Anda di halaman 1dari 22

Pengelolaan

Sampah dan
Pengendalian
Vektor
“SIPUT”
Kelompok 2
Rahma Risandi 1611212007
Nia Audalina 1611212012
Fitria Ramadhani 1611212014
Fahruly Alhamda 1611212015
Mutiara Devica 1611212018
Cindy Rahma Putri 1611212035
Athia Khairiyah 1611212039
Neisha Regina Hardy 1611212042
Miftahul Jannah 1611212045
M. Ibnul Fajri 1611212047
Raihanil Muthia A 1611212049
A. Identifikasi Vektor Biologi Siput
Siput merupakan nama yang secara
umum dipakai untuk amggota kelas molusca
gastropoda. Molusca berarti bertubuh lunak,
sedangkan gastropoda mengacu pada bentuk
tubuh siput yang dibedakan berdasarkan ada
atau tidaknya cangkang.
Karakteristik dari siput air :
 Hidup di sungai, kolam, air tawar
 Hidup secara heterotrof
 Invertebrata
 Berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya
 Bergerak lambat dengan kaki (gerakan kaki seperti
gelombang karena kontraksi otot <posterior  anterior>
 Tubuh dilindungi oleh cangkang tunggal
 Tubuh panjang, lembab, dan licin
 Makroskopik (5-7 cm untuk terbesar)
 Reproduksi secara seksual (fertilisasi)
Perilaku bertelur di Lymnaea
Tiga fase perilaku bertelur dapat dibedakan (Hermann et al.,
1994).
Fase pertama adalah fase istirahat di mana hewan berhenti
bergerak, sedikit kontrak kakinya dan menarik shell sebagian
atas tentakel.
Fase Kedua yaitu perilaku berbalik dan serak, mendominasi
selama fase berikutnya, yang berlangsung selama 1 jam atau
lebih. Beralih perilaku sebelum bertelur hanya melibatkan shell
dan mantel; kaki tetap di tempatnya.
Pada tahap akhir bertelur, binatang itu bergerak perlahan-lahan
maju sementara massa telur menolak dan mendorongnya
terhadap substrat.
Tubuh Siput Air
Lanjutan...
Fungsi Tubuh:
 Kaki : merupakan penjuluran bagian ventral yang
berotot untuk bergerak merayap atau menggali.
 Massa viseral : merupakan kumpulan sebagian
besar organ tubuh (organ pencernaan, ekskresi dan
reproduksi) yang dilindungi oleh mantel.
 Mantel : membentuk rongga mantel yang berisi
cairan, tempat lubang insang, ekskresi, dan anus.
Dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang.
Peran Lymnaea sp.
Perannya merugikan karena menyebabkan
penyakit yaitu sebagai inang perantara
cacing Fasciola hepatica, yang
merupakan parasit pada organ hati
manusia dan hewan (hepatitis).
B. SIKLUS HIDUP
Terdiri dari 3 Tahap.
 Masa Bertelur
Siput jantan akan membuahi sel-sel telur yang tedapat
didalam tubuh induk betina. Kemudian induk betina akan
bertelur dan menepatkannya di tepi kolam, tonggak kayu.
Telur akan menetas dalam jangka waktu satu hingga
dua minggu sejak di keluarkan. Ketika menetas anak-anak siput
yang masih kecil akan langsung jatuh ke dalam air, pada fase ini
sebenarnya kondisi siput dalam keadaan lemah.
Lanjutan...
 Masa Pertumbuhan Awal.
Setelah menetas siput-siput muda akan
menyebar terbawa oleh air atau berjalan sendiri.
Masa ini adalah masa yang paling sulit untuk
mengendalikannya. Meskipun kehadirannya di
sawah belum begitu membahayakan, namun
wujudnya yang kecil dan sulit di temukan akan
menimbulkan bahaya yang besar ketika mereka
sudah beranjak dewasa. Masa pertumbuhan awal
pada umumnya berkisar antara 15-25 hari.
Lanjutan...
 Masa Pertumbuhan Lanjut.
Masa petumbuhan lanjut adalah masa tahap
berikutnya, yaitu proses pertumbuhan siput dasi muda
manjadi dewasa. Pada fase ini serangan siput di sawah
sudah cukup meresahkan, kerena selain sangat rakus,
dalam waktu yang tidak begitu lama mereka akan
melakukan perkawinan. Pengendalian siput pada masa
pertumbuhan lanjut biasanya cukup efektif dengan
menggunakan jebakan, atau secara mekanis. Pada
umumnya masa pertumbuhan lanjut berlangsung dalam
waktu 26-59 hari.
C. PENULARAN/PENYEBARAN
Pencarian tempat eperindukan diprioritaskan berdasarkan
indikasi-indikasi sebagai berikut:
o Daerah / tempat yang mempunyai habitat yang
memungkinkan keong dapat dengan baik hidup dan
berkembang biak.
o Pada daerah sekitar diketemukannya tikus positif
