Anda di halaman 1dari 49

PRESENTASI KASUS

SEORANG G0P0A0 DENGAN KISTA COKLAT


SINISTRA DAN RIWAYAT LAPAROTOMI 7 TAHUN
YANG LALU
ILHAM RAMADHAN G 99181037 M FAKHRI KW G99172104

A.A.S. WIKAN P.K. G 99171035 LARASHATI PUTRI W. G 99181041

Pembimbing : dr. ERIANA MELINAWATI , Sp.OG(K)


Latar Belakang Masalah

 Endometriosis adalah suatu penyakit yang lazim menyerang wanita di usia


reproduksi.
 Endometriosis terjadi ketika suatu jaringan normal dari lapisan uterus yaitu
endometrium menyerang organ-organ di rongga pelvis dan tumbuh di sana
 ulkan gejala nyeri serta infertilitas.
 Jaringan endometriosis memiliki gambaran bercak kecil, datar, gelembung
atau flek-flek yang tumbuh di permukaan organ-organ di rongga pelvis.
 Endometriosis bisa tumbuh di permukaan ovarium atau menyerang bagian
dalam ovarium dan membentuk kista berisi darah yang disebut sebagai kista
endometriosis atau kista coklat
 Endometriosis dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan dapat
menyebabkan perlekatan (adhesi) akibat jaringan parut yang
ditimbulkannya.
 Endometriosis menyebabkan nyeri panggul kronis berkisar 70%. Risiko untuk
menjadi tumor ovarium adalah 15-20%, angka kejadian infertilitas berkisar
30-40%, dan risiko berubah menjadi ganas 0,7-1%. Endometriosis sekalipun
sudah mendapat pengobatan yang optimum memiliki angka kekambuhan
sesudah pengobatan berkisar 30%.
 Penanganan endometriosis baik secara medikamentosa maupun operatif
tidak memberikan hasil yang memuaskan disebabkan patogenesis penyakit
tersebut belum terungkap secara tuntas. Keberhasilan penanganan
endometriosis hanya dapat dievaluasi saat ini dengan mempergunakan
laparoskopi
TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi
Endometriosis yaitu suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih
berfungsi berada di luar kavum uteri. Jaringan ini terdiri atas kelenjar dan
stroma, terdapat di dalam endometrium ataupun di luar uterus. Bila jaringan
endometrium terdapat di dalam miometrium disebut adenomiosis, bila brada di
luar uterus disebut endometriosis.
Adenomiosis sering ditemukan pada multipara dalam masa premenopause,
sedangkan endometriosis terdapat pada wanita yang lebih muda dan yang
infertile (Sarwono.2007).
Implantasi endometriosis bisa terdapat pada ovarium, ligamentum sakrouterina,
kavum dauglasi, ligamentum latum dan ligamentum rotundum, tuba fallopi,
dan pada tempat-tempat ekstra peritoneal ( serviks, vagina, vulva, dan
kelenjar-kelenjar limfe).
Etiologi

 a.Teori Implantasi dan Regurgitasi.


Teori ini menerangkan adanya darah haid yang dapat menjalar dari kavum uteri
melalui tuba Falopii, tetapi teori ini tidak dapat menerangkan kasus
endometriosis di luar pelvis.
 b.Teori Metaplasia.
Teori ini menerangkan terjadinya metaplasia pada sel-sel coelom yang berubah
menjadi endometrium.
Perubahan ini dikatakan sebagai akibat dari iritasi dan infeksi atau hormonal
pada epitel coelom. Secara endokrinologis hal ini benar karena epitel
germinativum dari ovarium, endometrium dan peritoneum berasal dari epitel
coelom yang sama.
c.Teori Hormonal.
 Telah lama diketahui bahwa kehamilan dapat menyembuhkan endometriosis.
Rendahnya kadar FSH, LH, dan E2 dapat menghilangkan endometriosis.
Pemberian steroid seks dapat menekan sekresi FSH, LH, dan E2. Pendapat
yang sudah lama dianut mengemukakan bahwa pertumbuhan endometriosis
sangat tergantung dari kadar estrogen di dalam tubuh.
d.Teori Imunologik.
 Secara embriologis, sel epitel yang membungkus peritoneum parietal dan
permukaan ovarium sama asalnya, oleh karena itu sel endometriosis sejenis
dengan mesotel. Banyak peneliti berpendapat bahwa endometriosisn adalah
suatu penyakit autoimun karena memiliki criteria cenderung lebih banyak
pada wanita, bersifat familiar, menimbulkan gejala klinik, melibatkan
multiorgan, menunjukkan aktivitas sel B-poliklonal.
( Baziad,Ali dkk.1993)
Faktor-faktor resiko

