Anda di halaman 1dari 8

RESUME KEPERAWATAN JIWA DELUSI/WAHAM

TEKNOLOGI INFORMASI

Karina Izafira Nibras


(22020116140052)
A16. 1

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Delusi (Waham)

Delusi (waham) adalah keyakinan palsu, didasarkan kepada kesimpulan yang


salah tentang eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar
belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Delusi
(waham) sering dijumpai pada penderita gangguan mental yang merupakan
salah satu dari gejala gangguan isi pikir. Delusi tidak umum dan memiliki
beberapa karakteristik dari berbagai penyakit paranoid. Penilaian klinis
paranoid membutuhkan tiga langkah : Awalnya dokter harus mengenali,
mengkarakterisasi, dan menilai sebagai patologis paranoid yang hadir.
Berikutnya, dokter harus menentukan apakah paranoid membentuk bagian dari
sindrom atau diisolasi. Akhirnya, diagnosis banding harus dikembangkan.
Waham menurut konsep dasarnya

1. Waham sistematis : Keyakinan palsu yang digabungkan oleh suatu tema


atau peristiwa tunggal, melibatkan situasi yang menurut pikiran dapat
terjadi dikehidupan nyata.
2. Waham kacau (Bizarre Delusion) : Keyakinan palsu yang aneh, mustahil
dan sama sekali tidak masuk akal tidak berasal dari pengalaman hidup pada
umumnya.
Delusi (waham) dalam onsetnya
Waham dikategorikan dalam bentuk primer dan sekunder :
1. Waham Primer : salah satu waham yang muncul secara tiba-tiba dan dengan
keyakinan penuh namun tanpa peranan perilaku kejiwaan kearah itu. Contoh :
seorang pasien mungkin secara tiba-tiba dan penuh keyakinan bahwa dia
sedang mengalami perubahan kelamin, tanpa pernah memikirkan hal itu
sebelumnya dan tanpa ada ide atau kejadian sebelumnya yang dapat dimengerti
atas kesimpulan tersebut.
2. Waham Sekunder : keyakinan waham dapat dijelaskan atau dinilai sebagai
perluasan dari keyakinan kultur atau mood dan dapat dimengerti saat perolehan
beberapa pengalaman yang tidak wajar sebelumnya. Akhirnya mungkin menjadi
beberapa jenis, seperti halusinasi (seseorang yang mendengar suara-suara
mungkin akan menjadi percaya bahwa ia telah diikuti).
Pengobatan Delusi (Waham)
Pengobatan delusi (waham) terbagi menjadi 2 bagian :
1. Terapi obat (Farmakologi) : pengenalan pimozide
neuroleptik oral dan penggunaannya sukses di indonesia.
Sejak tahun 1980 pimozide adalah obat pilihan. Rincian
perawatan tersedia untuk 209 kasus, dari jumlah tersebut
110 (52,6%) menunjukkan pemulihan, 59 (28,2%)
menunjukkan pemulihan parsial, 40 (19,2%) tidak
menunjukan respon. Untuk pimozide mereka menemukan
68,5% kasus sembuh total dan 22,4% sebagian pulih.
Antipsikotik juga merupakan salah satu obat pilihan yang
pernah digunakan untuk kasus delusi di india.
2. Psikoterapi (Non farmakologi) : Wawasan psikoterapi berorientasi
biasanya dikontraindikasikan namun merupakan kombinasi dari pendekatan
psikoterapi suportif dan terapi kognitif. Tujuan terapi suportif dan terapi
kognitif adalah untuk menghilangkan kecemasan dan memulai diskusi
tentang pengalaman dan konsekuensi yang mengganggu dari delusi,
sehingga secara bertahap mengembangkan kolaborasi dengan pasien. Selain
itu, pasien juga akan diajari cara meningkatkan kemampuan komunikasi
agar bisa tetap berinteraksi secara sosial. Terapi ini juga bermanfaat untuk
kembali mengembangkan kemampuan penderita dalam bekerja.
Intervensi farmakologis, psikologis, dan sosial/interpersonal semuanya
berperan dalam pengobatan gangguan kompleks ini. Ketika seorang
mengalami masalah kejiwaan yang berkaitan dengan gangguan pada
pikiran, perasaan dan perilakunya maka sebenarnya tidak semua
memerlukan pengobatan. Hal ini disebabkan karena daya adaptasi manusia
itu sendiri dalam menghadapi masalah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai