▪ Jenis umum sebagian luka bakar adalah luka akibat panas. Jaringan
lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu diatas 115F (46C).
Luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama
kontak. Sebagai contoh, pada kasus luka tersiram air panas pada
orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari
shower dengan suhu 68,9C dapat menimbulkan luka bakar yang
merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi cedera derajat-tiga
(full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar
panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang
menyebabkan pembentukan oksigen relative yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan keilangan
cairan seta viskositas plasma meningkat dengan menghasilkan suatu
informasi mikrotrombus.
Klasifikasi
Ketebalan Kontak dengan bahan Kering disertai kulit mengelupas. Putih, kering, hitam, Tidak sakit, sedikit
sepenuhnya (tingkat cair atau padat. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah coklat tua. sakit.
III) Nyala api. kulit yang mengelupas.
Hitam. Rambut mudah
Kimia. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis,
lepas bila dicabut.
Kontak dengan arus tidak membesar. Merah.
listrik. Meluas ke daerah epidermis, dermis dan
jaringan subkutis.
Luas Luka Bakar
▪ Rules of Nine
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal
dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
▪ Kepala dan leher : 9%
▪ Lengan masing-masing 9% : 18%
▪ Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
▪ Tungkai masing-masing 18% : 36%
▪ Genetalia/perineum : 1%
▪ Total : 100%
Metoda telapak tangan
Pada banyak pasien yang mengalami luka bakar
menyebar, metode yang dipakai untuk
memperkirakan presentase luka bakar adalah
meode telapak tangan (palm method). Lebar
telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1%
luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan
dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar
(Amirsheybani, 2001).
Berat Ringannya Luka Bakar
American Burn Association membagi dalam:
▪ Untuk mengkaji beratnya luka bakar
harus dipertimbangkan beberapa a. Yang termasuk luka bakar ringan (minor):
faktor antara lain:
1) Tingkat II : kurang dari 15% Total Body
a. Persentasi area (Luasnya) luka Surface Area pada orang dewasa atau kurang
bakar pada permukaan tubuh. dari 10% Total Body Surface Area pada anak-
anak.
b. Kedalaman luka bakar.
2) Tingkat III : kurang dari 2% Total Body Surface
c. Anatomi lokasi luka bakar. Area yang tidak disertai komplikasi.
e. Riwayat pengobatan yang lalu. 1) Tingkat II : 15% - 25% Total Body Surface
Area pada orang dewasa atau kurang dari
f. Trauma yang menyertai atau 10% - 20% Total Body Surface Area pada
bersamaan. anak-anak.
2) Tingkat III : kurang dari 10% Total Body
Surface Area yang tidak disertai komplikasi.
c. Yang termasuk luka bakar kritis (mayor):
1) Tingkat II : 32% Total Body Surface Area atau lebih pada orang dewasa
atau lebih dari 20% Total Body Surface Area pada anak-anak.
2) Tingkat III : 10% atau lebih.
3) Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga, kaki dan perineum.
d. Luka bakar pada jalan pernafasan atau adanya komplikasi pernafasan.
e. Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
f. Luka bakar yang disertai dengan masalah yang memperlemah daya tahan tubuh
seperti luka jaringan linak, fractur, trauma lain atau masalah kesehatan
sebelumnya..
American college of surgeon
membagi dalam:
a. Parah – critical:
1) Tingkat II : 30% atau
lebih.
2) Tingkat III : 10% atau
lebih.
3) Tingkat III pada tangan, kaki
dan wajah.
4) Dengan adanya komplikasi
penafasan, jantung,
fractura, soft tissue yang
luas.
b. Sedang – moderate:
1) Tingkat II : 15 – 30%
2) Tingkat III : 1 – 10%
c. Ringan – minor:
1) Tingkat II : kurang 15%
2) Tingkat III : kurang 1%
Indikasi Rawat Inap
1. Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada
fase ini, seorang penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat
relatif life thretening. Dalam fase awal penderita akan mengalami
ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme
bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam
48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian
utama penderiat pada fase akut.
2. Fase Sub-Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber
panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
• Proses inflamasi dan infeksi.
• Problem penutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang
atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ –
organ fungsional.
• Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut
akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Penatalaksanaan
▪ Prinsip penanganan luka bakar adalah dengan menutup lesi sesegera mungkin, pencegahan infeksi
dan mengurangi rasa sakit. Pencegahan trauma pada kulit yang vital dan elemen didalamnya dan
pembatasan pembentukan jaringan parut (Kapita Selekta Kedokteran, 2002).
▪ Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut:
▪ Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan napas (airway), pernapasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation).
▪ Periksa jalan napas.
▪ Bila dijumpai obstruksi jalan napas, buka jalan napas dengan pembersihan jalan napas (suction dan lain
sebagainya), bila perlu lakukan trakeostomi atau intubasi.
▪ Berikan oksigen.
▪ Pasang intravena line untuk resusitasi cairan, berikan cairan ringer laktat untuk mengatasi syok.
▪ Pasang kateter buli – buli untuk pemantau diuresis.
▪ Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik.
• Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venous pressure/CVP) untuk pemantauan
sirkulasi darah, pada luka bakar ekstensif.
• Periksa cedera seluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya cedera inhalasi,
luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan dapat yang diperlukan
untuk resusitasi dapat ditentukan. Terapi cairan lebih diindikasikan pada luka bakar derajat 2
dan 3 dengan luas >25%, atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan dapat dihentikan bila
masukkan oral dapat menggantikan parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk
menghitung kebutuhan cairan pada penderita luka bakar, yaitu:
a. Cara Evans.
Untuk menghitung jumlah cairan pada hari pertama hitunglah :
1) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc NaCl (1)
2) Berat badan (kg) x % luka bakar x 1cc larutan koloid (2)
3) 2000 cc glukosa 5% (3)
Separuh dari jumlah (1), (2) dan (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan cairan setengah dari hari pertama. Pada hari ketiga berikan cairan setengah
dari hari kedua. Sebagai monitoring pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis.
b. Cara Baxter.
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah cairan hari pertama dihitung dengan
rumus = %luka bakar x BB (kg) x 4cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam selanjutnya. Hari pertama diberikan larutan ringer laktat karena terjadi hipotermi. Untuk hari kedua di
berikan setengah dari jumlah hari pertama.