 Factor-faktor resiko untuk endometriosis :


a.Nuliparitas
b.Infertilitas
c.Usia 25-40 tahun
 (Rayburn, F. William.2001)
4.Jenis- jenis endometriosis

1. Endometriosis Interna (adenomiosi uteri)


Fokus Endometriosis berada multilokuler di dalam otot uterus. Akan terjadi penebalan
atau pembesaran uterus. Gejala yang timbul hampir tidak ada. Ada dua gejala yang
khas buat adenomiosis uterus, yaitu:
-Nyeri saat haid.
Perdarahan haid yang banyak atau haid yang memanjang.
2. Endometriosis Tuba.
Yang paling sering terkena adalah bagian proksimal tuba.Akibatnya adalah:
-Saluran tuba tertutup,terjadi infertilitas.
-Resiko terjadinya kehamilan ektopik.
-Hematosalping
3. Edometriosis Ovarium
Akibat adanya endometriosis pada ovarium akan terbentuk kista coklat. Kista
coklat ini sering mengadakan perlekatan dengan organ-organ di sekitarnya dan
membentuk suatu konglomerasi

4.Endometriosis Retroservikalis.
Pada rectal toucher sering teraba benjolan yang nyeri pada cavum Douglas.
Benjolan-benjolan ini akan melekat dengan uterus dan rectum, akibatnya
adalah:
-Nyeri pada saat haid.
Nyeri pada saat senggam
e.Endometriosis Ekstragenital.
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tbuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis. (
Baziad,Ali dkk.1993)
Patologi

 Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul,


terutama bila datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus
abnormal, rasa nyeri atau berdarah ketika kencing atau pada rectum dalam
masa haid. Gejala-gejala endometriosisi datangnya berkala dan bervariasi
sesuai datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak penderita endometriosis
yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara hebatnya gejala
dengan beratnya penyakit.
Gejala Klinis

Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Sarwono yaitu :


 a.Nyeri perut bawah yang progresif dan dekat paha yang terjadi pada dan
selama haid (dismenore)
 Dismenorea pada endometriosis biasanya merupakan rasa nyeri waktu haid
yang semakin lama semakin hebat. Sebab dari dismenorea ini tidak diketahui
secara pasti tetapi mungkin ada hubungannya dengan vaskularisasi dan
perdarahan di dalam kista endometriosis pada waktu sebelum dan semasa
haid. Jika kista endometriumnya besar dan terdapat perlengketan ataupun
jika lesinya melibatkan peritoneum usus, keluhan dapat berupa nyeri
abdomen bawah atau pelvis yang konstan dengan intensitas yang berbeda-
beda. (Derek Llewellyn-Jones.2002)
Gejala Klinis
 b.Dispareunia
 Merupakan keadaan yang sering dijumpai disebabkan oleh karena adanya
endometriosis di kavum douglasi.
 c.Nyeri pada saat defekasi
 Defekasi yang sukar dan sakit terutama pada waktu haid disebabkan oleh
karena adanya endometriosis pada dinding rektosigmoid.
 d.Gangguan Haid (Polimenorea dan hipermenorea)
 Gangguan haid dan siklusnya terjadi apabila kelainan pada ovarium demikian
luasnya sehingga fungsi ovarium terganggu.Menstruasi tidak teratur terdapat
pada 60% wanita penderita. Pasien mungkin mengeluhkan bercak merah
premenstruasi, perdarahan menstruasi dalam jumlah banyak (menoragia),
atau frekuensi menstruasi yang lebih sering dan banyak mengeluarkan
darah. (Jones. Derek Llewellyn.2001)
Gejala Klinis

