penyebab kematian.
5. Posisi mayat setelah terjadi
lebam bukan pada saat mati.
Livor Mortis Luka Memar
43 Lokasi Bagian tubuh Sembarang
terendah tempat
Pembengkakan Tidak ada Sering ada

Bila ditekan Hilang/tidak Tidak hilang


(tergantung
waktu)
Incisi di tempat Intravaskuler Ekstravaskuler
bintik merah (warna merah (warna merah
kemudian darah akan darah tidak
disiram air segera hilang) hilang)
Histologis Epidermal Sub epidermal,
interseluler
KAKU MAYAT
44
NL = RIGOR MORTIS
Patofisiologi
•Terjadi bila cadangan glikogen habis
 aktin dan miosin menggumpal
•Dimulai dari otot kecil ke arah dalam
dan menghilang juga dari otot kecil
(proteolisis)
•Bila otot dipaksa diregangkan, maka
otot akan robek/ putus  kaku mayat
tidak tampak
•Dapat disertai dan tidak disertai
pemendekan serabut otot
Perubahan kekakuan pada mayat :
1. Relaksasi primer : 2 – 3 jam
setelah kematian
2. Rigor mortis :
3. Relaksasi sekunder
Kekakuan tersebut terjadi pada
seluruh otot yang disertai dengan
sedikit pemendekan serabut otot,
yang terjadi setelah periode
pelemasan atau relaksasi primer,
yang disebabkan karena terjadinya
perubahan kimiawi pada protein
serabut-serabut otot
Mekanisme
 RM merupakan kontraksi otot yang
tetap berlangsung meskipun tidak
terdapatnya pontesial aksi.
 Mekanisme:
 Attached
 Realased
 Cocked
 Force Generating
 Attached
Peranan Dalam Forensik
 Membantu memperkirakan waktu
kematian secara lemah.
 Onset: paling cepat 10 menit,
umumnya 2 jam.
 Tahap-tahapnya:
Beginning : 2 jam post mortem
Contracting : 8-12 jam post mortem
Rigid Stage : 18 jam setelah fase contracting
Resolution
Flacid stage: 12 jam setelah fase rigid
Skala waktu RM
Kurang dari 2 – 4 jam PM : belum terjadi
50
rigor mortis
Lebih dari 3 – 4 jam PM : rigor mortis
mulai tampak
Rigor mortis maksimal 12 jam PM
Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam
Rigor mortis menghilang 24 – 36 jam PM
51

Faktor yang mempengaruhi :


1. Aktivitas pre mortal, mempercepat kaku
2. Suhu tubuh tinggi, mempercepat kaku
3. Bangun tubuh dengan otot atletis
memperlambat kaku
4. Suhu lingkungan tinggi, mempercepat
kaku
Mempercepat rigor mortis antara lain;
aktivitas tubuh sebelum mati, suhu tubuh yang
tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot-otot
yang kecil dan suhu lingkungan yang tinggi .
Otot merah onset dan durasinya lebih cepat
dibandingkan otot putih.
Otot-otot daerah temporomandibula lebih banyak
otot merahlebih dahulu muncul.
Hukum Nysten: penjalarannya menuju ke bawah.
53

Interpretasi
Menunjukkan posisi mayat
setelah terjadinya kaku
mayat
Memperkirakan lamanya
kematian, dengan melihat
dan memeriksa luasnya
54

Kekakuan yang menyerupai


kaku mayat
Cadaveric spasm
(instantaneous rigor)
Heat stiffening
Cold stiffening
Cadaveric spasm
55

instantaneous rigor
cataleptic rigidity
instantaneous rigidity
56

 Timbul dengan intensitas sangat kuat


tanpa didahului relaksasi primer
 Cadangan glikogen dan ATP habis
bersifat setempat setelah mati klinis
karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum meninggal
 Koordinasi otot baik seperti orang
hidup
 Petunjuk sikap terakhir masa
hidupnya
PATOFISIOLOGI
57

