Anda di halaman 1dari 51

SEMINAR ISI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN DESAIN FLAT PLATE


TOWER D – E
CIBUBUR VILLAGE APARTMENT

OLEH:
INDAH PRASETIYA RINI (10307061)

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
AGUSTUS 2010
LATAR BELAKANG

Inovasi Untuk
Mencari
Alternatif Jenis
Pertumbuhan Pembangunan Struktur
Ekonomi di Infrastruktur Bangunan yang
Indonesia di Indonesia Ekonomis dan
Dapat
Menghemat
Waktu Dalam
Pengerjaannya =
Flat Plate
TUJUAN PENULISAN

Merencanakan ulang tower D dan E pada proyek Cibubur Village


Apartment, yang semula merupakan struktur yang terdiri dari kolom,
balok dan pelat, menjadi sistem konstruksi flat plate (tanpa balok).
Adapun aspek yang ditinjau dalam perencanaan struktur yaitu:
1. Analisis gempa statik ekivalen, yaitu pengecekan terhadap waktu
getar struktur
2. Analisis gempa dinamik
3. Analisis kinerja struktur terhadap gempa statik dan gempa dinamik
a. Pengecekan simpangan akibat beban gempa
b. Pengecekan kinerja batas layan
c. Pengecekan kinerja batas ultimit
4. Perencanaan tulangan pelat
5. Perencanaan tulangan kolom
6. Perencanaan slab-column joint
BATASAN PENULISAN
1. Perencanaan tower D – E Cibubur Village Apartment yang meliputi:
a. Perencanaan struktur atas
b. Perencanaan dimensi dan penulangan pada konstruksi flat plate
2. Perencanaan tower D – E Cibubur Village Apartment ini mengikuti
peraturan PPIUG 1983, SNI 03 – 2847 – 2002, SNI 1726 – 2002
3. Pada penulisan tugas akhir ini, bangunan yang direncakan berada di
Jakarta, sehingga Cibubur Village Apartment ini berada pada zone
gempa 3 berdasarkan SNI 1726 – 2002
4. Jumlah tingkat pada gedung yang direncanakan adalah di atas 10
lantai, dan tinggi bangunan lebih dari 40 m, maka berdasarkan SNI
03 – 2847 – 2002, bangunan dikategorikan sebagai struktur gedung
tidak beraturan, pengaruh gempa rencana harus ditinjau sebagai
pengaruh pembebanan gempa dinamik, sehingga analisisnya harus
dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik
LOKASI TUGAS AKHIR
Jalan Radar Auri No. 4, Cibubur, Jakarta Timur

Gambar Lokasi Tugas Akhir


FLAT PLATE
TIPE PELAT DUA ARAH

Gambar Flat Plate Gambar Waffle Slab

Sumber: James G. MacGregor, 1997


TIPE FLAT PLATE (Lanjutan)

Gambar Flat Slab Gambar Pelat Dua Arah dengan Balok

Sumber: James G. MacGregor, 1997


PENGERTIAN FLAT PLATE

Flat plate merupakan salah satu sistem pelat dua arah yang
merupakan pelat beton pejal dengan tebal merata yang
mentransfer beban secara langsung ke kolom pendukung tanpa
bantuan balok atau kepala kolom (drop panel) atau drop panel
(Jack C. McCormac, 2001). Flat plate dicirikan oleh tidak adanya
balok-balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok-balok
tepi pada tepi-tepi luar lantai boleh jadi ada atau tidak ada.
Sehingga dapat dikatakan bahwa flat plate merupakan suatu pelat
beton yang diperkuat dalam dua arah sedemikian hingga
meneruskan bebannya secara langsung ke kolom-kolom yang
mendukungnya (Chu-Kiawang, Charles G. Salmon, 1992).
PENGERTIAN FLAT PLATE (Lanjutan)

