Anda di halaman 1dari 52

PRESENTASI KASUS

TONSILITIS KRONIS HIPERTROFI


DAN OSAS
OLEH :
DR. MULAN ADE PUTRI
PEMBIMBING
DR. H. SOFIANA
DR.MELIANA MULYAWATI
BAB I
PENDAHULUAN

• Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil menyaring
dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi organisme
patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran tonsil bervariasi,
anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau orang
dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil
rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 : 940)
• Dengan adanya tonsilitis berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadang-
kadang, meskipun jarang, pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada waktu
bernapas, terutama malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang dapat berlanjut
terus. Juga terjadi pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran udara tersumbat dan
anak kemudian bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba Eustasius tersumbat, dapat
terjadi otitis media atau glue ear,menyebabkan tuli. (Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
TINJAUAN PUSTAKA

• Anatomi Tonsil

Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.

Sekelompok jaringan limfoid pada faring membentuk komposisi


menyerupai cincin yang tidak sempurna, yang dinamakan cincin
waldeyer ( the waldeyer ring).
ANATOMI TONSIL

(Netter, Frank H. 2006)


1. Tonsila
palatina

7.Jaringan
2. Tonsila
limfoid di
faringeal
ventrikel ke
(adenoid)
laryngeal

Cincin
Waldeyer
6.Pharyngeal 3. Tonsila
granulations lingualis

5. Lateral
4. Tonsila
pharyngeal
tubal
bands
A.Palatina asendens, cabang a.fasialis memperdarahi
bag posteroanterior

Vaskularisasi tonsil
A.tonsilaris, cabang a.fasialis memperdarahi daerah
anteroinferior

A.Lingualis dorsalis, cabang a.maksilaris interna


memperdarahi daerah anteromedia

A.Palatina desendens dan cabangnya, a.palatine mayor


dan minor memperdarahi daerah anterosuperior

A.Faringeal asendens, cabang a.karotis eksterna


memperdarahi daerah posterosuperior
FUNGSI TONSIL

Sebagai organ utama


Menangkap dan produksi antibodi dan
mengumpulkan bahan sensitisasi sel limfosit T
asing dengan efektif; dengan antigen
spesifik.
TERDAPAT 2 MEKANISME PERTAHANAN

1. Mekanisme Pertahanan Non Spesifik

Kuman
Sel2 fagosit
Jika lapisan mengalami
mengelilingi
mukosa tipis, opsonisasi shg Digesti &
bakteri &
kuman mudah menimbulkan mematikan
memakannya
masuk ke jar. kepekaan bakteri
dg cara
tonsil bakteri thd
fagosom
fagoisit
2. Mekanisme Pertahanan Spesifik

Tonsil dapat memproduksi IgA, menyebabkan resistensi


jaringan lokal terhadap organisme patogen

Tonsil dan adenoid juga dapat menghasilkan IgE yg berfungsi


untuk mengikat sel basofil dan sel mastosit, dimana sel-sel
tersebut mengandung granula yang berisi mediator vasoaktif,
yaitu histamin
Infeksi pada tonsil
Definisi yang disebabkan oleh
virus dan bakteri.

TONSILITIS Tonsilitis Akut

Tonsilitis
Klasifikasi Membranosa

Tonsilitis Kronik
TONSILITIS AKUT

Etiologi
Paling sering disebabkan bakteri grup A
streptokokus beta hemolitikus, meskipun
pneumokokus, pneumokokus, streptokokus
viridian dan streptokokus piogenes juga terlihat.
Penyebab paling sering tonsillitis akibat virus
adalah epstein barr, haemofilus influenza.
Patofisiologi Tonsilitis Akut

Infeksi bakteri pada


reaksi radang berupa
lapisan epitel jaringan terbentuk detritus
keluarnya leukosit PMN
tonsil

Bercak detritus ini dapat Bila bercak-bercak


Bentuk tonsilitis akut
melebar sehingga detritus ini menjadi satu,
dengan detritus yang
terbentuk membran membentuk alur-alur,
jelas disebut tonsilits
semu (pseudomembran) maka akan terjadi
folikularis
yang menutupi tonsil. tonsilitis lacunaris
Gejala dan tanda

• Masa inkubasi 2-4 hari.


