Anda di halaman 1dari 10

Pengertian :

• BPH (Hiperplasia prostat benigna) adalah suatu keadaan


di mana kelenjar prostat mengalami pembesaran,
memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran urin dengan menutup orifisium uretra.
BPH merupakan kondisi patologis yang paling umum
pada pria. (Smeltzer dan Bare, 2010)
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.D
DENGAN BENIGNA PROSTAT HYPERPLASIA
DI RUANGAN DAHLIA RSUD DORIS SYLVANUS

OLEH KELOMPOK III :


Etiologi :
• Penyebab yang pasti dari terjadinya BPH sampai sekarang b
elum diketahui. Namun yang pasti kelenjar prostat sangat ter
gantung pada hormon androgen. Faktor lain yang erat kaitan
nya dengan BPH adalah proses penuaan Ada beberapa
factor kemungkinan penyebab antara lain :
1.Dihydrotestosteron
2.Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron
3.Interaksi stroma - epitel
4.Berkurangnya sel yang mati
5.Teori sel stem
Tanda dan Gejala :
• 1. Gejala iritatif meliputi :
a)Peningkatan frekuensi berkemih
b)Nokturia (terbangun pada malam hari untuk miksi)
• 2. Gejala obstruktif meliputi :
a)Pancaran urin melemah
b)Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik
• 3. Gejala generalisata seperti seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman
pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat dibagi menjadi :
a)Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran berkemih, kencing tak puas, frekuensi
kencing bertambah terutama pada malam hari
b)Derajat II : adanya retensi urin maka timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh waktu miksi
terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
c)Derajat III : timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul aliran refluk ke
atas, timbul infeksi ascenden menjalar ke ginjal dan dapat menyebabkan pielonfritis,
hidronefrosis.
Patofisiologi :
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior
buli-buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat
normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal (2011) yang dikutip dan bukunya
Purnomo (2010), membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan periuretra (Purnomo, 2009).
Sjamsuhidajat (2010), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan terjadi perubahan
keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi
tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di perifer. Purnomo (2009) menjelaskan
bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-
sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan
enzim alfa reduktase. Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di
dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar
prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan
pada traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan.
Pathway :
Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2008) dibedakan menjadi 4 stadium :

• a) Stadium I
Ada obstruktif tapi kandung kemih masih mampu mengeluarkan urine sampai habis.
• b) Stadium II
Ada retensi urine tetapi kandung kemih mampu mengeluarkan urine walaupun tidak
sampai habis, masih tersisa kira-kira 60-150 cc. Ada rasa ridak enak BAK atau disuria
dan menjadi nocturia.
• c) Stadium III
Setiap BAK urine tersisa kira-kira 150 cc.
• d) Stadium IV
Retensi urine total, buli-buli penuh pasien tampak kesakitan, urine menetes secara
periodik (over flow inkontinen)
Komplikasi :

• Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara


lain: sering dengan semakin beratnya BPH, dapat terjadi
obstruksi saluran kemih, karena urin tidak mampu
melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
saluran kemih dan apabila tidak diobati, dapat
mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2007)
G.Penatalaksanaan Medis
Menurut Sjamsuhidjat (2008) dalam penatalaksanaan pasien dengan BPH tergantung pada
stadium-stadium dari gambaran klinis
a. Stadium I
Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan
konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan
obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi
prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.
b. Stadium II
Pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan
reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
c. Stadium III
Pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat
sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan
perineal.
d. Stadium IV
Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin
total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka.
Pemeriksaan Penunjang :

a. Laboratorium
1). Sedimen Urin
2). Kultur Urin
b. Pencitraan
1). Foto polos abdomen
2). IVP (Intra Vena Pielografi)
3). Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)
4). Systocopy

Anda mungkin juga menyukai