 Penyebab masih belum diketahui secara pasti


 Biasanya berhubungan dgn:
 kasus kekerasan yg mengakibatkan ketegangan
emosi
 pada korban yang menderita nyeri hebat menjelang
kematiannya,
 kelelahan
Otot-otot yg bersangkutan telah mengalami
kerja fisik atau kontraksi sebelum korban
meninggal dunia →habisnya glikogen dan
ATP yg bersifat setempat pd saat mati klinis
→ cadaveric spasm.
Kekakuan dpt terjadi pd seluruh tubuh, tetapi
umumnya hanya mengenai sekelompok otot
tertentu, misalnya lengan dan tangan2.
58
59 Cadaveric spasm berbeda dgn kaku mayat
pd umumnya (rigor mortis)
Cadaveric spasm tjd tanpa melalui fase
relaksasi primer. Setelah terjadinya
kematian segera akan diikuti oleh relaksasi
muskuler secara total yang dikenal dengan
primary muscular flaccidity , pada saat ini
sel dan jaringan otot masih hidup dan masih
menunjukan reaksi pengerutan bila
mendapat rangsangan mekanis atau listrik
(reaksi supravital)
60

Dengan berlalunya waktu, reaksi


supravital akan berkurang, krn makin
banyak otot yg mati. Umumnya reaksi
supravital berlangsung sangat singkat
(rata-rata 2–3 jam setelah kematian).
Reaksi yg jelas adalah 1 – 2 jam
pertama setelah kematian. Bersamaan
dengan menghilangnya reaksi
supravital, rigor mortis muncul secara
serentak pada semua otot volunter dan
otot involunter.
61
Insidensi
 Cadaveric spasm yang melibatkan
seluruh otot tubuh sangat jarang
terjadi dan biasanya ditemukan pada
saat perang.
 Banyak terjadi di film-film daripada
dalam kehidupan nyata.
 Tampak pada :
 kasus bunuh diri dengan senjata api,
 kasus tenggelam
 kecelakaan-kecelakaan pada pendakian
gunung,
 kasus pembunuhan
Aspek medikolegal
62

Mempunyai peranan dalam


medikolegal karena dapat
menunjukkan sikap terakhir
sebelum kematian.
Heat stiffening
63

 Kekakuan akibat koagulasi protein


oleh panas
 Tidak akan terjadi rigor mortis
karena protein otot telah rusak
 Serabut otot memendek  pugillistic
attitude
 Dijumpai pada korban mati terbakar
Cold stiffening
64

 Kekakuan akibat pembekuan cairan


tubuh (sendi, jaringan lemak
subkutan dan otot)
 Bila sendi ditekuk bunyi ice cracking
 Bila dipanaskan kembali, kemudian
didiamkan, akan timbul rigor mortis
(bila pembekuan terjadi sebelum ada
rigor mortis)
Cold stiffening adalah
kekakuan tubuh akibat
65
lingkungan yang dingin
sehingga terjadi pembekuan
cairan tubuh dan pemadatan
jaringan lemak subkutan
sampai otot.
66
1. Patofisiologi : Keadaan ini terjadi
karena penurunan suhu tubuh
sehingga menyebabkan pembekuan
cairan intraseluler dan interseluler
pada jaringan dan juga menyebabkan
pembekuan cairan sinovial pada
sendi. Jika suhu meningkat kembali,
cold stiffening akan berangsur –
angsur menghilang dan diikuti rigor
mortis yang menyebar cepat ke
seluruh tubuh.
67

2.Bila terjadi cold stiffening pada


sendi, maka saat sendi ditekuk akan
terdengar bunyi ice cracking
3.Reversible ketika suhu kembali naik
menuju suhu yang normal.
4.Bila dipanaskan kembali, kemudian
didiamkan, akan timbul rigor mortis
(bila pembekuan terjadi sebelum
ada rigor mortis)
68
Kekakuan lain yang perlu dibedakan
dengan cold stiffening antara lain :
Rigor mortis atau kaku jenazah yang terjadi
akibat hilangnya ATP

Cadaveric Spasme, yaitu kekakuan otot


yang terjadi pada saat kematian dan
menetap sesudah kematian akibat
hilangnya ATP lokal saat mati karena
kelelahan atau emosi yang hebat sesaat
sebelum mati.
69

3. Heat stiffening, yaitu kekakuan otot


akibat koagulasi protein karena panas
sehingga serabut otot memendek dan
terjadi fleksi sendi. Misalnya pada
mayat yang tersimpan dalam ruangan
dengan pemanas ruangan dalam waktu
yang lama.
PEMBUSUKAN
70

NL : decomposition, putrefaction
Prinsip :
Degradasi jaringan (terutama protein)
akibat kerja bakteri {(terutama Cl.
Welchii) akan terbentuk gas H2S dan
HCN selain asam amino dan asam
lemak}, dan akibat autolisis
(pelunakan dan pencairan jaringan
yang terjadi dalam keadaan steril)
71