 e.Infertilitas
 Ada korelasi yang nyata antara endometriosis dan infertilitas. 30%-40%
wanita dengann endometriosis menderita infertilitas. Factor penting yang
menyebabkan infertilitas pada endometriosis adalah apabila mobilitas tuba
terganggu karena fibrosis dan perlekatan jaringan di sekitarnya. Pada
pemeriksaaan ginekologik khususnya pemeriksaan vagina-rekto-abdominal,
ditemukan pada endometriosis ringan benda-benda padat seperti butir beras
sampai butir jagung di kavum douglas dan pada ligamentum sakrouterinum
dengan uterus dalam posisi retrofleksi dan terfiksasi. (Wiknjosastro,
hanifa.2007.)
Tanda

 Tanda-tanda fisik dari endometriosis yaitu rahim yang terfiksasi ke belakang,


terdapat benjolan pada ligamentum sakrouterina dan dalam kavum
douglasi, massa adneksa yang asimetris, dan nyeri pada pemeriksaan
bimanual. Luka yang terlihat pada pemeriksaan speculum adalah sangat
menunjukan endometriosis, dan jika ada harus dilakukan pemeriksaan
biopsy. (Rayburn, F. William.2001)
Diagnosis

 Secara klinis endometriosis sering sulit dibedakan dari penyakit radang pelvis
atau kista ovarium lainnya. Visualisasi endometriosis diperlukan untuk
memastikan diagnosis. Cara yang biasa dilakukan untuk menegakan
diagnose yaitu dengan melakukan pemeriksan laparoskopi untuk melihat
luka dan mengambil specimen biopsy. Pemeriksaan ultrasonografi pelvis bias
membantu untuk menilai massa dan bisa menduga adanya endometriosis.
Kadar antigen kanker 125 (CA-125) tinggi pada penderita endometriosis.
 Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
a.Laparoskopi
 Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis
yang akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per
laparoskopi. Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau
endometriosis yang berwarna kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan
laparoskopi sangat diperlukan untuk mendiagnosis pasti endometriosis, guna
menyingkirkan diagnosis banding antara radang panggul dan keganasan di
daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien dengan adneksitis pada
pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan diagnosisnya 54%,
sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis, kesesuaian dengan
pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.
b.Pemeriksaan Ultrasonografi
 Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya
endometriosis, kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka
pada pemeriksaan USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat
tanpa gambaran yang spesifik untuk endometriosis.
Penatalaksanaan

 Endometriosis bisa diterapi dengan medikamentosa dan/atau pembedahan.


Pengobatan endometriosis juga bertujuan untuk menghilangkan nyeri
dan/atau memperbaiki fertilitas.
 Beberapa peneliti percaya bahwa endometriosis dapat ditekan dengan
pemberian profilaksis berupa kontrasepsi oral kombinasi berkesinambungan,
analog GnRH, medroksiprogesteron, atau danazol sebagai upaya untuk
meregresi penyakit yang asimtomastik dan mengatasi fertilitas subsekuen.
Ablasi melalui pembedahan untk endometriosis simptomatik juga
dapatmeningkatkan kesuburan dalam 3 tahun setelah follow-up.
Penanganan

 Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, observasi, terapi


hormonal, pembedahan dan radiasi.
a.Pencegahan
Bila disminorea yang berat terjadi pada seorang pasien muda, kemungkinana
bermacam-macam tingkat sumbatan pada aliran haid harus
dipertimbangkan.kemungkinan munculnya suatu tanduk rahim yang tumpul
pada rahimbikornuata atau sebuah sumbatan septum rahim atau vaginal harus
diingat.dilatasi serviks untuk memungkinkan pengeluaran darah haid yang lebih
mudah pada pasien dengan tingkat disminorea yang hebat.
 b.Observasi
 pengobatab ini akan berguna bagi wanita dengan gejala dan kelainan fisik yang
ringan. Pada wanita yang agak berumur, pengawasan ini bisa dilanjutkan sampai
menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri. Dalam
masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetik
untuk mengurangi rasa nyeri. (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
 C. Pengobatan Hormonal
 Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan hormone
rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi
jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti
tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan
endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis
yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta
mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa
nyeri karena rangsangan peritoneum.
 Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi progesterone
yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan endomeetriosis.
 (Wiknjosastro, hanifa.2007.)
 Terapi medis: pil kontrasepsi oral kombinasi, danazol, agen progestational, dan
analogGnRH. Semua obat ini memiliki efek yang sama dalam mengurangi nyeri dan
durasinya. Pil kontrasepsioral kombinasi berperan dalam supresi ovarium
danmemperpanjang efek progestin.
 Semua agen progesteron berperan dalam desidualisasi dan atrofi endometrium.
 Medroksiprogesteron asetat berperan dalam mengurangi nyeri.
 Megestrol asetat juga memiliki efek yang sama
 The levonorgestrel intrauterine system (LNG-IUS) berguna dalam mengurangi nyeri
akibat endometriosis. Analog GnRH berguna untuk menurunkan gejala nyeri, namun
tidak berefek dalam meningkatkan angka fertilitas. Terapi dengan GnRH menurunkan
gejala nyeri pada 85-100% wanita dengan endometriosis.
 o Danazol berperan untuk menghambat siklus follicle-stimulating hormone (FSH)and
luteinizing hormone (LH) dan mencegah steroidogenesis di korpus luteum.
 D. Pembedahan
 adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus
dapat menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada
andometriosis dini , pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium
harus dipertahankan. Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar
luas pada pelvis, khususnya pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi
pembedahan yang konservatif sarang endometriosis diangkat dengan
meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan perlekatan
sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil
pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis,
maka pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan
infertile tidak dianjurkan. (Wiknjosastro, hanifa.2007)
 Terapi Bedah
Terapi bedah bisa diklasifikasikan menjadi terapi bedah konservatif jika fungsi
reproduksi berusaha dipertahankan, semi konservatif jika kemampuan
reproduksi dikurangi tetapi fungsi ovarium masih ada, dan radikal jika uterus
dan ovarium diangkat secara keseluruhan.
• Pembedahan konservatif
Tujuannya adalah merusak jaringan endometriosis dan melepaskan
perlengketan perituba dan periovarian yang menjadi sebab timbulnya gejala
nyeri dan mengganggu transportasi ovum. Pendekatan laparoskopi adalah
metode pilihan untuk mengobati endometriosis secara konservatif.
 • Pembedahan semikonservatif
Indikasi pembedahan jenis ini adalah wanita yang telah melahirkan anak
dengan lengkap, dan terlalu muda untuk menjalani pembedahan radikal, dan
merasa terganggu oleh gejala-gejala endometriosis. Pembedahan yang
dimaksud adalah histerektomi dan sitoreduksi dari jaringan endometriosis
pelvis. Kista endometriosis bisa diangkat karena sepersepuluh dari jaringan
ovarium yang berfungsi diperlukan untuk memproduksi hormon. Pasien yang
dilakukan histerektomi dengan tetap mempertahankan ovarium memiliki risiko
enam kali lipat lebih besar untuk mengalami rekurensi dibandingkan dengan
wanita yang dilakukan histerektomi dan ooforektomi.
 Pembedahan radikal
Histerektomi total dengan ooforektomi bilateral dan sitoreduksi dari
endometriumyang terlihat. Adhesiolisis ditujukan untuk memungkinkan
mobilitas dan menormalkan kembali hubungan antara organ-organ di dalam
rongga pelvis. Obstruksi ureter memerlukan tindakan bedah untuk mengeksisi
begian yangmengalami kerusakan. Pada endometriosis dengan obstruksi usus
dilakukanreseksi anastomosis jika obstruksi berada di rektosigmoid anterior.
 E. Radiasi
 pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.
(Wiknjosastro, hanifa.2007.)
STATUS PASIEN