Pelat datar sangat ekonomis penggunaannya untuk bentang 15-20


ft (4,5-6 m). Untuk bentang yang lebih besar, dapat digunakan
sistem waffle slab. Waffle slab digunakan pada kisaran bentang
25-40 ft (7,5-12 m). Untuk memperkuat pelat terhadap gaya
geser, pons dan lentur, bagian-bagian kritis pelat yaitu di sekitar
kolom penumpu, perlu dipertebal, sistem ini disebut dengan pelat
slab (flat slab). Bagian penebalan pada sistem flat slab disebut
drop panel, sedangkan untuk penebalan yang berbentuk kepala
kolom disebut column capital. Flat slab digunakan untuk kisaran
bentang 20-30 ft atau sekitar 6-9 m (James G. MacGregor, 1997).
PENGERTIAN FLAT PLATE (Lanjutan)
Konstrusi flat plate umumnya digunakan pada bangunan yang memiliki
beban struktur yang relatif ringan. Pelat datar mungkin merupakan
sistem pelat yang paling umum dipakai saat ini, seperti hotel beton
bertulang bertingkat banyak, motel, apartemen, rumah sakit, asrama
atau bangunan sejenis lainnya.
Pelat datar kemungkinan akan menimbulkan masalah transfer geser di
sekitar kolom. Dengan kata lain, ada bahaya dimana kolom akan
menembus pelat. Oleh karena itu, seringkali perlu memperbesar
dimensi kolom atau ketebalan pelat atau menggunakan shearhead.
Shearhead terbuat dari baja I atau kanal yang ditempatkan dalam pelat
melintasi kolom. Selain shearhead, penggunaan pelat tiang (drop
panel) bermanfaat dalam mengurangi tegangan geser pons yang
mungkin ditimbulkan oleh kolom terhadap pelat, dan penebalan ini
juga meningkatkan besarnya momen lawan di tempat-tempat dimana
momen-momen negatif terbesar.
KEUNTUNGAN FLAT PLATE

1. Dapat dibuat dengan cepat karena bekisting dan susunan


tulangan yang sederhana
2. Ketinggian gedung bertingkat berkurang karena lantai yang
tipis, langit-langit yang rata permukaannya merupakan faktor
yang mempengaruhi ekonomi secara keseluruhan
3. Jendela-jendela dapat dibuat sampai sisi bawah pelat, dan
tidak ada balok-balok yang menghalangi cahaya dan sirkulasi
udara
4. Tidak adanya sudut yang tajam memberikan ketahanan dalam
kebakaran yang lebih besar karena bahaya pengelupasan beton
dan menganganya tulangan dapat berkurang.
JALUR KOLOM DAN JALUR TENGAH
Pelat dua arah melentur dengan bentuk permukaan seperti
mangkuk jika dibebani dalam dua arah. Oleh karena itu, pelat ini
harus ditulangi dalam kedua arah dengan tulangan berlapis tegak
lurus satu dengan lainnya. Jalur kolom adalah pelat dengan lebar
di setiap sisi garis tengah kolom sama dengan ¼ dimensi panel
terkecil ℓ1 atau ℓ2. Jalur tengah adalah bagian pelat diantara dua
jalur kolom.
Bagian dari momen yang diterima jalur kolom dan jalur tengah
diasumsikan tersebar merata pada seluruh jalur. Persentase
momen yang dipikul oleh jalur kolom tergantung pada kekakuan
efektif dari jalur kolom dan pada aspect ratio ℓ1/ℓ2 (dengan ℓ1
adalah panjang bentang pusat ke pusat, dari tumpuan-
tumpuannya dalam arah momen yang ditinjau dan ℓ2 adalah
panjang bentang pusat ke pusat, dari tumpuan-tumpuannya dalam
arah tegak lurus terhadap ℓ1).
JALUR KOLOM DAN JALUR TENGAH
(Lanjutan)

Gambar 2. Jalur Kolom dan Jalur Tengah


TEBAL MINIMUM PELAT UNTUK KONTROL
LENDUTAN
Berdasarkan SNI 03 – 2847 – 2002, tebal minimum pelat tanpa
balok interior yang menghubungkan tumpuan-tumpuanya dan
mempunyai rasio bentang panjang terhadap bentang pendek yang
tidak lebih dari dua, harus memenuhi ketentuan yang
dicantumkan pada Tabel 1, dan tidak boleh kurang dari nilai
berikut:
1. Pelat tanpa penebalan (drop panel) tidak boleh kurang dari 120
mm.
2. Pelat dengan penebalan (drop panel) tidak boleh kurang dari
100 mm.
TEBAL MINIMUM PELAT UNTUK KONTROL
LENDUTAN (Lanjutan)

Tabel Tebal Minimum Pelat Tanpa Balok Interior


DISTRIBUSI MOMEN DALAM PELAT

Gambar Momen untuk Flat Plate Tanpa Balok Sisi


DISTRIBUSI MOMEN DALAM PELAT
(Lanjutan)

Tabel Distribusi Momen Total Terfaktor


DISTRIBUSI MOMEN DALAM PELAT
(Lanjutan)
Tabel Persentase Momen Rencana
Negatif Interior yang Ditahan oleh
Jalur Kolom

