Bentuk Klinis
Marasmus
Kwashiorkor
Marasmus-Kwashiorkor
Beratnya penyakit
Malnutrisi Ringan
Malnutrisi Sedang
Malnutrisi Berat
ETIOLOGI
HIPOTERMIA
• TEMP AKSILA < 35o C atau
• TEMP REKTAL < 35,5o C
• Vitamin A po :
Hari I : < 6 bln : 50.000 U
6 – 12 bln : 100.000 U
> 12 bln : 200.000 U
Hari II: 200.000 U
2 minggu lagi : 200.000 U
Bila infeksi/ulkus okuli beri tetes saline 0,9%,
tetrasiklin tetes 4 x/hari, atropin tetes, bebat mata
• Asam folat po : 5 mg
• Vitamin B, C, D, E, dan K po
• Mulai tambahkan besi po pd fase rehabilitasi
Tanda infeksi tdk jelas,
Tanda infeksi tdk jelas, Komplikasi (-)
Komplikasi (-)
⇩
⇩ Ampicilin 50 mg/Kg/6jam im/iv
Cotrimoxazol Selama 2 hari → lalu Amoxicilin
Po 2 x/hari selama 5 hari Po 15 mg/Kg/8 jam
Dosis Selama 5 hari
Trimetoprim +
5 mg/Kg/hari Gentamycin 3,75 mg/Kg/12 jam
iv selama 7 hari
Terapi spesifik thd disentri, malaria, Tbc, cacing,
infeksi telinga, kulit, saluran kemih, dll
INFEKSI TERAPI
Diare persisten Metronidazole, Susu bebas laktosa
Disentri Cotrimoxazole, Asam nalidiksik
Otitis Media Cotrimoxazole, Ampicilin
Pneumonia Cotrimoxazole, Ampicilin/Amoxicilin
Saluran kemih Cotrimoxazole, Ampicilin/Amoxicilin
Kulit Bilas PZ, Polivodine iodine zalf, Benzatin, Penicilin
Kandidiasis Naistatin Zalf, Ketokonazole
Skabies Lidane Lotion, Benzil benzoat lotion
Cacing Mebendazole, Pirantel/Piperazine
TBC OAT
Malaria Klorokuin, Kinin, Pirimetamin sulfadoxin
KURANG ENERGI PROTEIN BERAT ALGORITME PENANGANAN KEP BERAT
Sumber : Penilaian, Pengobatan, dan Rehabilitasi
Penilaian Z skore tinggi thd BB < -3 SD Anak dng KEP Berat (DR.Dr.Hananto Wiryo, Sp.A
Fase Follow Up
7 - 24 minggu
IDENTITAS
Ibu Ayah
Nama Ny. ida Tn. Saifudin
Umur 35 tahun 42 tahun
Pendidikan SD SMP
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Tukang Bangunan
MRS
Thorax :
Inspeksi : Retraksi (-), pergerakan dinding dada
simetris
Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris, vocal
fremitus simetris
Perkusi : Pulmo : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi:
Pulmo : vesikuler (+/+) , Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : BU (+) meningkat
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : massa (-), H/R/L tidak teraba,
turgor kulit normal
Ekstremitas
Tungkai Atas Tungkai Bawah
Edema + + + +
Pucat + + + +
Kelainan bentuk - - - -
Pembesaran KGB
Axilla - - - -
Inguinal - - - -
DIAGNOSIS
Antibiotik
Ampisilin IV 150mg/6jam
Gentamisin IV 45mg/24jam
Mulai pemberian makanan
F75 diberikan sebanyak 608 kkal/hari diencerkan
dalam cairan 608cc/hari, dibagi dalam 12 kali
pemberian/24jam
Berikan F75 50 kkal dalam 50cc air/2jam/NGT
Vitamin A 100.000 SI dosis tunggal
Terapi dermatosis pada leher:
Kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan
KmnO (kalium-permanganat) 1% selama 10 menit
Usahakan agar daerah perineum tetap kering
Beri preparat Zn 1x1tablet peroral
Terapi GEA non dehidrasi:
Berikan Cairan Resomal 100ml tiap kali BAB
PEMBAHASAN
Pasien didiagnosis dengan Gizi Buruk tipe
Kwashiorkor.
perhitungan BB/TB, BB/U dan TB/U berdasarkan
kurva pertumbuhan WHO: [-2] SD.
klinis gizi buruk yang ditemukan pada pasien antara
lain adanya edema bilateral yang penyebab lainnya
telah disingkirkan, tampakan moon face (wajah
terlihat bulat dan sembab), tampak pucat, dan
rambut berubah warna menjadi kecoklatan.
perhitungan berdasarkan klasifikasi McLarren klinis
pasien mendapat nilai 12.