A.Anamnesis
1.Identitas Pasien
Nama : Ny. C
Umur : 25 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Bangak Kampung, Banyudono
Status Perkawinan : Belum menikah
Paritas : P0A0
Tanggal Masuk : 22 Januari 2019
No. RM : 01-41-19-xx
Riwayat Penyakit Sekarang (Alloanamnesis)

 Seorang pasien nona P0A0 datang dengan rujukan dari RS PKU


Muhammadiyah Surakarta dengan keterangan kista ovarii sinistra. Pasien
saat ini mengeluh penurunan berat badan sebanyak kurang lebih 6 kilogram
dalam kurun waktu >6bulan. Pasien mengaku sulit makan karena merasa
nafsu makannya menurun sejak setahun terakhir. Keluhan nyeri menstruasi
(+) sejak usia 15 ahun , namun semakin memberat satu tahun belakangan,
nyeri pinggang (+) terutama saat menstruasi. Benjolan di perut disangkal,
nyeri perut disangkal. Riwayat menstruasi teratur 1x/bulan, ganti pembalut
2-3 kali/hari, riwayat keputihan disangkal, perdarahan jalan lahir disangkal.
Keluhan BAB dan BAK disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu

a.Riwayat hipertensi (sebelum hamil) : disangkal


b.Riwayat penyakit jantung : disangkal
c.Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d.Riwayat asma : disangkal
e.Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
f.Riwayat operasi : RSUD Pandan Arang Boyolali (2011)
atas indikasi OP kista ovarium kanan, indung telur diangkat. Hasil PA tidak ada
(hilang).
Riwayat Penyakit Keluarga

a.Riwayat hipertensi : disangkal


b.Riwayat penyakit Jantung : disangkal
c.Riwayat diabetes mellitus : disangkal
d.Riwayat asma : disangkal
e.Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
f.Riwayat Dismenorrhea : (+) Ibu
 5.Riwayat Fertilitas
Baik
 6.Riwayat Obstetri
-
 7.Riwayat Menstruasi
a.Menarche : usia 13 tahun
b.Lama menstruasi : 5-7 hari
c.Siklus menstruasi : 28 hari
d.Volume menstruasi : sulit dievaluasi
e.Nyeri menstruasi : setiap menstruasi
 8.Riwayat Perkawinan
-
 9.Riwayat Keluarga Berencana (KB)
B.Pemeriksaan Fisik

1.Status Generalis
a. Keadaan Umum: E3V4M5
b. Tanda Vital :
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Frekuensi nafas: 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
c. Kepala : Mesocephal
d. Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
e. THT : Discharge (-/-)
f. Leher Kelenjar getah bening tidak membesar
g.Thorax:
1)Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2)Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor// sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
(-/-), wheezing (-)
h.Abdomen :
-Inspeksi : Dinding perut = dinding dada
-Palpasi : Teraba massa kistik (-)
-Perkusi : timpani
-Auskultasi : DJJ (-), bising usus (+)

i.Genital : discharge (-), darah (-)

j. Ekstremitas
- - : Edema Akral dingin
- -
- - - -
- -
- -
- -
- -
C.Pemeriksaan Penunjang
 USG :
 -VU terisi cukup
 -Uterus bentuk dan ukuran normal
 -Adnexa kiri tampak lesi hipoechoic dengan gambaran ground glass
appearance ukuran 10.4 x 7 x 6 cm
 -Adnexa kanan sulit dievaluasi
 -Lesi meyokong gambaran kista ovary sinistra
Simpulan