Schistosoma japonicum dilakukan pencarian tempat
perindukan keong lebih teliti, karena biasanya tidak jauh dari
tempat diketemukannya tikus positif tersebut terdapat fokus
keong.
o Pada daerah dimana penderita schistosomiasis melakukan
kegiatan sehari-harinya seperti mencuci, mandi, bersawah,
mengambil kayu bakar dan lain-lain.
D. Gejala Klinis/ Penyakit yang
Ditularkan
 Schistosomiasis
Schistosomiasis adalah penyakit yang
disebabkan cacing parasit yang hidup di air di daerah
subtropis dan tropis. Gejala penyakit ini biasanya
ditandai dengan bentol berwarna merah yang gatal
pada kulit. Efeknya dapat menyebabkan sakit perut
parah, diare, dan darah dalam air kecing serta tinja.
Dan yang paling parah bisa menyebabkan kematian
jika tidak segera ditangani.
Lanjutan...
Lanjutan...
Gejala bervariasi terhadap spesies cacing dan fase infeksi. Ciri
dan gejala schistosomiasis adalah:
 Banyak parasit dapat menyebabkan demam, menggigil,
pembengkakan kelenjar limfa dan pembengkakan hati dan
limfa.
 Saat cacing pertama kali masuk ke dalam kulit, dapat
menyebabkan gatal dan ruam (swimmer’s itch). Pada kondisi
ini, schistosome hancur di dalam kulit.
 Gejala usus meliputi sakit perut dan diare (mungkin terdapat
darah).
 Gejala urinasi dapat meliputi urinasi yang sering, sakit dan
terdapat darah.
Lanjutan...
 Fascioliasis
Telur Fasciola hepatica menetas dalam 12
hari pada suhu 26°C, sementara telur Fasciola
gigantica menetas dalam 14-17 hari pada suhu 28°C.
Setelah mirasidium menemukan siput, rambut
getarnya akan terlepas dan mirasidium menembus
masuk ke tubuh siput. Dalam waktu 24 jam,
mirasidium berubah menjadi sporosis. Delapan hari
kemudian, sporosis tersebut akan berkembang
menjadi redia.
Lanjutan...
Selanjutnya, redia akan menghasilkan serkaria
dan keluar dari tubuh siput. Serkaria dapat berenang
saat berada di luar tubuh siput, kemudian menempel
pada benda di dalam air. Hewan ternak akan
terinfeksi ketika memakan tumbuhan atau meminum
air yang terkontaminasi serkaria. Di dalam tubuh
ternak, serkaria menjadi cacing muda. Dampak
infeksi ini cukup buruk. Ia bisa membuat
pertumbuhan ternak terhambat, kurus, produktivitas
ternak menurun, bahkan menyebabkan kematian.
E. PENGENDALIAN
 Musuh alami : bebek memakan siput muda. Bebek
ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir
atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35
hari setelah tanam).
 Pemungutan: Pungut siput dan hancurkan telurnya. Hal ini
paling baik dilakukan di pagi dan sore hari ketika siput
berada pada keadaan aktif. Tancapkan tongkat bambu untuk
menarik siput dewasa agar meletakkan telurnya.
 Penggunaan umpan: Tempatkan dedaunan yang menarik
perhatian siput agar pemungutan siput lebih mudah (tanaman
yang memungkinkan adalah: pisang dan pepaya). Letakkan
dedaunan tersebut ditepi-tepi sawah.
Lanjutan...
 Pengolaan air: Saluran saluran air kecil (misalnya, lebar 15-
25 cm dan dalam 5 cm) juga dapat dibuat, setelah persiapan
lahan tahap akhir. Buat saluran-saluran kecil dengan menarik
kantung berisi benda berat dengan interval 10-15 m atau di
sekitar sudut-sudut sawah. Saluran-saluran kecil ini
memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik fokus
untuk mengumpulkan siput atau membunuh siput secara
manual dengan lebih mudah
 Pengunaan tanaman beracun: Tempatkan tanaman beracun
misalnya daun Monochoriavaginalis, daun tembakau, dan
daun Kalamansi di saluran-saluran kecil.
Lanjutan...
 Pencegahan masuk ke sawah: Tempatkan
penyaring dari kawat atau anyaman bambu pada
saluran keluar dan masuk irigasi utama untuk
mencegah masuknya siput. Cara pengendalian ini
kurang efektif karena kebanyakan siput mengubur
dirinya sendiri dan “hibernasi” di sawah ketika
tanah mengering.
Lanjutan...
Pengendalian secara kimia: Gunakan pestisida
yang berbahan aktif niclos amida dan deris. pilih
produk-produk yang tersedia di toko pertanian yang
memiliki kadar racun rendah terhadap manusia dan
lingkungan.
SELESAI...

Anda mungkin juga menyukai