Tonsilitis
Tonsilitis
• Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil menyaring
dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi organisme
patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran tonsil bervariasi,
anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada remaja atau orang
dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme perlindungan karena anak kecil
rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 : 940)
• Dengan adanya tonsilitis berulang, seringkali jaringan limfoid tonsil membesar. Kadang-
kadang, meskipun jarang, pembesaran tonsil menyebabkan obstruksi pada waktu
bernapas, terutama malam hari. Kemudian terjadi serangan apnea yang dapat berlanjut
terus. Juga terjadi pembesaran adenoid. Pada keadaan ini, aliran udara tersumbat dan
anak kemudian bernapas dengan mulut. Juga, karena tuba Eustasius tersumbat, dapat
terjadi otitis media atau glue ear,menyebabkan tuli. (Jhon Rendle-Short, 1994 :205)
TINJAUAN PUSTAKA
• Anatomi Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang
oleh jaringan ikat dengan kriptus di dalamnya.
7.Jaringan
2. Tonsila
limfoid di
faringeal
ventrikel ke
(adenoid)
laryngeal
Cincin
Waldeyer
6.Pharyngeal 3. Tonsila
granulations lingualis
5. Lateral
4. Tonsila
pharyngeal
tubal
bands
A.Palatina asendens, cabang a.fasialis memperdarahi
bag posteroanterior
Vaskularisasi tonsil
A.tonsilaris, cabang a.fasialis memperdarahi daerah
anteroinferior
Kuman
Sel2 fagosit
Jika lapisan mengalami
mengelilingi
mukosa tipis, opsonisasi shg Digesti &
bakteri &
kuman mudah menimbulkan mematikan
memakannya
masuk ke jar. kepekaan bakteri
dg cara
tonsil bakteri thd
fagosom
fagoisit
2. Mekanisme Pertahanan Spesifik
Tonsilitis
Klasifikasi Membranosa
Tonsilitis Kronik
TONSILITIS AKUT
Etiologi
Paling sering disebabkan bakteri grup A
streptokokus beta hemolitikus, meskipun
pneumokokus, pneumokokus, streptokokus
viridian dan streptokokus piogenes juga terlihat.
Penyebab paling sering tonsillitis akibat virus
adalah epstein barr, haemofilus influenza.
Patofisiologi Tonsilitis Akut
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Penunjang
penyakit
Tonsilitis Tonsilitis Angina Plaut
kelainan
Difteri septic Vincent
darah
TONSILITIS DIFTERI
Gejala umum
kenaikan suhu subfebris pada 38ºC, tidak lebih dari 39ºC, nyeri kepala,
tidak nafsu makan, nyeri menelan. badan lemah, brakikardi
Etiologi
Gejala local
• Corynebacterium tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor makin lama makin meluas dan menyatu
diphteriae, kuman membentuk membran semu. Membran ini dapat meluas ke palatum molle, uvula,
gram positif yang nasofaring, laring, trakea dan bronkus yang dapat menyumbat saluran napas. bila
hidup di saluran menghebat akan terjadi sesak nafas. Membran semu melekat erat pada dasarnya dan bila
diangkat akan timbul pendarahan. Bila infeksi tidak terbendung kelenjar limfa leher akan
pernapasan bagian membengkak menyerupai leher sapi Burgemeester’s hals.
atas yaitu hidung,
faring dan laring.
Terapi
FAKTOR PREDISPOSISI
• Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang
berulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorokan, tenggorok terasa
kering dan bau mulut, demam dengan suhu tubuh tinggi, rasa lesu, rasa nyeri pada
sendi-sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri pada telinga.
Pemeriksaan fisik :
• Tampak pembesaran tonsil dengan permukaan yang tidak rata oleh karena hipertrofi
dan perlengketan ke jaringan sekitar, kriptus yang melebar dan beberapa kripti
terisi oleh detritus, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
• Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang seperti
terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar
dan ditutupi eksudat yang purulen.
Pemeriksaan Penunjang
• Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil.
Derajat Pembesaran Tonsil
• T0 : Post tonsilektomi
• T1 : Tonsil berada dalam fossa tonsil
• T2 : Tonsil sudah melewati fossa tonsil tapi masih
berada diantara garis khayal yang terbentuk antara
fossa tonsil dan uvula ( Paramedian line )
• T3 : Tonsil sudah melewati Paramedian line dan
menyentuh uvula
• T4 : Sudah melewati garis median
Penatalaksaan
Penatalaksanaan medis
Non medis
• Definisi
Sleep apnea syndrome adalah suatu sindrom dengan ditemukannya
episode apnea atau hipopnea pada saat tidur.
• Faktor Risiko
Pada anak Insidens tertinggi terjadi antara umur 3 - 6 tahun karena pada
usia ini sering terjadi hipertrofi tonsil dan adenoid., disproporsi
kraniofasial, obesitas.
• Patofisiologi
• Pasien dengan OSAS mampu mempertahankan patensi saluran nafas bagian atas
selama bangun/tidak tidur, karena peningkatan tonus otot saluran nafas akibat input
dari pusat kortikal yang lebih tinggi.
• Selama tidur, kolaps jalan nafas bagian atas terjadi pada saat inspirasi dan kadang-
kadang meningkatkan usaha bernafas. Pada anak lebih sering mengalami periode
obstruksi parsial saluran nafas yang berkepanjangan dan hipoventilasi dibandingkan
orang dewasa.
• Hipoksia dan hiperkapnia terjadi akibat siklus obstruksi parsial atau total. Obstruktif
apnea menyebabkan peningkatan aktifitas otot-otot dilatator saluran nafas atas
sehingga mengakibatkan berakhirnya apnea. Pada anak dengan OSAS arousal jauh
lebih jarang, dan obstruksi parsial dapat berlangsung terus selama berjam-jam tanpa
terputus.
• Manifestasi klinis
• kesulitan bernafas pada saat tidur yang biasanya berlangsung perlahan-lahan.
• Pada OSAS, pada umumnya anak mendengkur setiap tidur dengan dengkuran yang
keras terdengar dari luar kamar dan terlihat episode apnea yang mungkin diakhiri
dengan gerakan badan atau terbangun Sebagian kecil anak tidak memperlihatkan
dengkur yang klasik, tetapi berupa dengusan atau hembusan nafas, noisy breathing
(nafas berbunyi).
• Usaha bernafas dapat terlihat dengan adanya retraksi. Posisi pada saat tidur
biasanya tengkurap, setengah duduk, atau hiperekstensi leher untuk
mempertahankan patensi jalan nafas.
• Tatalaksana
• Tatalaksana OSAS pada anak dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu tindakan
bedah dan non bedah. Tindakan bedah yang dilakukan adalah tonsilektomi dan/atau
adenoidektomi dan koreksi terhadap disproporsi kraniofasial, sedangkan terapi
medis dapat berupa diet pada anak dengan obesitas dan pemakaian nasal CPAP
(Continuous Positif Airway Pressure).
I. IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. C
• Umur : 8 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : KP.Cibitung Baru
• Suku Bangsa : Sunda
• Agama : Islam
• Status : Belum menikah
• Tanggal Periksa : 14 Februari 2019
II. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)
Keluhan Utama
• Nyeri menelan
Riwayat Penyakit Sekarang
•Pasien datang ke IGD Rs. Karya Medika I diantar orang tuanya untuk rencana operasi
dengan keluhan nyeri menelan sejak kurang lebih 2 tahun yg lalu. Keluhan nyeri menelan
hilang timbul sebulan sekali dalam 2 tahun. Keluhan juga disertai rasa mengganjal di
tenggorokan. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya tidur mendengkur dan sering
terbangun dimalam hari karena sesak nafas. Keluhan seperti batuk, pilek, panas badan
dirasakan 1 minggu yang lalu. Nafsu makan juga berkurang sejak pasien sakit. Keluhan
seperti sulit membuka mulut, liur yang berlebih, juga disangkal pasien.
Tanda-tanda Vital
Status Generalis
• Telinga
Hidung
Tenggorokan
Kelenjar Getah Bening Bagian Leher
• Kesan :
• - Pulmo tak tampak kelainan
• - Besar Cor Normal
IV. DIAGNOSA KERJA
V. DIAGNOSA BANDING
Medikamentosa
• IVFD RL 12 tpm Makro
• Antibiotik Ceftriaxone 500mg/12 jam
(Inj.)
Non Medikamentosa
• Tonsilektomi (Pro OP Jam 12.00)
• Mengurangi makanan berminyak dan minum es
sembarangan
• Menjaga kebersihan mulut
• Konsumsi gizi yang cukup
VIII. PROGNOSIS
TANGGAL 15
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Leher : KGB tidak membesar
• Derake A. Carr MM. Tonsilectomy. Dalam: Godsmith AJ. Talaveran F. E-medicine.com.inc. 2002:1-10
• George LA. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam:Adams, Boies, Higler(eds).buku ajar
penyakit THT edisi 6. Jakarta:EGC;1997.hal 327-337
• Netter, Frank H. 2006. Atlas of Human Anatomy 4th edition. Philadelphia : Saunders Elsevier
• Soepardi, Efiatyarsyad., dkk. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Dan Leher
Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
• Supriyanto,B.,Deviani,R.. 2005. Obstructive Sleep Apnea pada Anak. Sari Pediatri vol.7,no. 2: 77-84