 Seorang nona berusia 25 tahun dengan keluhan nyeri saat menstruasi dan
nyeri pinggang. Pasien juga mengeluhkan penurunan berat badan selama
kurang lebih 6 bulan terakhir. Keluhan perdarahan jalan lahir disangkal.
Riwayat menstruasi normal. Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan
kelainan. Dari palpasi abdomen tidak teraba massa. Pemeriksaan genital
tidak didapatkan darah maupun discharge. Hasil USG menunjukkan adanya
lesi hipoechoic sinistra dengna gambaran ground glass appearance berukuran
10.4 x 7 x 6cm. Dari hasil laboratorium pasien didapatkan anemia,
peningkatan enzim hati, peningkatan kadar ureum darah, natrium darah, dan
penurunan chloride darah.
 E. Diagnosis
Kista ovarii sinistra + riwayat laparotomy 7 tahun yang lalu
 F. Prognosis
Dubia
 G. Terapi dan Planning
1. Pro Kistektomi per laparoskopi 24 Januari 2019
2. KIE keluarga rencana dan tindakan terhadap pasien
H.Laporan Operasi
Dilakukan kistektomi sinistra dan miomektomi pada tanggal 24 Januari 2019 oleh dr. Eriana SpOG (K)
dengan hasil setelah dilakukan identifikasi dan eksplorasi:
1.Didapatkan uterus dengan bentuk dan ukuran normal. Tampak 4 mioma subserosa dengan ukuran 3-6 cm
2.Tuba dan ovarium kanan tidak tampak (riwayat operasi SOD th 2011)
3.Tuba kiri dalam batas normal
4.Ovarium kiri membesar dengan ukuran 10x10 cm, terdapat kista ovarii ukuran 10x5 cm dan 10x7 cm.
ditegakkan diagnosis kista ovarii sinistra dan mioma uteri subserosa.
5.Diputuskan dilakukan kistektomi sinistra dan miomektomi
6.Hasil kirim lab PA.
Diagnosa post operasi:
Post kistektomi sinistra + miomektomi per laparoskpi ai kista ovarii sinistra + mioma uteri subserosa
Terapi:
Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ampicillin sulbactam 1.5 gr/8jam
Inj. Neurobion dalam 500 cc NaCl 0.9% 20 tpm
Mobilisasi bertahap
I.Follow Up (24 Januari 2019)

S: Belum flatus, nyeri luka post OP (+)


O: KU : Baik, CM
VS: TD: 100/60 HR:78x RR:22x t: 36.3
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thoraks: cor/pulmo dalam batas normal
Abdomen: supel, nyeri tekan (+), tampak luka post OP (+)
Genital: darah (-), discharge (-)
A: Post Post kistektomi sinistra + miomektomi per laparoskpi ai kista ovarii sinistra + mioma uteri
subserosa DPH-0
P : Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ampicillin sulbactam 1.5 gr/8jam
Inj. Neurobion dalam 500 cc NaCl 0.9% 20 tpm
Mobilisasi bertahap
II.Follow Up (25 Januari 2019)

S: Belum flatus, nyeri luka post OP (+)


O: KU : Baik, CM
VS: TD: 100/60 HR:78x RR:22x t: 36.3
Mata: Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Thoraks: cor/pulmo dalam batas normal
Abdomen: supel, nyeri tekan (+), tampak luka post OP (+)
Genital: darah (-), discharge (-)
A: Post Post kistektomi sinistra + miomektomi per laparoskpi ai kista ovarii sinistra + mioma uteri subserosa
DPH-1
P: Inj. Ketorolac 30 mg/8jam
Inj. Ampicillin sulbactam 1.5 gr/8jam
Inj. Neurobion dalam 500 cc NaCl 0.9% 20 tpm
Usul pindah bangsal
ANALISA KASUS

