Anda di halaman 1dari 40

BPPV (Benign Paroxismal Positional Vertigo)

Dokter Pembimbing : dr. A. Hari Haksono Sp. THT-KL, Sp. KP


Koas : Riska Ayu Wibaweni 03013169
Identitas pasien
 Nama : Nn. INL
 No. MR : 118733
 Jenis Kelamin : perempuan
 Tanggal Lahir/usia : 09/11/1993, 24 tahun
 Pekerjaan :-
 Status pernikahan :-
 Pendidikan :-
 Agama : Islam
 Alamat : Asr. Jatayu I/A-10 RT. 10 RW. 04
Halim Perdana Kusuma
Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis

 Lokasi : Ruang Poli THT

 Tanggal/Waktu : 09 mei 2017


Anamnesis
 Keluhan utama

Pusing berputar sejak 1 bulan yang lalu setelah keluar


dari rumah sakit post rawat inap dengan vertigo.

• Keluhan Tambahan

Pasien merasa pusing saat berubah posisi, pasien juga


batuk pilek sejak 3 minggu yang lalu. Mual dan muntah
disangkal. Telinga terasa berdenging sejak keluar dari
rumah sakit post rawat inap dengan vertigo.
Riwayat penyakit sekarang
 Pasien datang dengan keluhan pusing berputar sejak
1 bulan yang lalu setelah keluar dari rumah sakit post
rawat inap dengan vertigo. Pasien merasa pusing
terus dirasakan dan berhubungan dengan adanya
perubahan posisi kepala. Pasien tidak merasa mual
dan muntah. Pasien juga mengeluh hidung terasa
sakit saat terkena udara AC, dan pasien juga bersin-
bersin.
 Pasien merasa telinga berdenging sejak post rawat
inap 1 bulan yang lalu. Tidak ada nyeri menelan,
sesak nafas, maupun suara serak. Pasien semenjak
post rawat inap dengan vertigo belum ada perbaikan
terhadap pusing yang dirasakan.
Riwayat penyakit dahulu

 Pasien pernah mengalami keluhan yang serupa sejak 2 tahun


yang lalu, yaitu merasa pusing berputar. Pasien sudah diberi
obat tetapi sampai sekarang pusing masih sering dirasakan.
Pasien sering berobat ke dokter dengan keluhan yang sama,
dan dirawat 1 bulan yang lalu di RSAU dr. esnawan antariksa
dengan vertigo. Pasien juga sering mengeluh pilek dan hidung
mampet sejak 1 tahun yang lalu. Pasien memiliki hipertensi
tidak terkontrol. Pasien hanya meminum obat hipertensi saat
merasakan pusing.
Riwayat Penyakit Keluarga
 Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tensi : 138/87 mmHg
 Pernafasan : 18x/ menit
 Suhu : 36,5 0C
 Nadi : 75x/menit
 Berat Badan : 70 kg
 Tinggi Badan : 155 cm
 Telinga :
 AS : Serumen +
 AD : dbn

 Hidung : sekret +/+

 Tes Keseimbangan
 Tes rhomberg : + terganggu, pasien jatuh kesatu sisi
kanan
 uji Dix Hallpike : pasien merasa pusing saat perubahan
posisi kepala ke kanan. Nistagmus sulit dinilai.
RESUME
 Seorang wanita berusia 24 tahun datang ke Poliklinik THT
dengan keluhan pusing berputar sejak 1 bulan yang lalu setelah
keluar dari rumah sakit post rawat inap dengan vertigo. Pasien
merasa pusing terus dirasakan dan berhubungan dengan
adanya perubahan posisi kepala. Pasien tidak merasa mual dan
muntah. Pasien juga mengeluh hidung terasa sakit saat terkena
udara AC, dan pasien juga bersin-bersin.

