Geo_Pemb_10 elgarbs@yahoo.co.id
Latar Belakang
Laju pertumbuhan urbanisasi Indonesia pada 37,5% (1995) menjadi
40,5% (1998)
Indonesia harus mengimpor produk-produk pertanian untuk memenuhi
kebutuhan dalam negerinya. Tercatat, Indonesia harus mengimpor kedelai
sebanyak 1.277.685 ton pada tahun 2000 dengan nilai nominal sebesar
US$ 275 juta. Pada tahun yang sama, Indonesia mengimpor sayur-sayuran
senilai US$ 62 juta dan buah-buahan senilai US$ 65 juta
Ketimpangan pembangunan wilayah antara kota sebagai pusat kegiatan
dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah perdesaan sebagai kegiatan
pertanian tunggal.
Mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan dan perkotaan yang
didasarkan pada potensi wilayah.
Pengertian Agropolitan
Agropolitan adalah pengembangan wilayah berdasarkan karakteristik
pertanian
Kawasan yang terdiri dari satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah
pedesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber
daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional
dan hirakhi keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agribisnis
(Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007)
Prinsip Dasar Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Agropolitan merupakan pendekatan pembangunan kawasan
perdesaan berbasis agribisnis
Pengembangan agropolitan merupakan program utama dan
kegiatan terpadu lintas sektor dengan pendekatan bottom up
Penetapan kawasan agropolitan dimulai dengan penataan detail
kawasan dalam bentuk cetak (blue print)
Perencanaan disusun secara bersama antara instansi pemerintah,
masyarakat tani, dan swasta/dunia usaha dan dimasukkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah di Pusat dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah di Provinsi,
Kabupaten/Kota
Pengembangan kawasan agropolitan harus berdasarkan Master
Plan yang disepakati oleh seluruh pemangku kepentingan.
Tujuan Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Menumbuhkembangkan pusat pertumbuhan ekonomi
baru berbasis pertanian (agribisnis) di perdesaan
Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat
perdesaan melalui kegiatan-kegiatan ekonomi berbasis
agribisnis
Menumbuhkembangkan lembaga-lembaga ekonomi di
perdesaan
Meningkatkan pendapatan masyarakat
Mewujudkan tata ruang ideal antara kota dengan
desa yang saling mendukung melengkapi dan
memperkuat.
Skema Keterkaitan Desa Kota Dalam
Konsep Pengembangan Agropolitan
Penghasil bahan
Pengumpul bahan
Sentra produksi
Kota kecil/Pusat
Kota sedang/besar
Kriteria Pengembangan Kawasan
Agropolitan
Daya dukung sumberdaya alam dan potensi fisik yang
memungkinkan (kesesuaian lahan, agroklimat, dan agroekologi)
untuk dapat dikembangkan sistem dan usaha agribisnis berbasis
komoditas unggulan
Komoditas pertanian unggulan yang dapat menggerakkan ekonomi
kawasan
Perbandingan luas kawasan dengan jumlah penduduk, ideal untuk
membangun sistem dan usaha agribisnis dalam skala ekonomi dan
jenis usaha tertentu
Tersedia prasarana (infrastruktur) dan sarana produksi dasar yang
memadai seperti pengairan, listrik, transportasi, pasar lokal dan
kios sarana produksi
Memiliki suatu lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
pusat pelayanan, penghubung dengan daerah/kawasan sekitarnya
yang terintegrasi secara fungsional.
Model Pembangunan Agropolitan
Rustiadi, 2007
Kawasan Agropolitan Rupanandur
Pamekasan - Madura
Pembangunan Agropolitan
Berkelanjutan