 Seorang G0P0A0, 25 tahun, datang dengan rujukan rujukan dari RS PKU


Muhammadiyah Surakarta dengan keterangan kista ovarii sinistra. Pasien
saat ini mengeluh penurunan berat badan sebanyak kurang lebih 6 kilogram
dalam kurun waktu >6bulan. Pasien mengaku sulit makan karena merasa
nafsu makannya menurun. Keluhan nyeri menstruasi (+), nyeri pinggang
(+). Benjolan Di perut disangkal, nyeri perut disangkal. Riwayat menstruasi
teratur 1x/bulan, ganti pembalut 2-3 kali/hari, riwayat keputihan disangkal,
perdarahan jalan lahir disangkal. Keluhan BAB dan BAK disangkal. Penyakit
berupa hipertensi, diabetes melitus, alergi, asma, dan penyakit jantung
disangkal.
 Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 120/70, nadi 84 x/
menit, pernafasan 20 kali per menit dan suhu 36.7 derajat celcius. Dari
pemeriksaan fisik tidak didapatkan konjungtiva anemis dan sklera ikterik.
Thoraks dan pulmo dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen didapatkan
abdomen supel, nyeri tekan (-), massa (-). Dari pemeriksaan genital tidak
didapatkan darah (-) dan discharge (-)
 Pasien ini didiagnosa dengan kista endometriosis. Kista endometriosis adalah
kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan
selaput dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan
berkembang menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat
endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berasal dari
jaringan peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun,
misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk
kedalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut
melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit.
Gejala kista ini sangat khas karena berkaitan dengan haid.
 Gejala yang dirasakan pasien saat ini adalah nyeri. Nyeri pada pasien endometriosis
dapat berupa nyeri pada benjolan, nyeri saat haid, nyeri saat beraktifitas seksual, dan
nyeri pada pelvis. Pasien endometriosis biasanya juga merasakan nyeri pada saat
menstruasi, atau disebut juga dengan dismenore. Gejala ini seringkali menjadi gejala
awal dari timbulnya endometriosis. Gejala nyeri yang luar biasa timbul pada saat
menstruasi sejak umur sangat muda, sejak dari usia menarche atau bahkan
sebelumnya. Bertambahnya derajat keparahan nyeri dan lama waktu dismenore
sebanding dengan perjalanan stadium endometriosis. Pada pasien ini diakui nyeri saat
menstruasi sejak usia 15 tahun dan memberat disertai nyeri pinggang beberapa tahun
belakangan. Kemudian dari anamnesis didapatkan bahwa ibu pasien juga menderita
hal yang sama ketika berusia muda.
 Selain itu, pasien dengan endometriosis juga sering mengeluhkan sakit saat
berhubungan seksual atau disebut dengan dispareunia. Hal ini dikarenakan
ligamentum uterosakral, ligamentum broad, dan the cavum douglas merupakan
beberapa area tersering ditemukannya endometriosis, sehingga setiap stimulasi fisik
pada area tersebut akan dapat menimbukan nyeri. Namun pada pasien ini nyeri saat
berhubungan tidak dapat dievaluasi karena pasien belum menikah dan belum pernah
melakukan hubungan seksual.
 Selain itu, seringkali nyeri yang dirasakan pasien merupakan nyeri yang kronik dan
rasa tidak nyaman pada bagian bawah pelvis yang dirasakan terus-menerus. Nyeri
pada pelvis dihubungkan dengan adanya adhesi dan ditemukannya jaringan parut
pada pelvis. Penyebab yang pasti pada nyeri masih belum jelas, namun, adanya
substansi sitokin dan prostaglandin yang dihasilkan oleh implan endometriotik ke
cairan peritoneal merupakan salah satu penyebabnya. Selain nyeri saat haid, pasien ini
juga didapatkan nyeri pinggang terutama saat menstruasi.
 Dari hasil pemeriksaan fisik pasien didapatkan tekanan darah 120/70, nadi 84 x/
menit, pernafasan 20 kali per menit dan suhu 36.7 derajat celcius. Hasil vital sign
