Anda di halaman 1dari 49

MANAJEMEN GIZI DARURAT

Wahyuni Dewi Haryani, SKM, M.Si


INDONESIA RAWAN BENCANA
Rawan
Letak Bencana Alam
Geografis (Gempa, tsunami,
banjir, dll)

Rawan Bencana
Ulah Manusia Non Alam
(Tidak Ramah (Banjir Bandang,
Lingkungan) Kebakaran Hutan,
Kekeringan, dll)

Faktor
Rawan Bencana
Demografi
(Sosial, Politik, Kemanusiaan
Kultural) (Konflik Sosial)
Rusaknya sarana dan prasarana fisik (pemukiman,
fasilitas pelayanan, sarana transportasi dan fasilitas
umum lainnya)

Kedaruratan
di segala bidang

Dampak bidang kesehatan dan gizi, antara lain:


 timbulnya permasalahan kesehatan dan gizi
 rusaknya sarana pelayanan kesehatan
 terputusnya jalur distribusi pangan
 rusaknya sarana air bersih
 sanitasi lingkungan yang buruk
Pengungsi Timor Timur, Sambas, Sampit

Pedoman Penanganan Gizi Pada Situasi Darurat, 2002


Adaptasi: The Management of Nutrition In Major Emergencies.Geneva, WHO, 2000

Bencana:
Aceh, Nias, Padang, Mentawai, Sinabung,
Merapi, Wasior, dll

“Pedoman Kegiatan Gizi Pada Situasi Bencana (2012)”


Edisi Revisi
Tujuan Umum
Petugas memahami kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana mulai
dari pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara cepat
dan tepat untuk mencegah terjadinya penurunan status gizi korban
bencana.

Tujuan Khusus:
 Petugas memahami kegiatan penanganan gizi pada pra bencana
 Petugas memahami pengelolaan penyelenggaraan makanan pada
situasi bencana
 Petugas mampu menganalisis data hasil Rapid Health Assessment
(RHA) kejadian bencana
 Petugas mampu menganalisis data status gizi balita dan ibu hamil
korban bencana.
 Petugas mampu melaksanakan pemantauan dan evaluasi pasca
bencana
Kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana
merupakan rangkaian kegiatan:

pra-bencana
situasi bencana
paska-bencana
Bagan
Kegiatan Gizi
Pada Situasi
Bencana
Penanganan gizi pada pra-bencana pada
dasarnya adalah kegiatan antisipasi
terjadinya bencana dan mengurangi risiko
dampak bencana, antara lain:

 Sosialisasi dan Pelatihan Petugas


(gizi darurat, konseling menyusui, MP-ASI)
 Pembinaan Teknis
 Rencana Kontijensi (buffer stock MP-ASI)
 Pengumpulan Data Awal
 dll
Situasi keadaan darurat bencana:
 Tahap siaga darurat
 Tahap tanggap darurat
 Tahap transisi darurat
 Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi
terjadinya bencana yang ditandai dengan adanya
pengungsi dan pergerakan sumberdaya
 Transisi darurat adalah suatu keadaan sebelum
dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi
Kegiatan penanganan gizi pada siaga darurat dan transisi
darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dapat
dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat:
Fase I Tanggap Darurat Awal
Fase II Tanggap Darurat Awal
Tanggap Darurat Lanjut
FASE I TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL:
Rekapitulasi data pengungsi
hasil Rapid Health Assessment (RHA)

 korban bencana di pengungsian atau belum di


pengungsian
 petugas belum mengidentifikasi korban secara
lengkap
 bantuan pangan mulai berdatangan (perlu
pengawasan)
 penyelenggaraan dapur umum (jika diperlukan)
 Tujuan pemberian makanan agar pengungsi tidak
lapar dan dapat mempertahankan status gizinya
 menganalisis hasil RHA
FASE II TAHAP TANGGAP DARURAT AWAL:
Pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/PB
atau BB/TB dan TB/U), ibu hamil (LiLA)

 Pengumpulan data antropometri (balita, bumil)