• Nyeri tenggorok dan nyeri sewaktu menelan, nafas yang berbau, suara akan menjadi
serak, demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di persendian, tidak
nafsu makan, dan rasa nyeri di telinga (otalgia).
• Infeksi dapat kambuh dan berulang yang dinamakan tonsilitis akut rekuren, dimana
kekambuhan terjadi 4 sampai 7 kali dalam setahun atau 5 kali kambuh dalam 2 tahun
berturut-turut, atau tiga kali kambuh dalam 3 tahun berturut-turut.

Pemeriksaan fisik

• Tampak tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat detritus


berbentuk folikel, lacuna akan tertutup oleh membrane semu. Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan.

Pemeriksaan Penunjang

• Kultur tenggorokan atau uji rapid antigen strep untuk GAHBS


• Antibiotic spectrum luas penisilin, eritromisin,
Terapi antipiretik, dan obat kumur yang mengandung
desinfektan.

• Otitis media akut (pada anak-anak), abses


peritonsil, abses parafaring, toksemia, septicemia,
bronchitis, glomerulonefritis akut, miokarditis, dan
arthritis.
Komplikasi • Akibat hipertrofi tonsil akan menyebabkan pasien
sulit bernafas melalui mulut, tidur mendengkur,
gangguan tidur karena terjadinya sleep apnea yang
dikenal sebagai obstructive sleep apnea syndrome
(OSAS).
Tonsilitis
Membranosa

penyakit
Tonsilitis Tonsilitis Angina Plaut
kelainan
Difteri septic Vincent
darah
TONSILITIS DIFTERI
Gejala umum
kenaikan suhu subfebris pada 38ºC, tidak lebih dari 39ºC, nyeri kepala,
tidak nafsu makan, nyeri menelan. badan lemah, brakikardi
Etiologi

Gejala local
• Corynebacterium tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor makin lama makin meluas dan menyatu
diphteriae, kuman membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke palatum molle, uvula,
gram positif yang nasofaring, laring, trakea dan bronkus yang dapat menyumbat saluran napas. bila
hidup di saluran menghebat akan terjadi sesak nafas. Membran semu melekat erat pada dasarnya dan bila
diangkat akan timbul pendarahan. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa leher akan
pernapasan bagian membengkak menyerupai leher sapi Burgemeester’s hals.
atas yaitu hidung,
faring dan laring.

Gejala akibat eksotoksin


Kerusakan pada jantung berupa miokarditis,decompensation cordis.
Mengenai saraf kranial menyebabkan kelumpuhan otot pernafasan dan
otot-otot mata. Pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.
Diagnosis

• berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan preparat langsung kuman yang


diambil dari permukaan bawah membrane semu dan akan didapatkan
orynbacterium diptheriae.

Terapi

• Secara khusus dapat dilakukakan dengan pemberian:


• Antitoksin : serum anti diphtheria (ADS)
• Anti difteri serum diberikan segera tanpa menunggu hasil kultur dengan dosis
20.000-100.000 unit tergantung dari umur dan beratnya penyakit itu.
• Antibiotika: untuk menghentikan produksi toksin, yaitu penisilin prokain 25.000-
50.000 KI/BB/hari i.m tiap 12 jam selama 14 hari, bila alergi diberikan eritromisin
40-50 mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis maksimal 2 gr/hr p.o atau i.v tiap 6 jam
jam selama 14 hari.
• Kortikosteroid : prednison 1,0-1,5 mg/kgbb/p.o tiap 6-8 jam pada kasus berat
selama 14 hari. diberikan kepada penderita dengan gejala obstruksi saluran
nafas bagian atas dan bila terdapat penyulit miokardiopati toksik.
• Diet makanan lunak yang mudah dicerna dengan kalori tinggi.
TONSILITIS KRONIS
Etiologi

• Bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut ,


namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram
negatif.