Kondisi penyerta ISPA Atas, Anemia sedang
Hipokromik Mikrositer e.c Deffisiensi Fe, dermatosis,
GEA non dehidrasi dan oedema anasarka.
Tatalaksana pada pasien ini dapat meliputi
pemberian makanan untuk perbaikan gizi dan
mengatasi masalah penyerta yang ada.
Pada tahap awal biasanya faali hemostasis pasien
gizi buruk kurang sehingga pemberian makan perlu
hati-hati. Dianjurkan diberikan dalam porsi kecil dan
sering serta rendah laktosa. Regimen yang diberikan
pada tahap stabilisasi berupa f75 dan dilanjutkan
dengan F100 untuk tumbuh kejar setelah minggu
pertama.
Penanganan kondisi penyerta meliputi penanganan
infeksi dengan pemberian antibiotik Ampisilin IV selama
2 hari, dilanjutkan dengan oral sampai 7 hari, ditambah
dengan gentamisin IM selama 7 hari.
Untuk kondisi anemia dapat diberikan supplement Fe
yang dapat mulai diberikan setelah minggu kedua
pengobatan.
Dermatosis pada kulit ditatalaksana dengan kompres
bagian kulit yang terkena dengan larutan KmnO (kalium -
permanganat) 1% selama 10 menit, beri salep atau krim
(Zn dengan minyak katsor), usahakan agar daerah
perineum tetap kering, dan dapat pula ditambah dengan
pemberian preparat Zn peroral untuk mengatasi
defisiensi Zn yang umumnya terjadi.
GEA non dehidrasi ditatalaksana dengan pemberian cairan
resomal tiap kali BAB encer sebanyak 100ml, dan pemberian
preparat Zink sebanyak 1 tablet/hari.
Pada pasien juga ditemukan adanya edema anasarka dimana
dari pemeriksaan penunjang ditemukan adanya
hipoalbuminemia yang dapat merupakan salah satu
kemungkinan penyebab munculnya edema. Meski ditemukan
adanya edema ansarka dan hipoalbuminemia, pemberian
diuretic atau transfuse albumin untuk mengatasi edema pada
Gizi buruk tidak diperlukan.
Pada keadaan malnutrisi energi protein, jantung menjadi
lebih kecil, tipis dan memiliki stroke volume yang lebih kecil.
Ginjal juga dipengaruhi sehingga mempersulit ekskresi
natrium dan cairan yang berlebihan. Hal ini menyebabkan
sirkulasi yang berlebihan dibandingkan normal. Pada tingkat
sel, membran menjadi lebih permeabel oleh karena
kerusakan oksidatif. Juga, oleh untuk menghemat energi
jumlah pmpa NA -K pada membran sel dikurangi dan pompa
yang tersisa lebih lambat bekerja. Hal ini menyebabkan
natrium terakumulasi di dalam sel dan kalium ke luar yang
mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit.
Ketidakseimbangan elektrolit menyebabkan gagal jantung,
sehingga natrium harus dibatasi dan magnesium dan kalium
harus ditambah. Diuretik menyebabkan kekurangan kalium
yang lebih parah dan tidak boleh diberikan pada pasien.
Edema yang terjadi pada pasien dengan malnuntrisi energi
protein merupakan suatu keadaan yang multifaktorial.
Umumnya keadaan ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
elektrolit (retensi natrium dan defisiensi kalium). Namun teori
klasik juga yang mengatakan bahwa intake protein yang tidak
adekuat yang menyebabkan kadar albumin plasma yang
berkurang. Golden et al melakukan penelitian tentang
hubungan albumin plasma dan edema nutrisional, dengan
mengobservasi perubahan pada kadar albumin pada pasien
dengan pemulihan edema akibat diet yang direstriksi. Oleh
karena tidak adanya perbedaan konsentrasi albumin sebelum
dan sesudah pemulihan edema, maka disimpulkan bahwa
pengurangan edema tidak berhubungan dengan kadar
albumin pada pasien dengan MEP.