 Penyelenggaraan makanan mempertimbangkan


hasil RHA dan standar ransum

Ransum atau bantuan bahan makanan,


termasuk garam beriodium minyak goreng
yang difortifikasi dengan vitamin A
dry ration
wet ration
1. Menghitung kebutuhan gizi
 Hasil RHA pengungsi: jumlah, kelompok umur, jenis
kelamin
 Dihitung ransum pengungsi (2.100 kkal, 50 g protein
dan 40 g lemak per orang)
 Menu makanan didasarkan pada jenis bahan makanan
yang tersedia

2. Pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum


yang meliputi: petugas, tempat pengolahan, sumber,
penyimpanan, cara mengolah dan distribusi, peralatan
makan dan pengolahan, pembuangan sampah,
pendistribusian dan pengawasan bantuan makanan
Pengawasan bantuan bahan makanan untuk mencegah
dampak buruk akibat bantuan tersebut seperti diare,
infeksi, keracunan, dan lain-lain

 Tempat penyimpanan
 Termasuk makanan dalam kemasan, susu formula dan
makanan suplemen
 Bahan makanan produk dalam negeri diteliti nomor
registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal,
aturan cara penyiapan dan target konsumen
 Bahan makanan produk luar negeri diteliti nomor
registrasi (ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan
cara penyiapan dan target konsumen
1. Analisis Faktor Penyulit berdasarkan hasil RHA
2. Pengumpulan dan analisis data antropometri balita
(BB, PB/TB), ibu hamil dan ibu menyusui (LiLA)
Besar sampel untuk pengumpulan data antropometri:

 Populasi korban bencana sampai 3.000 orang, seluruh (total)


balita diukur
 Populasi korban bencana kurang dari 10.000 rumah tangga,
gunakan systematic random sampling dengan jumlah sampel
minimal 450 balita
 Populasi korban bencana lebih dari 10.000 rumah tangga,
gunakan cluster sampling, yaitu minimum 30 cluster yang
ditentukan secara Probability Proportion to Size (PPS) dan tiap
cluster minimum 30 balita

Sumber: The Management of Nutrition in Major Emergencies. Geneva, WHO, 2000. p 45


3. Menganalisis hasil antropometri dan Faktor Penyulit:
Situasi Serius Situasi Berisiko Situasi Normal
(Serious Situation): (Risky Situation): (Normal Situation):
% balita kurus % balita kurus % balita kurus
(<-2SD BB/TB) (<-2SD BB/TB) (<-2SD BB/TB)
≥15% 10,0–14,9% 5,0–9,9%
atau atau atau
10,0– 14,9% disertai 5,0–9,9% disertai <5% disertai
Faktor Penyulit Faktor Penyulit Faktor Penyulit

Faktor Penyulit (aggravating factors)  terdapatnya >= 1 tanda berikut:


 Rata-rata asupan makanan pengungsi kurang dari 2100 kkal/hari
 Angka kematian kasar >1 per 10.000/hari
 Angka kematian balita > 2 per 10.000/hari
 Terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) campak atau pertusis
 Peningkatan kasus ISPA dan diare
 Situasi Serius (Serious Situation):
 Semua korban bencana mendapat ransum
 Seluruh kelompok rentan (balita dan bumil) diberikan
makanan tambahan (blanket supplementary feeding)

 Situasi Berisiko (Risky Situation):


Kelompok rentan kurang gizi (balita kurus dan bumil
risiko KEK dengan LiLA <23,5 cm) diberikan makanan
tambahan (targetted supplementary feeding)

 Situasi Normal (Normal Situation):


 Penanganan balita gizi kurang melalui pelayanan
kesehatan rutin (termasuk kasus balita gizi buruk
ditangani sesuai Tata Laksana Kasus Gizi Buruk)
4. Melaksanakan pemberian makanan tambahan dan suplemen
gizi
 Balita gizi kurang diberikan makanan tambahan selain
makanan keluarga (energi 350 kkal dan protein 15 g
per hari)
 Balita 6-59 bulan diberikan kapsul vitamin A (kecuali
bila kejadian bencana terjadi dalam waktu kurang dari
30 hari setelah pemberian kapsul vit A terakhir)
 Bumil diberikan 1 tablet Fe setiap hari, selama 90 hari
 Bufas (0-42 hari) diberikan 2 kapsul vitamin A (1
kapsul pada hari pertama dan 1 kapsul lagi hari
berikutnya)
 Melakukan penyuluhan kelompok dan konseling
perorangan, misalnya konseling menyusui dan MP-ASI
 Memantau status gizi balita melalui surveilans gizi
Kegiatan penanganan gizi paska-bencana pada
dasarnya melaksanakan pemantauan dan evaluasi
sebagai bagian dari surveilans, untuk:
 mengetahui kebutuhan yang diperlukan (need
assessment)
 melaksanakan kegiatan pembinaan gizi sebagai
tindak lanjut atau respon dari informasi yang
diperoleh secara terintegrasi dengan kegiatan
pelayanan kesehatan masyarakat (public health
response) untuk meningkatkan dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan
pengungsi
 BNPB dan BPBD merupakan penanggung jawab utama
dalam penanggulangan bencana
 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK)
Kementerian Kesehatan merupakan unsur dari BNPB
dalam penanggulangan masalah kesehatan dan gizi akibat
bencana
 Pengelola kegiatan gizi Dinas Kesehatan Provinsi dan
Kabupaten/Kota merupakan bagian dari tim yang
dikoordinasikan PPKK, PPKK Regional dan Subregional,
Dinas Kesehatan Provinsi serta Kabupaten dan Kota
 Penanganan gizi pada situasi bencana melibatkan lintas
program dan lintas sektor termasuk Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) nasional maupun internasional
Kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana perlu
dikoordinasikan agar efektif dan efisien, antara lain
sebagai berikut:
 Penghitungan kebutuhan ransum
 Penyusunan menu 2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak
 Penyusunan menu untuk kelompok rentan, khususnya bayi usia 0-5 bulan 29
hari dan anak 6-23 bulan, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan usia lanjut
 Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai
pendistribusian
 Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu
formula bayi
 Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi
khususnya balita dan ibu hamil
 Pelaksanaan tindak lanjut atau respon sesuai hasil surveilans gizi
 Pelaksanaan konseling gizi khususnya konseling menyusui dan konseling MP-
ASI
 Suplementasi zat gizi mikro (kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi
untuk ibu hamil)
 Pemberian ASI pada bayi/baduta sangat penting tetap
diberikan pada situasi bencana
 Penyediaan tenaga konselor menyusui dan MP-ASI di
pengungsian
 PMBA harus diintegrasikan pada pelayanan kesehatan
ibu, bayi dan anak
 Penyelenggaraan PMBA diawali dengan penilaian cepat
untuk mengidentifikasi kedaaan ibu, bayi dan anak
termasuk bayi dan anak piatu
 Ransum pangan harus mencakup kebutuhan makanan yang
tepat dan aman dalam memenuhi kecukupan gizi bayi dan
anak
 Susu formula, produk susu lainnya, botol dan dot tidak
termasuk dalam pengadaan ransum
 Bayi tetap diberi ASI
 Bila bayi piatu, bayi terpisah dari ibunya atau ibu tidak dapat
memberikan ASI, upayakan bayi mendapat bantuan ibu susu/donor,
dengan persyaratan:
 Permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan
 Identitas agama dan alamat pendonor ASI diketahui dengan
jelas oleh keluarga bayi
 Persetujuan pendonor setelah mengetahui identitas bayi yang di
beri ASI
 Pendonor ASI dalam kondisi kesehatan baik dan tidak
mempunyai indikasi medis
 ASI donor tidak diperjualbelikan
 Bila tidak memungkinkan bayi mendapat ibu susu/donor, bayi
diberikan susu formula dengan pengawasan atau didampingi oleh
petugas kesehatan
 Tetap diberi ASI
 Pemberian MP-ASI yang difortifikasi dengan zat gizi
mikro, pabrikan atau makanan lokal pada anak usia 6-
23 bulan
 Pemberian makanan olahan yang berasal dari bantuan
ransum umum yang mempunyai nilai gizi tinggi
 Pemberian vitamin A Biru (100.000 IU) bagi bayi
berusia 6-11 bulan; dan kapsul vitamin A Merah
(200.000 IU) bagi anak berusia 12-59 bulan
 Dapur umum sebaiknya menyediakan makanan untuk anak
usia 6-23 bulan
 Air minum dalam kemasan diupayakan selalu tersedia di
tempat pengungsian
 Bayi dan baduta yang benar-benar membutuhkan sesuai
pertimbangan profesional tenaga kesehatan yang berkompeten
(indikasi medis)
 Bayi dan baduta yang sudah menggunakan susu formula sebelum
situasi bencana
 Bayi dan baduta yang terpisah dari ibunya (tidak ada donor ASI)
 Bayi dan baduta yang ibunya meninggal, ibu sakit keras, ibu sedang
menjalani relaktasi, ibu menderita HIV+ dan memilih tidak menyusui
bayinya serta ibu korban perkosaan yang tidak mau menyusui
bayinya