terbilang baik. Kemudian hasil laboratorium darah, didapatkan hemoglobin rendah
(11.5), hematokrit normal 36%, leukosit normal (6.2 ribu), trombosit normal (233
ribu), dan eritrosit normal 4.85 juta. Dari hasil pemeriksaan penunjang USG
didapatkan VU terisi cukup, tampak uterus ukuran dalam batas normal, tampak lesi
hipoechoic dengan gambaran ground glass appearance ukuran 10.4 x 7 x 6cm kesan
dari adneksa kiri, . Dari hasil lab USG tersebut, ditemukannya lesi adanya lesi
hipoechoic sinistra dengan gambaran ground glass appearance berukuran 10.4 x 7 x
6cm mendukung penegakan diagnosa kista coklat sinistra.
 Penatalaksanaan yang tepat pada pasien ini adalah menyembuhkan gejala
dan menghilangkan penyebabnya. Pada pasien ini kemudian dilakukan
kistektomi dan miomektomi per laparoskopi. Pada saat pasien dilakukan
operasi, didapatkan hasil tidak tampak tuba dan ovarium kanan karena telah
dilakukan SOD tahun 2011, sementara tuba kiri dalam batas normal,
kemudian tampak ovarium kiri membesar dengan ukuran 10x10 cm,
terdapat kista ovarii ukuran 10x5 cm dan 10x7 cm. Ditegakkan diagnosis
kista ovarii sinistra dan mioma uteri subserosa dan diputuskan dilakukan
kistektomi sinistra dan miomektomi.
American Society. Endometriosis a guide for
patienthttp://www.asrm.org/Patient/patientbooklets/endometriosis.pdf [diakses
Februari 2019]
Baziad,Ali dkk.1993. Endokrinologi Ginekologi. Jakarta.Media Aesculapius
Bulun SE. Endometriosis. N Engl JMed 2009;360:268-79.
Buyalos RP, Agarxval SK. Endometriosis-associated infertility. Curr Opin Obstet
Gynecol 2000:12:377- 81.
Cramer DW, Missmer SA. The epidemiology of endometriosis. Ann NY Acad Sci.
2002;955:11-22.
Endometriosis Research Foundation. Diagnosing
endometriosis,.http://www.endometriosis.org/endometriosis.html [diakses Februari
2019]
Jones. Derek Llewellyn.2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi. jakarta.
hipokrates
Kapoor D, Davila. Endometriosis: Treatment & Medication.
http//www.emedicine.com [diakses Februari 2019]
Lee BM, The Endometriosis cyst.http://ezinearticles.com/?Cyst-Endometriosis---Cyst-in-the-Walls-of-the-Womb&id=1794678
[diakses Februari 2019]
Martin DC. Endometriosis staging.http://www.memfert.com/endostage.htm [diakses Februari 2019]
Moore, Hacker.2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta.Hipokrates
NHS Evidence, Annual Evidence Update on Endometriosis Epidemiology
andaetiology.http://www.library.nhs.uk/womenshealth/ViewResource.aspx?resID=258981&tabID=290&catID=11472 [diakses
Februari 2019]
Oepomo TD. Concentration of TNF-α in the peritoneal fluid and serum of endometrioticpatients.
http://www.unsjournals.com/DD0703D070302.pdf [diakses Februari 2019]
Olive DL, Pritts EA. The treatment of endometriosis: a review of the evidence. Ann NY Acad Sci. 2002; 995:360-372.
Overton C, Davis C, McMillanL, Shaw R. An Atlas Of Endometriosis, 3rd ed. London:Informa Healthcare, 2007. p.2-3, 36
Rayburn, F. William.2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Widya medika
Speroff L, Fritz M. Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2005.
Stoppler MC, Endometriosis http://www.medicinenet.com/endometriosis/page3.htm#tocg [diakses Februari 2019]Kapoor D,
Davila. Endometriosis: Treatment & Medication. http//www.emedicine.com [diakses Februari 2019]
 Sud S, Tulandi T. Endometriosishttp://www.obgyn.net/medical.asp?
page=/english/pubs/features/mcgill-student-projects/endometriosis.
london.1999 [diakses Februari 2019]
 Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP, 2002. p.314-36
 Wiknjosastro, hanifa.2005. Ilmu Kandungan. Jakarta.yayasan bina pustaka
 Wellbery C. Diagnosis and Treatment of Endometriosis
1999;http://www.aafp.org/afp/991015ap/contentshtml[diakses 12 Oktober
2012]

Anda mungkin juga menyukai