Anda di halaman 1dari 40

Asuhan Keperawatan

Cedera Extremitas Bawah

Disusun oleh:
Nanda Elanti Putri
(131511133128)
DEFINISI
Trauma ekstremitas adalah trauma yang mengakibatkan cedera
pada ekstremitas. Trauma pada satu bagian sistem muskuloskeletal atau
trauma ekstremitas dapat menyebabkan disfungsi struktur di sekitarnya
dan struktur yang dilindungi atau disangganya serta kerusakan pada
otot, pembuluh darah dan saraf.
Mekanisme cedera/trauma antara lain tabrakan/kecelakaan
kendaraan bermotor, penyerangan, jatuh dari ketinggian, cedera saat
olah raga, maupun cedera ketika melakukan pekerjaan rumah tangga.
ETIOLOGI
 Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap
tulang sehingga tulang patah secara spontan.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang
dan kerusakan pada kulit diatasnya.

 Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada


jauh dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan
tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
LOKASI CEDERA
1. PINGGUL

Pinggul dan panggul adalah mekanisme yang mentransfer kekuatan


dari kaki dan membantu menyerap, meredam, melompat, menahan
dampak berjalan atau berlari selain itu memberikan mobilitas seperti:
merangkak, berjongkok, membungkuk, berdiri dan banyak gerakan
lainya. Kebanyakan perlekatan otot paling kuat ditubuh adalah pada
pinggul dan panggul, beberapa macam cedera pinggul seperti Hip
pointer, Adductor tendinosis, Coccygeal fracture, Osteoarthritis (OA),
Pelvic stress fractures, Sacroiliac joint injury.
Hip Pointer
Hip Pointer merupakan memar yang terasa sakit disebabkan oleh benturan
pada luar daerah batas pelvis, khususnya pada daerah garis ikat pinggang
sehingga menyebabkan perdarahan bawah kulit yang dapat mempengaruhi
aktivitas baik berlari maupun berjalan (Paul M. Taylor, 2006: 165).
Fraktur Pelvic
Fraktur ini dapat mengakibatkan hipovolemi akibat kemungkinan kehilangan darah sampai 4 L yang

dapat terjadi karena robekan arteri, kerusakan pembuluh vena pleksus, dan permukaan kanselosa tulang

yang fraktur.

Gejala

 Deformitas eksternal ringan mungkin terjadi, sebagai akibat jaringan lunak yang bertumpuk banyak

 Darah dapat terlihat di meatus dan pada pemeriksaan rectal (cedera rectal, uretra dan kandung kemih

adalah komplikasi fraktur pelvis)

 Ekimosis perineal atau hematoma skrotum mungkin terlihat

 Rotasi abnormal pada panggul atau kaki mungkin ada

 Perdarahan eksternal mungkin teramati pada fraktur terbuka

 Sirkulasi distal mungkin berpotensi terganggu

 Pasien merasa nyeri ketika tekanan diberikan pada Krista iliaka anterior-superior dan simphisis pubis
Fraktur Femural
Fraktur femur bilateral dapat menunjukkan cedera mengancam
jiwa sekunder akibat hipovolemi (kehilangan darah pada setiap
femur mungkin sebanyak 2 L).
Fraktur Tibia dan Fibula
Fraktur tibia dan fibula dapat terjadi bersamaan atau sendiri/sendiri dan umunya akibat benturan

langsung. Tibia umumya fraktur saat jatuh karena sifatnya yang menyokong beban berat tubuh.

Gejala :

 Fraktur tibia dapat dikaitkan dengan memburuknya sindrom kompartemen. #valuasi nyeri

progresif yang tampak hebat pada cedera ringan menetap, nyeri peregangan pasif pada otot

yang terkena, tegangan pada area yang terkena, penurunan sensasi, dan kelemahan tungkai

bawah.

 Pasien dengan fraktur tibia dan fibula yang stabil mungkin dapat menyokong berat tubuh pada

ekstremitas. (emeriksaan posterior tungkai bawah dapat menunjukkan gejala yang konsisten

dengan fraktur.
LOKASI CEDERA
2. LUTUT

Menurut Lars Peterson (2001: 281) Cedera lutut kebanyakan disebabkan oleh tekanan ekstrim yang
secara terpaksa memaksa sendi lutut untuk begerak berputar seperti pada kegiatan yang ditemukan
pada olahraga ski, sepak bola, dan American football. Macam-macam cedera pada lutut terdiri atas: a)
Patellar tendinitis, b) Patella fracture, c) Posterior cruciate ligament tear, d). Pattelofemoral pain, dll.
Fraktur patella umumnya disertai dislokasi akibat transmisi energy tinggi, dan fraktur ini dapat
dikaitkan dengan cedera pembuluh popliteal.
Dislokasi
Merupakan cedera sendi yang serius dan jarang terjadi. Dislokasi terjadi bila sendi
lepas dan terpisah, dengan ujung/ujung tulang tidak lagi menyatu. Bila ujung tulang hanya
berubah posisi secara parsial, cedera disebut subluksasio. Bahu, siku, jari, panggul, lutut dan
pergelangan kaki merupakan sendi/sendi yang paling sering mengalami dislokasi.

Gejala :

• Nyeri hebat pada daerah sendi yang sakit

• Deformitas sendi

• Pembengkakan sendi

• Kehilangan rentang sendi

• Kebas, kehilangan sensasi dan tidak terabanya nadi pada bagian distal cedera (dislokasi
dapat mengganggu fungsi arteri dan saraf dibagian proksimal)
LOKASI CEDERA
3. ANKLE (Pergelangan Kaki)

Ankle Pergelangan kaki terdiri dari tulang talus yang juga dibentuk oleh dua tulang
dari kaki bagian bawah tulang tibia dan tulang kecil fibula yang berjalan di luar kaki ketiga
bagian ini tulang ini sering disebut mortise joint. Gerakan pada ankle dibantu oleh tendo
achilles dibelakang pergelangan kaki. Ankle merupakan bagian tubuh yang pergerakan sendinya
cukup luas, maka dari itu kejadian cedera dalam olahraga sangat riskan terjadi pada bagian ini
hal ini diperkuat oleh pendapat Robert S. Gotlin (2008: 224) ankle memiliki struktur anatomi
yang unik dengan dukungan jaringan lunak yang relatif kecil membuat sendi pergelangan kaki
rentan terhadap cedera olahraga. Macam-macam cedera yang dapat terjadi pada ankle terdiri
atas: a) Ankle sprain, b) Ankle fracture, c) Achilles tendinitis, d) Lower leg stress fracture, e)
Shin Splints, f) posterior tibial tendinitis, dll.
Sindrom kompartemen
Merupakan kondisi kedaruratan yang terjadi ketika tekanan didalam kompartemen

otot meningkat sampai tingkat yang mempengaruhi sirkulasi mikrovaskular dan merusak

integritas neurovascular. Setelah beberapa jam tekanan jaringan nintersitial meningkat diatas

dasar kapiler, yang mengakibatkan iskemia saraf dan jaringan otot. Sindrom ini paling umum

disebabkan oleh edema atau perdarahan kedalam ruang kompartemen karena cedera remuk,

fraktur, kompresi yang lama pada ekstremitas, luka bakar 9listrik, termal: atau gigitan

(binatang, manusia) Penyebab iatrogenic sindrom kompartemen meliputi MAST, manset TD

otomatis, gips atau balutan yang terlalu ketat. Gejala:

 Nyeri progresif dan berat yang melebihi  Penurunan sensasi terhadap sentuhan

kondisi cedera lapisan dibawahnya, nyeri  Bengkak tegang, asimetris

meningkat dengan gerakan pasif otot yang  Parastesi

terkena  Ekstremitas pucat


LOKASI CEDERA
4. Kaki dan Jari-jari

Kaki terdiri dari tulang dan jaringan lunak antara lain kulit, pembuluh darah,
saraf, dan jaringan ikat yang meliputi tendon, dan ligamen (yang menahan dan
memperkuat antar tulang persendian) yang memungkinkan sendi untuk bergerak di
arah tertentu saja. Hindfoot adalah tulang tumit (calcaneus) sedangkan midfoot atau
pertengahan tulang (tarsal), dan kaki depan berisi tulang panjang (metatarsal) yang
mengarah pada jari-jari kaki. Kaki dan jari-jari sebagai tumpuan utama saat aktivitas
berjalan atau berlari yang merupakan bagian tubuh yang riskan terkena cedera
seperti Turf toe, Tarsal tunnel syndrome, Plantar fascilitis, Forefoot neuromas.
Sprain (keseleo)
Sprain (keseleo) merupakan cedera pada sendi yang sering terjadi. Pada keadaan tersebut,
ligament dan jaringan lain rusak karena peregangan atau puntiran yang keras. Usaha untuk
menggerakkan atau menggunakan sendi meningkatkan rasa nyeri. Lokasi yang sering
mengalami sprain (keseleo) meliputi pergelangan kaki atau lutut.
Gejala:
 Peregangan atau robekan  Ligament terputus komplet
kecil pada ligament  Sendi secara nyata
 Pembengkakan dan hemoragi mengalami deformasi
minimal, nyeri tekan lokal  Nyeri tekan dan bengkak
 Tidak ada gerakan sendi  Sendi tidak dapat menopang
abnormal beban
 Robekan parsial ligament  Gerakan sendi sangat
 Nyeri abnormal
 Gerakan sendi abnormal
Tarsal Tunnel Syndrome
Merupakan cedera yang disebabkan oleh tekanan/penempatan syaraf tibial

posterior yang terkurung tepat dibawah tulang pergelangan kaki, sehingga

menimbulkan rasa nyeri yang akan menjalar ke bagian kaki atas atau ke bawah

telapak kaki hingga terasa sampai jempol kaki. (Paul M. taylor, 2006: 104).
Strain (peregangan)
Strain otot, dikenal juga sebagai tarikan otot, terjadi bila otot terlalu meregang
atau robek. Otot punggung sering mengalami strain bila seseorang mengangkat
benda berat.

Gejala :
 Peregangan ringan/robekan minor  Nyeri local, nyeri tekan, bengkak,
 Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, dislokasi dan ketidakmampuan untuk
spasme otot ringan menggunakan tungkai untuk periode
 Peregangan sedang/ peningkatan jumlah lama
serat yang robek  Peregangan hebat/pemisahan komplet
 Nyeri local, nyeri tekan, bengkak, pucat otot dari otot, otot dari tendo, atau
tendon dari tulang
Vulnus (Luka)
Terdapat beberapa jenis luka terbuka:

 Abrasi: lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan darah. Nama lain
untuk abrasi adalah goresan (scrape), road rush, dan rug burn.

 Laserasi: kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini biasanya
disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa

 Insisi: potongan dengan pinggir rata seperti potongan pisau atau teriris kertas

 Pungsi: cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau peluru). Benda
yang menembus dapat merusak organ/organ internal. Risiko infeksi tinggi. Benda
yang menyebabkan cedera tersebut dapat tetap tertanam dalam luka.

 Avulse: potongan kulit yang robek lepas dan menggantung pada tubuh.

 Amputasi: terpotong atau robeknya bagian tubuh


PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Hemoglobin dan hematokrit

Untuk pasien fraktur pelvis, femur, atau multiple, ukur hemoglobin dan hematokrit karena
berpotensi kehilangan darah.

b. Mioglobin urine

Mioglobin urine adalah protein otot yang dilepaskan dari sel ketika sel rusak berat,seperti pada
cedera remuk atau sindrom kompartemen. Mioglobin di ekskresikan kedalam urine dan akan
mengubah urine menjadi coklat kemerahan.

c. Radiografi

Radiografi adalah alat pemeriksaan paling bermanfaat dalam mendiagnosis fraktur. Foto
anteroposterior dan lateral harus dilakukan untuk melihat keseluruhan tulang, baik sendi
proksimal maupun distal.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

d. Arteriogram
Lakukan arteriogram untuk memastikan atau menyingkirkan dugaan cedera
vaskuler pada kasus penurunan atau tidak terabanya nadi.
e. CT Scan
CT scan sering kali digunakan untuk mengidentifikasi fraktur asetabulum
dan untuk mengevaluasi integritas permukaan artikulasi seperti lutut, tangan,
pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
f. MRI
MRI mengidentifikasi kerusakan tulang, ligament, kartilago dan meniscus.
PENATALAKSANAN
Tujuan tindakan penanggulangan cedera musculoskeletal menurut definisi orthopedic adalah untuk mencapai rehabilitasi
pasien secara maksimum dan utuh dilakukan dengan cara medis, bedah dan modalitas lain untuk mencapai tujuan terapi. Ada 4 hal yang
harus diperhatikan :

a. Recognition

Pada trauma ekstremitas perlu diketahui kelainan yang terjadi sebagai akibat cedera tersebut, baik jaringan lunak atau tulangnya.
Dengan mengenali gejala dan tanda pada penggunaan fungsi jaringan yang terkena cedera. Fraktur merupakan akibat suatu kekerasan
yang menimbulkan kerusakan tulang disertai jaringan lunak sekitarnya.

Dibedakan pada trauma tumpul dan trauma tajam, langsung dan tidak langsung. Pada umumya trauma tumpul akan memberikan
kememaran yang difus pada jaringan lunak termasuk ganggguan neurovaskuler yang menentukan vitalitas ekstremitas bagian distal
dari bagian yang cedera.

b. Reduction atau reposisi

Reposisi adalah tindakan untuk mengembalikan jaringan atau fragmen tulang pada posisi semula. Tindakan ini diperlukan guna
mengembalikan kepada bentuk semula sebaik mungkin agar fungsi dapat kembali semaksimal mungkin.

 ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

fiksasi internal dengan pembedahan terbuka akan mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan dengan memasukkan
paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur untuk memfiksasi bagian/bagian tulang yang fraktur secara bersamaan.

 OREF (Open Reduction External Fixation)


OREF (Open Reduction External Fixation)

OREF adalah reduksi terbuka dengan fiksasi internal dimana prinsipnya tulang di transfiksasikan diatas dan di
Keuntungan dan komplikasi Eksternal Fiksasi
bawah fraktur, sekrup atau kawat di transfiksi di bagian proksimal dan distal kemudian dihubungkan satu sama lain dengan suatu

batang lain. Fiksator ini memberikan kenyamanan bagi pasien, mobilisasi awal dan
Indikasi OREF:
latihan awal untuk sendi di sekitarnya sehingga komplikasi karena disuse dan
a. Fraktur terbuka grade II dan III
imobilisasi dapat diminimalkan,
b. Fraktur terbuka yang disertai hilangnya jaringan atau patah tulang yang parah
Sedangkan komplikasinya adalah :
c. Fraktur yang sangat kominutif (remuk) dan tidak stabil
a. infeksi
d. Fraktr di tempat
yang disertai pen pembuluh darah dan saraf
dengan kerusakan

b. kekakuan
e. Fraktur pembuluh
pelvis yang tidak bisa diatasidarah danlain
dengan cara syaraf
f. Fraktur yang terinfeksi
c. kerusakan dimana fiksasi yang
periostium internal parah
mungkinsehingga
tidak cocok. terjadi delayed union atau non union.
g. non union yang memerlukan kompresi dan perpanjangan
d. emboli lemak
h. Kadang-kadang pada fraktur tungkai bawah diabetes melitus
e. overdistraksi fragmen
PENATALAKSANAN

c. Retaining

Retaining adalah tindakan immobilisasi atau fiksasi untuk mempertahankan hasil reposisi dan
memberi istirahat pada spasme otot pada bagian yang sakit agar mencapai penyembuhan
dengan baik. Immobilisasi yang tidak adekuat dapat memberikan dampak pada penyembuhan
dan rehabilitasi.

d. Rehabilitasi

Rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan anggota gerak yang cedera untuk dapat
berfungsi kembali. Falsafah lama mengenai rehabilitasi adalah tindakan setelah tindakan kuratif
dalam mengatasi kendala kecacatan. Rehabilitasi menekankan upaya pada fungsi dan akan
lebih berhasil dilaksanakan sedini mungkin.
WOC
Asuhan Keperawatan Kasus
KASUS

Ny. D berusia 47 tahun dibawa ke UGD RSUA 5 hari yang lalu dengan close fracture tibia 1/3
proximal dekstra, klien mengatakan bahwa ia tersandung portal saat berjalan. Klien terjatuh
dengan posisi miring ke kanan dan kaki kanan tertindih. 3 hari yang lalu klien menjalani operasi.
Ekstremitas kaki kanan terpasang gips dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai
dasar jari kaki, lutut sedikit fleksi, terpasang infuse NaCl 0,9% 20 gtt/menit ekstremitas kanan
atas. Klien nampak meringis, lemah dan kesakitan. Nyeri dirasakan dengan skala 6 dan hanya
dirasakan pada anggota gerak bawah bagian kanan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
sehingga adanya nyeri itu klien mengeluh kesulitan untuk menggerakkan kaki kanannya. Keluhan
dirasa membaik saat klien beristirahat. Klien mengeluh mual dan muntah dengan nafsu makan
baik. Pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil suhu tubuh 36,8°C, TD 130/80 mmHg, Nadi
84x/menit, RR 22x/menit, skala nyeri 6, TB 150 cm, BB 55 kg. Pada pemeriksaan head to toe
klien nampak bersih, penyebaran rambut merata dan berbau, dari mulut klien nampak gigi yang
kotor dan berbau.
2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS: Post Operasi Nyeri akut


-Ny. D mengatakan nyeri kaki pada tungkai kanan bawah hari ke-4 pasca operasi.
P : Nyeri timbul setelah operasi Trauma jaringan (luka insisi)
Q : Klien mengatakan nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk pada tungkai kanan bawah (kaki
yang di gips) Terputusnya kontinuitas jaringan
R: Klien mengatakan nyeri dirasakan pada tungkai bawah kaki kanan
S: Klien mengatakan sakit yang dirasakannya mengganggu aktivitas, Pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin,
skala nyeri :6 (PNRS) bradikinin, serotonin)
T: Nyeri timbul tiba-tiba dan pada saat digerakkan, berlangsung 5-10 menit
saat nyeri muncul. Ditangkap reseptor nyeri perifer
DO:
Tanda-tanda vital : Rangsangan reseptor medulla spinalis
TD : 130/80 mmHg
HR : 84 x/i Persepsi nyeri (korteks serebri)
RR: 22 x/i
T : 36,8 °C Nyeri akut
-kaki sebelah kanan terpasang gips dari perbatasan sepertiga atas dan tengah paha sampai
dasar jari kaki,lutut sedikit fleksi.
-Klien terlihat meringis kesakitan terutama saat melakukan pergerakan.
-pasien mengalami nyeri sedang.

2 DS: Post operasi Hambatan Mobilitas


-Ny. D mengatakan bahwa kaki sebelah kanan nya belum bisa digerakkan,sakit saat Fisik
digerakkan. Pemasangan gips
-Ny. D mengatakan pada jari kaki kanan terasa kebas.
DO: Immobilisasi
-Ny D tampak lemah
-Ny. D terbaring di tempat tidur dan aktivitas seperti makan,berpakaian dibantu perawat Keterbatasan gerak
-Ny. D dimandikan dengan cara di lap oleh perawat
-Ny. D terpasang kateter dan pampers Hambatan mobilitas fisik

3 DS: Post Operasi Defisit Perawatan


-NY. D mengatakan belum mampu bergerak bebas Diri
-Ny. D mengatakan belum mampu mandi sendiri, berpakaian, toileting, dan belum bisa Pemasangan gips
beraktivitas
DO: Immobilisasi
-Ny.D mandi 2 kali sehari
-Ny.D mandi dibantu perawat dengan cara di lap Keterbatasan gerak
-Rambut Ny. D tampak kurang bersih, berminyak, berketombe, dan kusam
-Gigi tampak kurang bersih, dan ada karies pada gigi Tirah baring

Defisit perawatan diri


3. MASALAH KEPERAWATAN

 Nyeri akut

 Gangguan mobilitas fisik

 Defisit perawatan diri

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan ditandai dengan keluhan


nyeri pada tungkai bawah kanan dengan skala nyeri : 6.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan fiksasi


eksternal ditandai dengan keterbatasan gerak.

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan tungkai


bawah ditandai dengan tirah baring pada klien
5. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1 Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan hubungan teraupetik dengan klien. 1. Membangun hubungan yang baik terhadap klien.
keperawatan selama 1 x24 jam nyeri 2. Atur posisi imobilisasi pada tungkai 2. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan
berkurang. bawah(memberi posisi yang nyaman) fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri
Kriteria hasil : 3. Kaji skala nyeri yang dialami pasien dengan pada tungkai bawah.
- Melaporkan nyeri hilang/terkontrol. PQRST 3. Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
- Tampak rileks. 4. Monitor tanda-tanda vital. pilihan/keefektifan intervensi.
- Mampu untuk tidur/istirahat dengan 5. Berikan lingkungan yang tenang untuk mengurangi 4. Nyeri yang berkelanjut akan berdampak pada peningkatan
tepat. peningkatan nyeri, yaitu mengurangi kebisingan tanda-tanda vital. Merupakan indikator/derajat nyeri, tidak
disekitar ruangan. langsung yang dialami.
6. Ajarkan teknik relaksasi untuk tindakan 5. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari luar dan
pengendalian nyeri, yaitu tarik nafas dalam. meningkatkan istirahat atau relaksasi.
6. Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian,
dan dapat meningkatkan kemampuan koping.

2 Setelah dilakukan tindakan 1. Atur posisi imobilisasi pada tungkai bawah. 1. Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi pergerakan
keperawatan selama 1 x 2. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada fragmen tulang yang menjadi unsur utama penyebab nyeri
24 jam mampu melaksanakan ekstremitas yang tidak sakit. pada tungkai bawah.
aktivitas fisik sesuai dengan 3. Bantu klien melakukan latihan ROM ekstremitas 2. Gerakan aktif memberikan massa,tonus,dan kekuatan
kemampuannya. bawah terutama pada jari kaki. otot,serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.
Kriteria hasil : Kolaborasi 3. Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai
- Klien dapat ikut serta dalam 4. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih kemampuan.
program latihan fisik klien 4. Kemampuan mobilisasi,ekstremitas dapat ditingkatkan
- Tidak mengalami kontraktur sendi dengan latihan fisik dari tim fisioterapi.
- Kekuatan otot bertambah
- Klien menunjukkan tindakan untuk
meningkatkan mobilitas
3 Perawatan diri klien dapat terpenuhi. 1. Monitor kemampuan klien dalam perawatan diri 1. Membantu dalam merencanakan pemenuhan secara
Kriteria Hasil: secara mandiri. individual
- klien dapat menunjukkan perubahan 2. Pantau kebutuhan klien untuk kebersihan pribadi, 2. Mengarahkan klien dalam kebersihan diri.
gaya hidup berpakaian, toileting, dan makan. 3. Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan
untuk kebutuhan merawat diri 3. Dorong klien untuk melakukan aktivitas normal kebutuhan secara Individual.
-mampu melakukan aktivitas sehari-hari dengan tingkat kemampuan. 4. Meningkatkan perasaan makna diri,meningkatkan
perawatan diri sesuai dengan tingkat 4. Mengarahkan klien dalam kebersihan diri. kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha secara
kemampuan, dan mengidentifikasi Kolaborasi kontinu.
individu/masyarkat yang dapat 5. Kolaborasi dengan keluarga untuk mendorong 5. Meningkatkan kemandirian klien untuk berusaha secara
membantu. kemandirian klien,namun campur tangan ketika kontinu.
klien tidak mampu melakukannya.

Anda mungkin juga menyukai