“Mengacu pada pada PP Nomor 33 Tahun 2012


Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif”
 Memberikan informasi kepada donor dan media massa
bahwa bantuan berupa susu formula/PASI, botol dan dot
pada korban bencana tidak diperlukan
 Bantuan berupa susu formula atau Pengganti ASI (PASI)
harus mendapat izin dari Kepala Dinas Kesehatan
setempat
 Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula atau PASI
harus diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan,
Puskesmas dan Dinas Kesehatan setempat
 Selalu perhatikan batas kadaluarsa kemasan susu formula
untuk menghindari keracunan dan kontaminasi
 Hindari penggunaan susu dan makanan lain yang
penyiapannya menggunakan air, penyimpanan
yang tidak higienis, karena berisiko terjadinya
diare, infeksi dan keracunan
 Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian
makanan disesuaikan dengan kemampuan tenaga
pelaksana
 Pemberian kapsul vitamin A
 Makanan utama yang diberikan sebaiknya
berasal dari makanan keluarga, yang tinggi
energi, vitamin dan mineral
Ibu hamil perlu penambahan energi sebanyak 300
kkal dan 17 g protein

Ibu menyusui perlu penambahan energi 500 kkal


dan17 g protein
 Usia lanjut, perlu makanan dalam porsi kecil
tetapi padat gizi dan mudah dicerna
 Dalam pemberian makanan pada usia lanjut harus
memperhatikan faktor psikologis dan fisiologis
agar makanan yang disajikan dapat dihabiskan
 Dalam kondisi tertentu, kelompok usia lanjut
dapat diberikan bubur atau biskuit
 Pemilihan bahan makanan disesuaikan dengan ketersediaan bahan
makanan
 Keragaman menu makanan dan jadwal pemberian disesuaikan dengan
kemampuan tenaga pelaksana.
 Pemberian makanan/minuman suplemen harus didasarkan pada
anjuran petugas kesehatan yang berwewenang
 Perhitungan kebutuhan gizi pengungsi disusun dengan mengacu pada
rata-rata Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan
 Menyediakan paket bantuan pangan (ransum) yang cukup untuk
semua pengungsi dengan standar minimal 2.100 kkal, 50 g protein
dan 40 g lemak per orang per hari.
 Menu makanan disesuaikan dengan kebiasaan makan setempat,
mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan serta memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral
 Daftar Menu Harian ditempel di tempat yang mudah dilihat oleh
pelaksana pengolahan makanan
Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi
pada situasi bencana merupakan kegiatan yang
dilakukan mulai tahap prabencana, tanggap darurat
dan paska bencana secara terus menerus dan
berkesinambungan

Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi


pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan cara
memantau hasil yang telah dicapai yang terkait
penanganan gizi dalam situasi bencana, yang
meliputi input, proses dan output
Pra Bencana:
Tersedianya Pedoman pelaksanaan penanganan gizi dalam situasi bencana
Tersedianya rencana kegiatan antisipasi bencana(contingency plan)
Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan petugas
Terlaksananya pembinaan antisipasi bencana
Tersedianya data awal daerah bencana

Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut:


Tersedianya data sasaran hasil rapid health assessment (RHA)
Tersedianya standar ransum di daerah bencana
Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/TB dan TB/U)
Terlaksananya pengumpulan data antropometri ibu hamil dan ibu menyususi (LiLA)
Terlaksananya konseling menyusui
Terlaksananya konseling MP-ASI
Tersedianya makanan tambahan atau MP-ASI di daerah bencana
Tersedianya Kapsul vitamin A di daerah bencana
Terlaksananya pemantauan bantuan pangan dan susu formula

Pasca Bencana:
Terlaksananya pembinaan teknis paska bencana
Terlaksananya pengumpulan data perkembangan status gizi korban bencana.
Terlaksananya analisis kebutuhan (need assessment) kegiatan gizi paska bencana
Burung Irian, Burung Cendrawasih
Cukup Sekian, Terima Kasih
WAKTU MENU
MAKAN 1 2 3 4 5

Setiap ASI ASI ASI ASI ASI


Waktu
Pagi Bubur Bubur siap Bubur siap Bubur siap Bubur siap
siap saji sajirasa saji rasa saji rasa saji rasa
Rasa apel jeruk pisang jeruk
pisang
Siang Biskuit Biskuit Biskuit Biskuit Biskuit
bayi bayi bayi bayi bayi
Sore Bubur Bubur siap Bubur siap Bubur siap Bubur siap
siap saji saji rasa saji rasa saji rasa saji rasa
rasa ikan ayam kacang daging sapi kacang
hijau merah
 ASI diteruskan sekehendak bayi
 Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan
makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat
diperoleh
 Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan
segar, sehingga menu lebih bervariasi dengan diberikan makanan
selingan berupa buah + biskuit, dan makan sore dilengkapi dengan
lauk pauk dan sayuran segar
 Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
 Lauk hewani dapat diberikan bervariasi sesuai dengan bahan
makanan segar yang tersedia, seperti ayam, ikan, daging, ataupun
tempe, tahu, kacang-kacangan
 Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis
sayurannya
 Tambahkan taburia 1 sachet setiap dua hari sekali dalam salah
satu makanan pagi
Kebutuhan/Orang/Ha
Bahan Makanan Ukuran Rumah Tangga (URT)
ri (g)
Biskuit 100 10-12 bh
Mie Instan 320 3 gls (4 bks)
Sereal (Instan) 50 5 sdm (2 sachets)
Blended food (MP-ASI) 50 10 sdm
Susu untuk anak balita
40 8 sdm
(1-5 tahun)
Energi (kkal) 2.138
Protein (g) 53
Lemak (g) 40
Catatan:
• Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara keseluruhan
• Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi
• Perlu ada Blended food (MP-ASI) dan susu untuk anak umur 1-5 tahun di dalam standar perencanaan ransum
• Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum
• Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak terduga atau kehilangan
• Ukuran Rumah Tangga (URT): bh = buah; gls = gelas; sdm = sendok makan; bks = bungkus
Kebutuhan Bahan
Makanan
Kebutuhan Untuk 1500 Jumlah
Tambahan
Bahan Makanan /Orang/ Pengungsi Kebutuhan
10% (kg)
Hari (g) Per 3 (kg)
Per Hari
Hari
(kg)
(kg)
Biskuit 100 150 450 45 495
Mie Instan 320 48 144 14,4 158,4
Sereal (Instan) 50 7,5 22,5 2,25 24,75
Blended food
50 7,5 22,5 2,25 24,75
(MP-ASI)
Susu untuk anak
40 6,0 18 1,8 19,8
balita (1-5 tahun)
WAKTU MENU
MAKAN
1 2 3 4 5

Setiap Waktu ASI ASI ASI ASI ASI

Pagi Bubur siap Bubur siap Bubur siap Bubur siap Bubur siap
saji saji saji saji saji
rasa pisang rasa apel rasa jeruk rasa pisang rasa jeruk
Selingan Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi

Siang Bubur Sumsum Bubur Sumsum Bubur Sumsum Bubur Sumsum Bubur Sumsum

Selingan Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi Biskuit bayi

Sore Bubur siap Bubur siap Bubur siap Bubur siap Bubur siap
saji saji saji saji saji
rasa ikan rasa ayam rasa kacang rasa daging rasa kacang
hijau sapi merah
 ASI diteruskan sekehendak bayi
 Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan
makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat
diperoleh
 Bubur sumsum dapat dibuat bila tersedia tepung beras, santan/
susu dan gulamerah/ putih
 Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
 Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan
berupa buah + biskuit, dan makan siang/ sore dilengkapi dengan
lauk dan sayuran segar
 Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
 Lauk hewani untuk tim saring dapat diberikan bervariasi sesuai
dengan bahan makanan segar yang tersedia, seperti ayam, ikan,
daging, ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
 Sayuran untuk tim saring dapat dipilih dari sayuran yang tersedia,
apapun jenis sayurannya
 Tambahkan taburia 1 sachet setiap dua hari sekali pada salah satu
makanan pagi
WAKTU MENU
MAKAN
1 2 3 4 5

Setiap ASI ASI ASI ASI ASI


Waktu

Pagi -Bubur beras -Nasi Mie goreng -Nasi goring -Nasi uduk
-Abon -Ikan kaleng Campur -Abon -Perkedel
saos tomat daging kaleng daging
kaleng

Selingan Biskuit Buah kaleng Biskuit Buah kaleng Biskuit

Siang -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi


-Sup jamur -Tumis -sup daging -Ikan Sarden -Tim teri
kaleng dan dendeng kaleng sambal goreng bumbu
teri manis tomat
 ASI diteruskan sekehendak bayi
 Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan
makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat
diperoleh
 Tambahkan Taburia dalam makanan anak 1 sachet per hari
 Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
 Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan
berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan
lauk pauk dan sayuran segar
 Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
 Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperi
ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan
makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang kacangan
 Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis
sayurannya
 Tambahkan taburia 1 sachet/hari dalam salah satu makanan anak
WAKTU MENU
MAKAN
1 2 3 4 5
Pagi - Bubur beras -Nasi -Mie goreng Campur -Nasi goreng-Abon -Nasi uduk
-Abon -Ikan kaleng saus daging kaleng -Susu -Perkedel
-Susu tomat -Susu daging kaleng
-Susu -Susu

Selingan -Biskuit -Buah kaleng -Biskuit -Buah kaleng -Biskuit


-Minuman -Minuman -Minuman -Minuman -Minuman
manis (teh, manis (teh, manis (teh, manis (teh, manis (teh,
sirup, jus dll) sirup, jus dll) sirup, jus dll) sirup, jus dll) sirup, jus dll)
Siang -Nasi -Nasi -Nasi uduk -Nasi -Nasi
-Ikan tuna -Daging kaleng -Abon ikan -Sup Jamur -Tumis Dendeng
kaleng tumis bumbu santan Kaleng dan teri manis
bawang

Selingan -Buah kaleng -Biskuit -Buah kaleng -Biskuit -Buah kaleng


-Minuman -Minuman Manis -Minuman manis -Minuman -Minuman manis
Manis (teh, (teh,sirup, jus (teh, sirup, jus dll) manis (teh, (teh,sirup, jus
sirup, jus dll) sirup, jus dll) dll)
dll)