FAKTOR PREDISPOSISI

• Rangsangan kronis (rokok, makanan)


• Higiene mulut yang buruk
• Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
• Alergi (iritasi kronis dari alergen)
• Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
• Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuat.
Patofisiologi Tonsillitis Kronis

pada proses Jaringan ini akan


epitel mukosa dan penyembuhan mengerut shg ruang
proses radang
jaringan limfoid jaringan limfoid antara kelompok
berulang
terkikis diganti dengan melebar yang akan
jaringan parut. diisi oleh detritus

Pada anak-anak, proses Timbul perlekatan


Proses ini meluas
ini akan disertai dengan dengan jaringan
hingga menembus
pembesaran kelenjar sekitar fossa
kapsul
submandibula. tonsillaris
Manifestasi Klinis

• Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorokan, tenggorok terasa
kering dan bau mulut, demam dengan suhu tubuh tinggi, rasa lesu, rasa nyeri pada
sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri pada telinga.

Pemeriksaan fisik :

• Tampak pembesaran tonsil dengan permukaan yang tidak rata oleh karena hipertrofi
dan perlengketan ke jaringan sekitar, kriptus yang melebar dan beberapa kripti
terisi oleh detritus, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
• Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar
dan ditutupi eksudat yang purulen.

Pemeriksaan Penunjang

• Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil.
Derajat Pembesaran Tonsil

• T0 : Post tonsilektomi
• T1 : Tonsil berada dalam fossa tonsil
• T2 : Tonsil sudah melewati fossa tonsil tapi masih
berada diantara garis khayal yang terbentuk antara
fossa tonsil dan uvula ( Paramedian line )
• T3 : Tonsil sudah melewati Paramedian line dan
menyentuh uvula
• T4 : Sudah melewati garis median
Penatalaksaan

Penatalaksanaan medis

• pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari


dan usaha untuk membersihkan kripta tonsillaris dengan alat irigasi gigi
(oral).

Non medis

• Tonsilektomi : tindakan mengangkat tonsil palatina seutuhnya bersama


jaringan patologis lainnya, sehingga fossa tonsilaris bersih tanpa
meninggalkan trauma yang berarti pada jaringan sekitarnya seperti uvula
dan pilar.
Peritonsilitis
Komplikasi
sekitar Abses Peritonsilar (Quinsy)

tonsil Abses Parafaringeal


Abses Retrofaring
Krista Tonsil
Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)

Komplikasi Demam rematik dan penyakit jantung rematik

Organ jauh Glomerulonefritis

Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura

Artritis dan fibrositis


TONSILEKTOMI

Indikasi absolute : Indikasi relatif :

• Episode tonsillitis akut berulang lebih • Nyeri tenggorokan berulang


dari 3 kali dalam 1 tahun • Otalgia berulang
• Tonsilitis kronis walaupun tanpa • Rhinitis kronis
eksaserbasi akut tapi merupakan fokal • Infeksi saluran napas berulang
infeksi
• Tonsil yang besar atau dengan debris
• Pasca abses peritonsiler
• Limfadenopati servikal
• Karier difteri
• Tonsillitis TBC atau adenitis TBC
• Tonsilitis yang menyebabkan kejang
• Penyakit sistemik akibat infeksi
demam.
streptococcus beta haemolyticus (
• Pembesaran tonsil yang dapat demam rematik, penyakit jantung
menyebabkan obstruksi rematik).
pernafasan/OSAS atau gangguan
menelan
• Dicurigai adanya keganasan pada tonsil
Kontraindikasi Tonsilektomi