Terjadi segera setelah kematian


seluler, baru tampak + 24 jam pasca
mati berupa warna kehijauan
(terbentuk sulf – met – hemoglobin)
pada perut kanan bawah, yaitu daerah
sekum yang isinya lebih cair dan penuh
dengan bakteri serta terletak dekat
dinding perut
72

Gambaran pembusukan lanjut adalah :


badan gembung, mata melotot, lidah
terjulur, pugilistik (coital position), bullae/
kulit ari terkelupas, dari lubang tubuh
keluar isinya, bila gravid dapat terjadi
“partus”
Yang tercepat membusuk adalah darah dan
otak, terlambat uterus/ non gravid dan
prostat
Telur lalat  beberapa jam pasca mati
Ada larva lalat  36 – 48 jam
Pembusukan
74
(decomposition, putrefaction)
 Faktor yang mempengaruhi
 Lebih cepat bila suhu keliling optimal (26,5oC -
37oC), kelembaban dan udara yang cukup,
banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk, atau
menderita penyakit infeksi dan sepsis
 Hukum Casper tentang kecepatan pembusukan

bahwa udara : air : tanah = 1 : 2 : 8


 Bayi baru lahir lebih lambat membusuk
(karena bakteri sedikit dan hilang panas tubuh
cepat)
Faktor yang mempengaruhi
pembusukan :

bakteri
Udara:
kelembaban rendah,
aliran udara tinggi
air
suhu optimum (21-37
C)
Waktu
Skala waktu

Tampak perubahan warna pada perut


kanan bawah, = 18 jam
Kulit ari terkelupas , = 24 jam
Pembentukan gas dalam tubuh, = 12 jam
Rambut mudah dicabut, = 30 jam
Kuku mudah terlepas, = 48 jam
Tubuh menggembung = 50
36 – 48 jam PM : dijumpai larva lalat
Pembusukan
77
(decomposition, putrefaction)

 Interpretasi
 Lamanya kematian, tergantung pada derajat
pembusukan
 Perlu dibedakan antara bullae intravital (luka
bakar, dan sebagainya) dengan bullae
pembusukan
Beda bullae intravital dan pembusukan
78

Intravital Pembusukan
Warna kulit ari Kecoklatan Kuning
Kadar albumin Tinggi Rendah/tidak ada
dan chlor dalam
cairan bulla
Dasar bulla Hiperemi Merah
pembusukan
Letak jaringan Intraepidermal Diantara dermis
yang terangkat dengan epidermis
Reaksi jaringan Ada Tidak ada
termasuk
resapan darah
MUMIFIKASI
79
Prinsip :
Proses dehidrasi jaringan yang
cukup cepat sehingga terjadi
pengeringan jaringan yang
selanjutnya dapat menghentikan
pembusukan (kuman tidak dapat
berkembang)
Jaringan menjadi keras dan kering,
warna gelap, keriput, dan tidak
membusuk
Mummifikasi
80

 Faktor yang mempengaruhi

 Terjadi pada suhu


hangat, kelembaban
rendah, aliran udara
yang baik, tubuh yang
dehidrasi, dan waktu
yang lama (12 – 14
minggu)
81
SAPONIFIKASI
Nl : Lilin Mayat (Adiposera)
83

 Prinsip :
 Terbentuk bahan berwarna keputihan, lunak
atau berminyak, berbau tengik
 Hidrogenisasi asam lemak tak jenuh
(palmitat, oleat, dan stearat) yang timbul
akibat pemecahan lemak tubuh oleh bakteri
 Terbentuk pertama kali pada lemak

superfisial bentuk bercak, di pipi, payudara,


bokong, bagian tubuh atau ekstremitas
Gambaran saponifikasi
warna : putih/putih-
kekuningan
perubahan: teraba sabun
pada pemanasan meleleh
bau : tengik
86

 Skala waktu :
 Lemak segar hanya mengandung 0,5 %
asam lemak bebas, dalam 4 minggu pasca
mati naik menjadi 20 %, dan setelah 12
minggu menjadi 70 % atau lebih
87

 Faktor yang mempengaruhi

 Yang mempermudah adalah kelembaban dan


lemak tubuh yang cukup, invasi bakteri
endogen ke dalam jaringan
 Yang menghambat adalah air yang mengalir
yang membuang elektrolit, udara dingin
 Pembusukan terhambat oleh adanya
adiposera karena derajat keasaman dan
dehidrasi jaringan bertambah
88
Lilin Mayat (Adiposera)