Sore -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi


-Sup -Tumis Dendeng -Sup daging kaleng -Ikan sarden -Tim teri
jamurkaleng manis -Susu Bumbu Sambal bumbu
dan teri-Susu -Susu goreng tomat
-Susu -Susu
 Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan
makanan segarseperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat
diperoleh
 Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih
 Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih
besar
 Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
 Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan
berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan
lauk dan sayuran segar
 Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
 Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti
ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan
makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
 Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis
sayurannya
 Tambahkan taburia 1 sachet/ hari dalam salah satu makanan anak
Menu Hari ke 1 SD Hari ke 5
Anak 4-5 Tahun (1750 kal)
WAKTU MENU
MAKAN
1 2 3 4 5
Pagi - Bubur beras -Nasi -Mie goreng -Nasi goreng -Nasi uduk
-Abon -Ikan kaleng Campur daging -Abon -Perkedel
-Susu saus tomat kaleng -Susu daging
-Susu -Susu kaleng
-Susu
Selingan -Biskuit -Buah kaleng -Biskuit -Buah kaleng- -Biskuit
-Minuman manis Minuman manis -Minuman manis Minuman manis -Minuman Manis
(teh, sirup, jus (teh, sirup, jus (teh,sirup, jus (teh,sirup, jus dll) (teh,sirup, jus
dll) dll) dll) dll)
Siang Nasi -Nasi -Nasi uduk -Nasi -Nasi
-Ikan tuna -Daging kaleng -Abon ikan -Sup jamur kaleng -Tumis Dendeng
kaleng tumis bumbu danteri manis
bawang santan
Selingan -Buah Kaleng -Biskuit -Buah kaleng -Biskuit -Buah kaleng
-Minuman manis -Minuman -Minuman -Minuman -Minuman
(teh, sirup, jus manis (teh, manis (teh, manis (teh, manis (teh,
dll) sirup, jus dll) sirup, jus dll) sirup, jus dll) sirup, jus dll)
Sore -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi
-Sup jamur -Tumis dendeng -Sup daging kaleng -Ikan sarden bumbu -Tim teri
kaleng dan manis -Susu sambal goreng bumbu
teri-Susu -Susu -Susu tomat
-Susu
 Menu ini diberikan selama 5 hari pertama dimana umumnya bahan
makanan segar seperti lauk pauk, sayuran dan buah belum dapat
diperoleh
 Susu diberikan 2 kali sehari karena anak sudah disapih
 Menu sama dengan makanan usia 12-24 bulan, hanya porsi lebih
besar
 Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan makanan segar
 Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan selingan
berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore dilengkapi dengan
lauk dan sayuran segar
 Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
 Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan kaleng seperti
ikan kaleng, daging kaleng supaya segera diganti dengan bahan
makanan segar ataupun tempe, tahu, kacang-kacangan
 Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia, apapun jenis
sayurannya
 Tambahkan taburia 1 sachet/ hari dalam salah satu makanan anak
 Perbedaan dengan anak usia 2-3 tahun terdapat pada jumlah
bahan makanan yang diberikan
WAKTU MENU
MAKAN 1 2 3 4 5
Pagi -Nasi kuning -Nasi -Mie kuah -Nasi goreng -Nasi uduk
-Abon -Ikan kaleng - Tumis -Perkedel -bakwan ikan
bumbu tomat daging kornet kaleng
kaleng
Selingan -Bola bola Buah kaleng -Biskuit Buah kaleng -Biskuit
mie daging -Teh manis -Teh manis
-Teh manis
Siang -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi -Nasi
-Ikan asin -Mie goreng -Ikan bumbu -Sup bola daging -Tumis
pedas cabe -Opor daging kari kaleng Dendeng
kering) kaleng manis
Selingan Buah kaleng -Biskuit Buah kaleng -Martabak mie Buah kaleng
-Teh manis - Teh manis
Sore -Nasi -Nasi gurih -Nasi -Nasi -Nasi
-Tim ikan -Dendeng -Mie kuah -Sambal goreng -Fuyunghai
kaleng balado Siram dgng ikan teri mie ikan
kaleng sarden saos
tomat
 Tablet Fe terus diberikan dan dikonsumsi
 Setelah hari ke 5 diharapkan sudah tersedia bahan
makanan segar
 Menu dapat lebih bervariasi dengan diberikan makanan
selingan berupa buah + biskuit, dan makan siang/sore
dilengkapi dengan lauk dan sayuran segar
 Buah dapat bervariasi sesuai dengan buah yang ada
 Bila makanan segar sudah dapat diperoleh, makanan
kaleng seperti ikan kaleng, daging kaleng supaya segera
diganti dengan bahan makanan segar ataupun tempe,
 Tahu, kacang-kacangan
 Sayuran dapat dipilih dari sayuran yang tersedia,
apapun jenis sayurannya

Anda mungkin juga menyukai