Kontraindikasi absolut Kontraindikasi relatif

• Penyakit darah: leukemia, anemia • Palatoschizis


aplastik, hemofilia dan purpura • Anemia (Hb <10 gr% atau HCT
• Penyakit sistemik yang tidak <30%)
terkontrol: diabetes melitus, • Infeksi akut saluran nafas atau
penyakit jantung dan sebagainya. tonsil (tidak termasuk abses
peritonsiler)
• Poliomielitis epidemik
• Usia di bawah 3 tahun (sebaiknya
ditunggu sampai 5 tahun)
OBSTRUTIVE SLEEP APNEA SYNDROME (OSAS)

• Definisi
Sleep apnea syndrome adalah suatu sindrom dengan ditemukannya
episode apnea atau hipopnea pada saat tidur.

• Faktor Risiko
Pada anak Insidens tertinggi terjadi antara umur 3 - 6 tahun karena pada
usia ini sering terjadi hipertrofi tonsil dan adenoid., disproporsi
kraniofasial, obesitas.
• Patofisiologi
• Pasien dengan OSAS mampu mempertahankan patensi saluran nafas bagian atas
selama bangun/tidak tidur, karena peningkatan tonus otot saluran nafas akibat input
dari pusat kortikal yang lebih tinggi.
• Selama tidur, kolaps jalan nafas bagian atas terjadi pada saat inspirasi dan kadang-
kadang meningkatkan usaha bernafas. Pada anak lebih sering mengalami periode
obstruksi parsial saluran nafas yang berkepanjangan dan hipoventilasi dibandingkan
orang dewasa.
• Hipoksia dan hiperkapnia terjadi akibat siklus obstruksi parsial atau total. Obstruktif
apnea menyebabkan peningkatan aktifitas otot-otot dilatator saluran nafas atas
sehingga mengakibatkan berakhirnya apnea. Pada anak dengan OSAS arousal jauh
lebih jarang, dan obstruksi parsial dapat berlangsung terus selama berjam-jam tanpa
terputus.
• Manifestasi klinis
• kesulitan bernafas pada saat tidur yang biasanya berlangsung perlahan-lahan.
• Pada OSAS, pada umumnya anak mendengkur setiap tidur dengan dengkuran yang
keras terdengar dari luar kamar dan terlihat episode apnea yang mungkin diakhiri
dengan gerakan badan atau terbangun Sebagian kecil anak tidak memperlihatkan
dengkur yang klasik, tetapi berupa dengusan atau hembusan nafas, noisy breathing
(nafas berbunyi).
• Usaha bernafas dapat terlihat dengan adanya retraksi. Posisi pada saat tidur
biasanya tengkurap, setengah duduk, atau hiperekstensi leher untuk
mempertahankan patensi jalan nafas.
• Tatalaksana
• Tatalaksana OSAS pada anak dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu tindakan
bedah dan non bedah. Tindakan bedah yang dilakukan adalah tonsilektomi dan/atau
adenoidektomi dan koreksi terhadap disproporsi kraniofasial, sedangkan terapi
medis dapat berupa diet pada anak dengan obesitas dan pemakaian nasal CPAP
(Continuous Positif Airway Pressure).
I. IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. C
• Umur : 8 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : KP.Cibitung Baru
• Suku Bangsa : Sunda
• Agama : Islam
• Status : Belum menikah
• Tanggal Periksa : 14 Februari 2019
II. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Keluhan Utama
• Nyeri menelan
Riwayat Penyakit Sekarang
•Pasien datang ke IGD Rs. Karya Medika I diantar orang tuanya untuk rencana operasi
dengan keluhan nyeri menelan sejak kurang lebih 2 tahun yg lalu. Keluhan nyeri menelan
hilang timbul sebulan sekali dalam 2 tahun. Keluhan juga disertai rasa mengganjal di
tenggorokan. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidur mendengkur dan sering
terbangun dimalam hari karena sesak nafas. Keluhan seperti batuk, pilek, panas badan
dirasakan 1 minggu yang lalu. Nafsu makan juga berkurang sejak pasien sakit. Keluhan
seperti sulit membuka mulut, liur yang berlebih, juga disangkal pasien.