Tabel Persentase Momen Rencana


Negatif Eksterior yang Ditahan oleh
Jalur Kolom

Tabel Persentase Momen Rencana


Positif yang Harus Ditahan oleh
Jalur Kolom
LENDUTAN IZIN MAKSIMUM
Tabel Lendutan Izin Maksimum
ALUR PERENCANAAN

MULAI

PENGUMPULAN DATA OUTPUT PROGRAM

ANALISIS DATA PENULANGAN

ESTIMASI DIMENSI SELESAI

PEMBEBANAN

ANALISA STRUKTUR DENGAN


BANTUAN PROGRAM

Gambar Alur Perencanaan Struktur


ANALISIS GEMPA STATIK EKIVALEN DENGAN
BANTUAN PROGRAM ETABS V.9.04.
ALUR PERENCANAAN
MULAI

PEMODELAN

INPUT BEBAN MATI TAMBAHAN DAN BEBAN HIDUP

REDUKSI BEBAN HIDUP


HUNIAN (APARTEMEN) = 0,3 (PPIUG 1983)

MEMPERLAKUKAN PELAT YANG DIMODELKAN SEBAGAI


LANTAI DIAFRAGMA KAKU

JALANKAN PROGRAM (RUN ANALYSIS)


DIDAPAT: BERAT BANGUNAN, PUSAT MASSA DAN
KEKAKUAN

A
ALUR PERENCANAAN (Lanjutan)
Tabel Berat Struktur per Lantai
ALUR PERENCANAAN (Lanjutan)
A
HITUNG WAKTU GETAR ALAMI (T = ζ x n = 0,18 x 15 = 2,7 det.)

GAYA GESER DASAR NOMINAL


C1 IWt
V
R

DISTRIBUSI GAYA GESER HORISONTAL GEMPA


Wi .z i
Fi  n
V
 W .z
i=1
i i

MASUKKAN GAYA KE TITIK EKSENTRISITAS GEDUNG

JALANKAN PROGRAM, DIDAPAT SIMPANGAN TIAP LANTAI,


DAPAT T-RAYLEIRH
B
ALUR PERENCANAAN (Lanjutan)

ANALISIS KINERJA BATAS LAYAN (∆s), SYARAT:


(0,03/R)/hi atau 30 mm
Diambil yang terkecil

ANALISIS KINERJA BATAS ULTIMIT (∆m), SYARAT:


0,02 x hi

SELESAI
WAKTU GETAR ALAMI

Gambar Respons Spektrum


Gempa Rencana untuk Wilayah
Gempa 3
GAYA GESER NOMINAL

C1 IWt
V
R


 0,122 113.043.175, 71
6,5
 245.256,30 kg
DISTRIBUSI GAYA GESER HORISONTAL
GEMPA
Tabel Distribusi Gaya Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung
ARAH PEMBEBANAN GEMPA
Tabel Distribusi Gempa Statik X
ARAH PEMBEBANAN GEMPA (Lanjutan)
Tabel Distribusi Gempa Statik Y
ANALISIS WAKTU GETAR STRUKTUR
DENGAN CARA T-RAYLEIGH
Tabel Perhitungan T – Rayleigh dalam Arah X (Tx)
ANALISIS WAKTU GETAR STRUKTUR
DENGAN CARA T-RAYLEIGH (Lanjutan)
Tabel Perhitungan T – Rayleigh dalam Arah Y (Ty)
Kontrol Kinerja Batas Layan (∆s)
Tabel Kontrol Kinerja Batas Layan Akibat Beban Gempa Statik
Kontrol Kinerja Batas Ultimit (∆m)
Tabel Kontrol Kinerja Batas Ultimit Akibat Beban Gempa Statik
ANALISIS GEMPA DINAMIK DENGAN BANTUAN
PROGRAM ETABS V.9.04.
Modal Participating Mass Ratios
Tabel Hasil dari Modal Participating Mass Ratios

Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan 9 modes saja sudah melebihi 90%, sudah
mampu memenuhi syarat partisipasi massa sesuai SNI – 03– 1726 – 2002.
Nilai Akhir Respons Spektrum dan Beban Gempa
Statik Ekivalen Arah X dan Y
Tabel Nilai Akhir Respons Spektrum dan Beban Gempa Statik Ekivalen Arah X dan Y