 Pasien merasa telinga berdenging sejak post rawat inap 1 bulan


yang lalu. Tidak ada nyeri menelan, sesak nafas, maupun suara
serak. Pasien semenjak post rawat inap dengan vertigo belum
ada perbaikan terhadap pusing yang dirasakan. Pasien pernah
mengalami keluhan yang serupa sejak 2 tahun yang lalu, yaitu
merasa pusing berputar. Pasien memiliki hipertensi tidak
terkontrol. Pasien hanya meminum obat hipertensi saat
merasakan pusing.
RESUME
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya sekret
putih pada konka media kanan dan kiri, serta
didapatkan serumen pada telinga kiri. Pada tes
keseimbangan didapatkan tes Romberg positif jatuh
ke salah satu sisi kanan, dan tes dix Hallpike pasien
merasa pusing berputar saat terjadi perubahan
posisi kepala kekanan. Nistagmus sulit dinilai.
DIAGNOSIS BANDING
 Meniere’s disease
 Neuritis
 Neuroma akustikus

 DIAGNOSIS KERJA
BPPV KSS posterior kanan + rhinosinusitis
kronis
 USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
o X-foto mastoid
o Kultur bakteri dari mukosa nasal
o X-foto sinus paranasal posisi Waters

 PENANGANAN
 Medika mentosa
 Betahistine 2x6 mg
 Cefixime 2x100 mg
 Cetirizine 1x10 mg
 Dexamethasone 3x5 mg
 EDUKASI
Melakukan maneuver Epley saat dirumah
Menghindari paparan debu atau AC dengan
memakai masker
Minum obat dan melakukan irigasi secara teratur
Kontrol ulang 1 minggu kemudian

 PROGNOSIS
Ad Vitam : bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
ANATOMI TELINGA

Telinga luar Telinga tengah Telinga dalam


(auris eksterna) (auris media) (auris interna)

Labirin ossea :
Auricula Cavum timpani • canalis semicircularis anterior
• canalis semicircularis posterior
Meatus akustikus Tulang-tulang • canalis semicircularis lateral
eksterna Pendengaran : • Vestibulum
• Maleus • cochlea
• Incus
• stapes Labirin membranosa :
ductus semicircularis anterior
ductus semicircularis posterior
ductus semicircularis lateral
utriculus, sacculus
ductus cochlearis
Telinga dalam

Telinga dalam

 Labirin membranosa Pada labirin ossea terdapat Vestibulum


berisi cairan endolimf. berhubungan dengan rongga timpani
 Antara labirin tulang melalui suatu membran yang dikenal
dengan labirin sebagai tingkap oval (fenestra ovale).
membranosa terdapat Setiap saluran semisirkularis
cairan perilimf.(3) mempunyai pelebaran atau ampula.
• Koklea merupakan tabung berpilin mirip rumah siput.
• Sumbu koklea tulang di sebut mediolus.
• Tonjolan tulang yang terjulur dari modiolus membentuk tabung spiral
dengan suatu tumpukan tulang yang disebut lamina spiralis.
• Lamina spiralis ini terdapat pembuluh darah dan ganglion spiralis,
• Pada labirin membranosa terdapat ductus cochlearis mengandung organ Corti
yang merupakan organ pendengaran.
 3 sistem yang mengelola pengaturan
keseimbangan tubuh :
1. sistem vestibular,
2. sistem propioseptik, dan
3. sistem visual.

Apparatus sistem vestibuler perifer adalah


terdapat di telinga tengah dan dalam,
terdiri dari :
- Tulang
- membrane labirin
- sensor gerakan dari sistem vestibuler
yaitu sel-sel rambut.

Tiap kanalis semisirkularis melebar


ujungnya disebut ampula, dimana terdapat
reseptor sistem vestibuler yaitu krista
ampularis.(9)
 Membrane labirin terdapat 3 duktus KSS dan 2 organ
otolith (utrikulus dan sakulus).
 Kedua organ otolith mengandung epitel sensorik yaitu
macula yang mengandung sel-sel rambut dan berisi
endolimph.
 Otolith terdiri dari kalsium karbonat.
Fisiologi keseimbangan
VERTIGO

DEFINISI VERTIGO
 Vertigo berasal dari bahasa latin “vertere” yaitu
memutar.

 Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan


seseorang atau lingkungan sekitarnya seperti rasa
pusing(dizziness), rasa berputar.
Dizziness

Fisiologis Patologis

Mabuk darat Vertigo presyncope


Mabuk angkasa
Mabuk laut disequilibrum

Vestibuler Non-vestibuler

Perifer Sentral

Tumor
Labirin n.vestibularis
Infark brainstem
infeksi

BPPV Meniere’s disease Neuroma Neuritis


akustikus
 KLASIFIKASI DIZZINESS
1. Fisiologis : mabuk gerakan, mabuk ketinggian, mabuk
angkasa, mabuk darat.
2. Patologis :
1. Presyncope : rasa akan pingsan (terganggunya sistem
kardiovaskular).
2. Disequilibrum : tungkai tak stabil (terganggunya sistem
serebral, spinal).
3. Vertigo : rasa berputar (terganggunya sistem
vestibular, visual, propioseptif).
a. Vertigo vestibuler : rasa berputar yang timbul pada
gangguan vestibuler.
Vertigo vestibuler perifer :
lesi pada labirin : BPPV, Meniere’s disease
nervus vestibularis : neuritis, neuroma akustikus
Vertigo vestibuler sentral : lesi pada nuclei
vestibularis batang otak, thalamus sampai kekorteks
serebri. Contoh : Tumor, epilepsi, infeksi, infark
brainstem.
b. Vertigo non vestibuler : rasa berputar, goyang,
melayang yang timbul pada gangguan sistem
propioseptif atau sistem visual. Contoh : Kelainan
refraksi, glaucoma, alkoholisme.
BPPV

 BPPV berasal dari bahasa latin “Benignus” terdiri dari


kata bonus = baik , genus = asal tidak berbahaya dan
“Paroksismal” = sering tapi singkat.

 BPPV adalah gangguan klinis yang sering terjadi


dengan karakteristik serangan vertigo diperifer,
berulang dan singkat, sering berkaitan dengan
perubahan posisi kepala dari tidur, melihat ke atas,
kemudian memutar kepala.(10,11)
EPIDEMIOLOGI BPPV

 Pada populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11


sampai 64 per 100.000 (2,4%).

 Studi yang dilakukan oleh Bharton 2011, prevalensi


akan meningkat setiap tahunnya berkaitan dengan
meningkatnya usia sebesar 7 kali atau seseorang
yang berusia di atas 60 tahun dibandingkan dengan
18-39 tahun.

 BPPV lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-


laki.(12)
Trauma, infeksi, idiopatik, fr.risiko usia tua kadar Ca<

PATOFISIOLOGI BPPV
Kalsium karbonat/otokonia mudah terlepas dari macula utriculus (dapat timbul berulang)

Menempel pada kupula di KSS Beredar bebas di KSS (KANALITIASIS)


(KUPULOLITIASIS) (lebih sering KSS post karna
paling rendah)
Terjadi pergerakan endolimf

Terjadi stimulasi ampula pada ujung KSS

VERTIGO Terjadi ketidakseimbangan

Rangsangan ke N. vestibular

Nucleus vestibular

Medulla oblongata

Korteks serebri  eferent

N. III, N. IV, N. VI tidak dapat mengontrol

NISTAGMUS
KRITERIA DIAGNOSIS BPPV
 Vertigo vestibuler rekuren
 Durasi serangan <1menit
 Gejala bisa diprovokasi oleh perubahan posisi
kepala :
 Dari duduk ke telentang
 Miring kekanan/kiri saat telentang
 Atau minimal dua maneuver (merebahkan
kepala, telentang lalu duduk, membungkuk
kedepan)
 Tidak disebabkan penyakit lain (tidak ada deficit
neurologis, tidak menggunakan obat-obatan).
 DIAGNOSA BANDING
 Meniere’s disease : hidrops endolimf, terjadi
penurunan pendengaran yaitu tuli
sensorineural, episodic, tidak dipengaruhi posisi,
tinnitus.
 Labirinitis : terjadi selama beberapa hari,
gangguan pendengaran, akibat infeksi virus,
tinnitus.
 Headache : terasa sakit preorbital, dapat
menjalar keleher dan wajah, singkat tapi
berulang, karna stress, panas.
 Neuroma akustikus : tes kalori +, nistagmus,
SNHL, foto mastoid : kanalis austikus
memendek
 PENATALAKSAAN
 Farmakoterapi(10) :
 DOC : Histaminik : Betahistine 3x6 mg
 Ca entry blocker : Flunarizine 1x50 mg
 Antihistamin :  Dimenhydrinate 3x50 mg
 Benzodiazepin :  Diazepam 3x5mg
 NON-FARMAKOLOGI
 Manuver Epley
 Manuver Brandt-Daroff
 Manuver Semont
 Manuver Lempert
1. Manuver Epley
• Pasien diminta untuk
menolehkan kepala ke sisi yang
sakit 45°
• lalu pasien berbaring dengan
kepala tergantung dan
dipertahankan 1-2 menit.
• Lalu kepala ditolehkan 90° ke
sisi sebaliknya, dan posisi
supinasi berubah menjadi
lateral decubitus dan
dipertahankan 30-60 detik
• Kemudian duduk kembali.
2. Metode Brandt-Daroff
• Pasien diminta duduk tegak di tepi
tempat tidur dengan kaki
tergantung.
• Kedua mata ditutup dan dengan
cepat berbaring pada salah satu
sisi tubuh selama 30 detik, dan
duduk tegak kembali.
• Setelah 30 detik proses tersebut
diulang dengan tubuh dibaringkan
ke sisi lain.
• Latihan ini dilakukan 5 kali pada
pagi hari, 5 kali pada malam hari,
hingga 2 hari berturut-turut tidak
timbul vertigo lagi.
3. Manuver semont
 Diindikasikan untuk
pengobatan kupulolitiasis
kanan posterior.
 Kepala dimiringkan 45° ke
sisi yang sehat, lalu cepat
berbaring dan
dipertahankan selama 1-3
menit.
 Lalu pindah ke posisi
berbaring sisi berlawanan
tanpa kembali ke posisi
duduk lagi.
• Diindikasikan untuk BPPV tipe kanal
lateral.
• Berguling 360°, posisi supinasi lalu
menolehkan kepala 90° ke sisi yang
sehat, lalu membalikkan badan ke
posisi lateral decubitus.
• Lalu menoleh ke bawah dan tubuh
mengikuti ke posisi ventral decubitus.
• Pasien kemudian menoleh kembali
90° dan tubuh kembali ke posisi
lateral decubitus lalu kembali ke
posisi supinasi.
• Masing-masing gerakan
dipertahankan 15 detik untuk migrasi
lambat dari partikel-partikel sebagai
respon terhadap gravitasi.
 Diindikasikan pada BPPV tipe kanal lateral. Untuk
mempertahankan kekuatan dari posisi lateral
decubitus pada sisi telinga yang sakit dan
dipertahankan selama 12 jam.
Operasi
 Operasi dilakukan pada pasien BPPV yang telah
menjadi kronik dan sangat sering mendapat
serangan BPPV yang hebat, bahkan setelah
melakukan maneuver.

 Terdapat dua pilihan intervensi dengan teknik


operasi :
1. singular neurectomy (transeksi saraf ampula
posterior)
2. oklusi kanal posterior semisirkular. Namun lebih
dipilih teknik dengan oklusi karena teknik
neurektomi mempunyai risiko kehilangan
pendengaran yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, EA. Et al. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok


Kepala-Leher. In : Soetirto I, Hendramin H, Bashiruddin J.
Gangguan Pendengaran (Tuli). FKUI. Ed 7. Hal 10-13
2. Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., Head & Neck
Surgery Otolaryngology. Lippincot Williams & Wilkins. 4th
Edition. 2006..
3. Johnson KE. Histologi & Biologi Sel. Quick Review.
Binarupa Aksara. Hal 474-75
4. Paulsen F, Waschke J. Sobotta Atlas Anatomi Manusia.
Kepala, Leher, dan Neuroanatomi. Jilid 3. EGC. Hal 155
5. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar
Penyakit THT (BOIES Fundamentals of Otolaryngology).
Edisi 6. Balai Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997.
6. Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical
Otolaryngology. 2001. Mosby Yaer Book.
7. Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics.
Posted January 8th, 2002. Available at Retrived from
http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html
8. Earwax : Review and Clinical Update March 26, 2008 Available at
Retrieved from http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax
9. Sherwood L. Fisiologi Manusia. Pendengaran dan Keseimbangan.
EGC. Ed 6. Hal 230-42
10.Bhattacharya N, Baugh FR, Orvidas L. Clinical Practice Guideline :
BPPV. Otolaryongology-Head and Neck Surgery. 2008. Hal 47-81
11. Bittar et al. BPPV: Diagnosis and Treatment. International
Tinnitus Journal. 2011. Hal 135-45
12.Fife DT. BPPV. Semin Neurol Journal. 2009. Hal 500-508
13.Teixeira LJ, Pollonio JN, Machado. Manuvers for the treatment of
BPPV : a systemic review. Brazilian Journal of
Otorhinolaryngology. 2006. Hal 130-8.

Anda mungkin juga menyukai