• Riwayat keluhan seperti ini sudah sering


dirasakan pasien dalam 2 tahun terakhir.
Pasien mengaku mempunyai riwayat alergi
seperti bersin-bersin jika terkena udara
dingin. Pasien mengaku sudah pernah
berobat ke Poli THT Rs. Karya Medika I 3
• Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat berulang dengan sakit dan keluhan yang sama
• Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal
• Riwayat Kebiasaan
Pasien sering mengkonsumsi minuman Es yang di jual oleh abang-abang
• Riwayat Pengobatan
Pasien sering berobat ke dokter 1-2 kali dalam sebulan dikarenakan demam dan sakit
tenggorokan
III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda-tanda Vital

• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan


• Kesadaran : Composmentis
• Frekuensi nadi : 105 x/menit
• Frekuensi nafas : 27 x/menit
• Suhu : 360C

Status Generalis

• Kepala : tidak ada kelainan


• Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
• Leher : tidak ditemukan pembesaran KGB
• Thorax : B/G simetris
• Pulmo : VBS kanan=kiri, tidak terdapat rhonki dan wheezing
• Cor : BJ I dan II murni reguler, tidak ada suara jantung tambahan
• Abdomen : datar, soepel, BU (+) nomal, hepar dan lien tidak teraba membesar
• Extremitas : akral hangat, CRT<2”, edema tidak ada
STATUS LOKALIS

• Telinga
Hidung
Tenggorokan
Kelenjar Getah Bening Bagian Leher

• Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah


bening dan pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar
getah bening leher.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 Februari 2019


• Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
• Hematologi
• Seri DHF
• Hemoglobin 12.1 g/DL 10.8 – 15.6
• Jumlah Hematokrit 34.6 % 33 - 45
• Jumlah Leukosit 5.8 Ribu/L 4.5 – 13.5
• Jumlah Trombosit 350 Ribu/L 229 – 553
PEMERIKSAAN RONTGEN THORAX

• Kesan :
• - Pulmo tak tampak kelainan
• - Besar Cor Normal
IV. DIAGNOSA KERJA

• Tonsilitis Kronik Hipertrofi eksaserbasi akut + OSAS

V. DIAGNOSA BANDING

• Tonsilitis Kronik Hipertrofi Eksaserbasi Akut + OSAS


• Tonsilitis Hiperplasia Obstruktif
Tatalaksana

Medikamentosa
• IVFD RL 12 tpm Makro
• Antibiotik Ceftriaxone 500mg/12 jam
(Inj.)

Non Medikamentosa
• Tonsilektomi (Pro OP Jam 12.00)
• Mengurangi makanan berminyak dan minum es
sembarangan
• Menjaga kebersihan mulut
• Konsumsi gizi yang cukup
VIII. PROGNOSIS

• Quo Ad Vitam : Ad Bonam


• Quo Ad sanam : Ad Bonam
• Quo Ad Functionam : Ad Bonam
Subjecti Pasien muntah darah campur makanan kurang lebih 250cc.
ve
Objecti KU : tampak sakit sedang
ve KS : komposmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 119x/m
Pernapasan : 23 x/m
FOLLOW UP Suhu : 36,4c
TANGGAL 14 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak membesar
FEBRUARI 2019 Pulmo : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Cor : Bj I-II reguler, gallop – murmur-
Abdomen : BU+ , NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, crt < 2s
Assesm - Post Tonsilektomi hari 0
ent
Plannin • Jangan di batuk-batukan
g • RL 12 makro
• Ekstra Injeksi ondancentron ½ amp
• Injeksi Ceftriaxone 2x500mg (drip)
• Injeksi Tranexamat 3x ½ amp
• Injeksi Ranitidin ½ amp/12jam
• Puasa sampai besok
• Evaluasi ulang
Subjectiv Nyeri tenggorokan dan muntah bekuan darah
e
Objective KU : tampak sakit sedang
KS : komposmentis
Nadi : 98x/m
Pernapasan : 28 x/m