Maka dari hasil di atas dapat dipastikan nilai akhir dari respons spektrum telah
memenuhi SNI – 03 – 1726 – 2002 dengan syarat Vdinamik ≥ 0,8 Vstatik.
Demikian telah disimpulkan bahwa untuk konfigurasi bangunan gedung,
gempa dinamik lebih menentukan. Sehingga selanjutnya pada tahap
perancangan struktur akan digunakan beban gempa dinamik.
Kontrol Kinerja Batas Layan (∆s) Akibat Beban
Gempa Dinamik
Tabel Kontrol Kinerja Batas Layan Akibat Beban Gempa Dinamik
Kontrol Kinerja Batas Ultimit (∆m) Akibat Beban
Gempa Dinamik
Tabel Kontrol Kinerja Batas Ultimit Akibat Beban Gempa Dinamik
PERENCANAAN TULANGAN
PERENCANAAN PELAT TIPE S1 (EKSTERIOR)

Gambar Penulangan Pelat Tipe S1


PERENCANAAN PELAT TIPE S2 (INTERIOR)

Gambar Penulangan Pelat Tipe S2


PERENCANAAN KOLOM

Gambar Penulangan C358 Lantai 1 Grid H – 2


SLAB COLUMN JOINT (INTERIOR)

Gambar Slab-Column Joint (Interior)


SLAB COLUMN JOINT (EKSTERIOR)

Gambar Slab-Column Joint (Eksterior)


KESIMPULAN
1. Pada perencanaan gedung tidak beraturan dilakukan analisis gempa
dinamis.
2. Tebal pelat yang diambil (160 mm) sudah cukup memenuhi syarat
lendutan yang diberikan oleh SNI 03 – 2847 – 2002.
3. Analisis gempa dinamik yang dilakukan dengan bantuan program
ETABS v.9.0.4 menghasilkan:
a. Partisipasi massa 90% (dengan 9 modes) sesuai syarat yang
ditentukan dalam SNI-03-1726-2002.
b. Vdinamik ≥ 0,8 Vstatik (Tabel 17).
4. Aspek kenyamanan juga terpenuhi karena nilai kinerja batas layan
terbesar yang didapat adalah 8,4 mm (arah x) dan 7,2 mm (arah y),
nilai ini memenuhi syarat drift yang ditentukan yaitu sebesar 13,85
mm. Kinerja batas ultimit terbesar yang didapat adalah 36,7 mm
(arah x) dan 20,7 mm (arah y), nilai ini memenuhi syarat drift yang
ditentukan yaitu sebesar 60 mm.
KESIMPULAN (Lanjutan)

5. Hasil perhitungan pelat menunjukkan bahwa pelat tipe S1


dengan tulangan lentur arah x dan y menggunakan tulangan
D13 sudah cukup mewakili kondisi tipe pelat lantai yang lain.
6. Hasil perhitungan kolom didapat tulangan lentur D19 dan
tulangan geser D10.
7. Analisis perhitungan slab column joint (interior dan eksterior)
menghasilkan konektor sebanyak 3 lapis dengan menggunakan
tulangan D10.
DAFTAR REFERENSI

Chu-Kia Wang dan G., Salmon, Charles. 1992. Disain Beton


Bertulang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Erny Harianti dan Pamungkas, Anugrah. 2009. Gedung Beton
Bertulang Tahan Gempa Sesuai SNI 03 – 1726 – 2002 dan SNI
03 – 2847 – 2002 dengan Bantuan Program ETABS Versi
9.0.7. Surabaya: Penerbit ITS Press.
Ir. Sudarmoko, M.Sc dan Aswin, Muhammad. 1994. Perancangan dan
Analisis Kolom Bertulang. Yogyakarta: Biro Penerbit.
MacGregor, James G. 1997. Reinforcement Concrete Mechanics and
Design. United State.
McCormac, Jack C. 2001. Desain Beton Beton Bertulang. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Mosley, W., H., dan Bungey, J., H. 1989. Perencanaan Beton
Bertulang. Jakarta: Penerbit Erlangga.
DAFTAR REFERENSI (Lanjutan)

Nawy, Edward G. 1990. Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar.


Bandung: Penerbit PT. Eresco.
PPIUG 1983. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung.
Bandung: Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.
SNI 03 – 2847 – 2002. Tata Cara Perhitungan Beton untuk Struktur
Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.
SNI 03 – 1726 – 2002. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung. Jakarta: Badan Standarisai
Nasional.
Tavio dan Kusuma, Benny. 2009. Desain Sistem Rangka Pemikul
Momen dan Dinding Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa.
Surabaya: Penerbit ITS Press.
Tumilar, Steffie. 2004. Panel Pertemuan dari Balok dan Kolom Portal
Struktur Beton. Advanced Reinforce Concrete.
..TERIMA KASIH..

Anda mungkin juga menyukai