 Interpretasi
 Membuat gambaran permukaan luar
tubuh bertahan hingga bertahun – tahun,
sehingga identifikasi dan perkiraan sebab
kematian masih dimungkinkan
MANFAAT
89
Perkiraan saat kematian
Perkiraan sebab kematian
Posisi terakhir saat kematian
MASERASI
90
Merupakan dekomposisi steril
Terjadi pada bayi yang masih
di kandungan
91

Perkiraan Saat Kematian


Perubahan Pada
92 Mata
• Mata terbuka (atmosfer kering) kornea akan
berwarna kecoklatan dalam beberapa jam
berbentuk segitiga dengan dasar di tepi kornea
(taches noires sclerotiques)
• Kekeruhan menetap  6 jam pasca mati
• 10 – 12 jam pasca mati kornea keruh dan fundus
tidak tampak jelas
• TIO menurun  distorsi pupil
Perubahan Pada Mata
93

• Perubahan pada retina  15 jam pasca mati


• Kekeruhan makula dan mulai memucatnya
diskus optikus  30 menit pasca mati
• Makula lebih pucat dan tepi tidak tajam  1
jam pasca mati
• Retina pucat dan daerah sekitar diskus kuning
 dua jam pertama pasca mati
• Vaskular koroid dan segmentasi kabur  3
jam pasca mati
Perubahan Pada Mata
94

• Vaskular dan segmentasi homogen dan lebih


pucat  5 jam pasca mati
• Batas diskus kabur dan hanya pembuluh besar
yang mengalami segmentasi dengan latar
belakang kuning kelabu  6 jam pasca mati
• Tepi retina dan batas diskus sangat kabur  7
– 10 jam pasca mati
• Diskus hanya dikenali dengan konvergensi
beberapa segmen pembuluh darah tersisa 
12 jam pasca mati
Perubahan Pada Mata
95

• Tidak diketemukan gambaran pembuluh darah


retina dan diskus, hanya makula tampak warna
coklat gelap  15 jam pasca mati
Perubahan Dalam Lambung
96

• Kecepatan pengosongan lambung bervariasi


• Keadaan lambung dan isinya dapat
digunakan untuk menyimpulkan bahwa korban
sebelum meninggal makan makanan tersebut
Perubahan Rambut
97

• Kecepatan rambut rata – rata 0,4 mm/ hari,


panjang rambut kumis dan jenggot dapat
memperkirakan saat kematian
• Hanya dapat digunakan bagi yang
mempunyai kebiasaan mencukur dan diketahu
saat terakhir ia mencukur
Pertumbuhan kuku
98

• Pertumbuhan kuku sekitar 0,1 mm/ hari dapat


dipergunakan memperkirakan saat kematian
bila diketahui saat terakhir memotong kuku
Perubahan Dalam LCS
99

• Kadar nitrogen asam amino < 14 mg%


kematian belum lewat 10 jam, kadar nitrogen
non protein < 80 mg% kematian belum 24
jam, kadar kreatin < 5 mg% dan 10 mg%
kematian belum mencapai 10 jam dan 30
jam
Cairan Vitreus
100

• Peningkatan kadar kalium untuk


memperkirakan saat kematian 24 – 100
jam pasca mati
Kadar Komponen Darah
101

• Komponen darah berubah setelah kematian


diakibatkan aktivitas enzim dan bakteri,
serta gangguan permeabilitas dari sel yang
telah mati
• Belum dapat ditemukan yang dapat
digunakan untuk memperkirakan saat
kematian dengan lebih tepat
Reaksi Supravital
102

• Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati


klinis yang masih sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada orang hidup
• Rangsang listrik menimbulkan kontraksi
hingga 90 – 120 menit pasca mati, dan
mengakibatkan sekresi kelenjar keringat
hingga 60 – 90 menit pasca mati
• Trauma dapat menimbulkan perdarahan
bawah kuliy hingga 1 jam pasca mati
1. http://www.developmentvet.aun.edu.eg/M_2.pdf
2. http://www.fkuii.org/tiki-download_wiki_attachment
3. http://www.blackwell-synergy.com
4. http://www.answer.com
5. http://www.forensic.death.03.02.2007.com
6. http://www.books.googlecom
7. http://www.henryford.com
8. http://www.who.int/wates_sanitation_health/bathing/srwe1chap3.pdf

Anda mungkin juga menyukai