FOLLOW UP Suhu : 37.7


Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

TANGGAL 15 Leher : KGB tidak membesar


Pulmo : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
FEBRUARI 2019 Cor : Bj I-II reguler, gallop – murmur-

PUKUL 01.10 Abdomen : BU+ , NT (-)


Ekstremitas : akral hangat, crt < 2s

Assesmen - Post Tonsilektomi hari 0


t
Planning • Tetap puasa
• Mulut hanya dibasahi / di olesi air
• RL 12 makro
Bila muntah :
• Ekstra injeksi Ondancentron ½ amp/8 jam
• Extra Antasid syr 3x1
• Injeksi Ranitidin ½ amp/12jam
• Injeksi As. Tranexamat ½ amp/8jam
• PCT infus 500mg/12jam
• Injeksi Ceftriaxone 2x500mg(drip)
• Kalau tidak muntah jam 09.00 boleh makan/minum
• Konsul dr.Spesialis Anak.
Subjective Muntah-muntah, sakit perut, nyeri tenggorokam post op. Demam (-), pilek (-),
BAB cir 2x post op. Muntah ada darah.
Objective KU : tampak sakit sedang
KS : komposmentis
Nadi :118 x/m
Pernapasan : 26 x/m
FOLLOW UP Suhu :36c

TANGGAL 15
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak membesar

FEBRUARI 2019 Pulmo : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-


Cor : Bj I-II reguler, gallop – murmur-
PUKUL 10.00 Abdomen : BU+ , NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, crt < 2s

Assesmen - Post Tonsilektomi hari 0


t
Planning • Tetap puasa
• Mulut hanya dibasahi / di olesi air
• RL 12 makro
• Injeksi Ceftriaxone naik 1gr/12jam
• Injeksi Ondancentron 3x3mg
• Injeksi Ranitidin 30mg/12jam
• Antasyd syr 3x1
• Injeksi As. Tranexamat boleh lanjut jika masih perdarahan
• PCT infus 500mg/12jam
• Diet cair lunak bertahap
Subjecti Nyeri post op (+), mual (-), muntah (+)
ve
Objecti KU : Baik
ve KS : komposmentis
Nadi : 116x/m
Pernapasan : 22 x/m
FOLLOW UP Suhu : 36c
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
TANGGAL 16 Leher : KGB tidak membesar
FEBRUARI 2019 Pulmo : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-
Cor : Bj I-II reguler, gallop – murmur-
Abdomen : BU+ , NT (-)
Ekstremitas : akral hangat, crt < 2s

Assesm - Post Tonsilektomi hari 2


ent
Plannin • Boleh pulang
g • Terapi pulang :
Ceftriaxone
PCT
• Kontrol Rabu
• Kontrol ke Poli Anak
PEMBAHASAN
ANALISA KASUS
DAFTAR MASALAH
• Tonsilitis Kronik Hipertrofi Eksaserbasi Akut
• Obstrutive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
PENGKAJIAN
• Diagnosis Tonsilitis Kronik Hipertrofi Eksaserbasi Akut + OSAS dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
• Pasien perempuan usia 8 tahun datang ke IGD Rs. Karya Medika I diantar keluarganya
rencana untuk operasi dengan keluhan nyeri menelan kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan nyeri menelan terjadi hilang timbul 1-2x tiap bulannya dalam 1 tahun. Keluhan juga
disertai rasa mengganjal di tenggorokan. Pasien mengaku tidur mendengkur dan sering
terbangun dimalam hari karena sesak nafas. Keluhan seperti batuk, pilek, panas badan
dirasakan 1 minggu yang lalu. Nafsu makan juga berkurang sejak pasien sakit. Pada
pemeriksaan mulut ditemukan kelainan pada tonsil yaitu tonsil kanan membesar (T3),
peritonsiler hiperemis, muara kripti melebar, detritus tidak ada, perlengketan dengan pilar
tidak ada. Pada tonsil kiri : ukuran tonsil membesar (T3), peritonsiler hiperemis, muara kripti
melebar, detritus tidak ada dan tidak terdapat perlengketan dengan pilar. Dan menurut
anamnesa riwayat penyakit dahulu, pasien sering mengalami sakit dan keluhan yg sama
berulang. Di riwayat kebiasaan pasien, pasien sering jajan minuman ES yg di jual oleh abang-
abang lewat.
• Pemeriksaan penunjang yg telah dilakukan pada pasien ini meliputi laboratorium
dan foto thorax. Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin dan foto thorax dalam
batas normal.
• Penatalaksanaan pada kasus ini dilakukan dengan Tonsilektomi. Pengobatan
pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan pengangkatan tonsil. Tindakan ini
dilakukan pada kasus-kasus dimana penatalaksanaan medis atau terapi konservatif
yang gagal untuk meringankan gejala-gejala. Penatalaksanaan medis termasuk
pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan
usaha untuk membersihkan kripta tonsillaris dengan alat irigasi gigi (oral).
• Pada pasien ini, mengalami beberapa komplikasi dari tindakan Tonsilektomi
tersebut. Pasien mengalami muntah-muntah, adanya perdarahan (muntah darah),
nyeri luka post op dan demam
PENUTUP
• Pasien perempuan usia 8 tahun datang ke IGD Rs. Karya Medika I diantar keluarganya
rencana untuk operasi dengan keluhan nyeri menelan kurang lebih sejak 2 tahun yang
lalu. Keluhan nyeri menelan terjadi hilang timbul 1-2x tiap bulannya dalam 1 tahun.
Keluhan juga disertai rasa mengganjal di tenggorokan. Pasien mengaku tidur
mendengkur dan sering terbangun dimalam hari karena sesak nafas. Nafsu makan juga
berkurang sejak pasien sakit. Pada pemeriksaan mulut ditemukan kelainan pada tonsil
yaitu tonsil kanan membesar (T3), peritonsiler hiperemis, muara kripti melebar, detritus
tidak ada, perlengketan dengan pilar tidak ada. Pada tonsil kiri : ukuran tonsil membesar
(T3), peritonsiler hiperemis, muara kripti melebar, detritus tidak ada dan tidak terdapat
perlengketan dengan pilar.
• Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukam
tersebut didiagnosis Tonsilitis Kronik Hipertrofi Eksaserbasi Akut+OSAS.
DAFTAR PUSTAKA
• Brodsy L. Poje C. Tonsilitis, Tonsilectomy and Adeneidectomy. In: Bailey BJ. Johnson JT. Head and Neck
Surgery. Otolaryngology. 4rd Edition. Philadelphia: Lippinscott Williams Wilkins Publishers. 2006. p1183
1208

• Derake A. Carr MM. Tonsilectomy. Dalam: Godsmith AJ. Talaveran F. E-medicine.com.inc. 2002:1-10

• George LA. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam:Adams, Boies, Higler(eds).buku ajar
penyakit THT edisi 6. Jakarta:EGC;1997.hal 327-337

• Netter, Frank H. 2006. Atlas of Human Anatomy 4th edition. Philadelphia : Saunders Elsevier

• Rusmarjono,efiaty AS. Faringitis,Tonsilitis,dan Hipertrofi Adenoid. Dalam; Soepardi EA,iskandar NH(eds).


Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007.
Hal 214-225

• Soepardi, Efiatyarsyad., dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher
Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

• Supriyanto,B.,Deviani,R.. 2005. Obstructive Sleep Apnea pada Anak. Sari Pediatri vol.7,no. 2: 77-84

Anda mungkin juga menyukai