ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
Delusi (Waham)
Delusi (waham) adalah keyakinan palsu, didasarkan kepada kesimpulan yang
salah tentang eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan. Delusi (waham) sering dijumpai pada penderita gangguan mental yang merupakan salah satu dari gejala gangguan isi pikir. Delusi tidak umum dan memiliki beberapa karakteristik dari berbagai penyakit paranoid. Penilaian klinis paranoid membutuhkan tiga langkah : Awalnya dokter harus mengenali, mengkarakterisasi, dan menilai sebagai patologis paranoid yang hadir. Berikutnya, dokter harus menentukan apakah paranoid membentuk bagian dari sindrom atau diisolasi. Akhirnya, diagnosis banding harus dikembangkan. Waham menurut konsep dasarnya
1. Waham sistematis : Keyakinan palsu yang digabungkan oleh suatu tema
atau peristiwa tunggal, melibatkan situasi yang menurut pikiran dapat terjadi dikehidupan nyata. 2. Waham kacau (Bizarre Delusion) : Keyakinan palsu yang aneh, mustahil dan sama sekali tidak masuk akal tidak berasal dari pengalaman hidup pada umumnya. Delusi (waham) dalam onsetnya Waham dikategorikan dalam bentuk primer dan sekunder : 1. Waham Primer : salah satu waham yang muncul secara tiba-tiba dan dengan keyakinan penuh namun tanpa peranan perilaku kejiwaan kearah itu. Contoh : seorang pasien mungkin secara tiba-tiba dan penuh keyakinan bahwa dia sedang mengalami perubahan kelamin, tanpa pernah memikirkan hal itu sebelumnya dan tanpa ada ide atau kejadian sebelumnya yang dapat dimengerti atas kesimpulan tersebut. 2. Waham Sekunder : keyakinan waham dapat dijelaskan atau dinilai sebagai perluasan dari keyakinan kultur atau mood dan dapat dimengerti saat perolehan beberapa pengalaman yang tidak wajar sebelumnya. Akhirnya mungkin menjadi beberapa jenis, seperti halusinasi (seseorang yang mendengar suara-suara mungkin akan menjadi percaya bahwa ia telah diikuti). Pengobatan Delusi (Waham) Pengobatan delusi (waham) terbagi menjadi 2 bagian : 1. Terapi obat (Farmakologi) : pengenalan pimozide neuroleptik oral dan penggunaannya sukses di indonesia. Sejak tahun 1980 pimozide adalah obat pilihan. Rincian perawatan tersedia untuk 209 kasus, dari jumlah tersebut 110 (52,6%) menunjukkan pemulihan, 59 (28,2%) menunjukkan pemulihan parsial, 40 (19,2%) tidak menunjukan respon. Untuk pimozide mereka menemukan 68,5% kasus sembuh total dan 22,4% sebagian pulih. Antipsikotik juga merupakan salah satu obat pilihan yang pernah digunakan untuk kasus delusi di india. 2. Psikoterapi (Non farmakologi) : Wawasan psikoterapi berorientasi biasanya dikontraindikasikan namun merupakan kombinasi dari pendekatan psikoterapi suportif dan terapi kognitif. Tujuan terapi suportif dan terapi kognitif adalah untuk menghilangkan kecemasan dan memulai diskusi tentang pengalaman dan konsekuensi yang mengganggu dari delusi, sehingga secara bertahap mengembangkan kolaborasi dengan pasien. Selain itu, pasien juga akan diajari cara meningkatkan kemampuan komunikasi agar bisa tetap berinteraksi secara sosial. Terapi ini juga bermanfaat untuk kembali mengembangkan kemampuan penderita dalam bekerja. Intervensi farmakologis, psikologis, dan sosial/interpersonal semuanya berperan dalam pengobatan gangguan kompleks ini. Ketika seorang mengalami masalah kejiwaan yang berkaitan dengan gangguan pada pikiran, perasaan dan perilakunya maka sebenarnya tidak semua memerlukan pengobatan. Hal ini disebabkan karena daya adaptasi manusia itu sendiri dalam menghadapi masalah. TERIMA KASIH