Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

 Di era golbalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan


dan Keselamatan Kerja (K3) di setiap tempat kerja.
Termasuk RS.
 Untuk itu kita perlu mengembangkan dan
meningkatkan K3 disektor kesehatan utk menekan
serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit
yang timbul akibat hubungan kerja
 Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari
karyawan/pekerja di sektor kesehatan tidak
terkecuali di RS akan terpajan dengan resiko bahaya
di tempat kerjanya.
MASALAH K3 di RS

 Resiko ini bervariasi mulai dari yang paling ringan


sampai yang paling berat
 Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah
Sakit, sekitar 1.505 Nakes wanita di Rumah Sakit
Paris  gangguan muskuloskeletal (16%) di mana
47% berupa nyeri di daerah tulang punggung dan
pinggang.
 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit  566
perawat wanita mengalami gejala neoropsikologi
antara lain berupa mual, kelelahan, kesemutan,
keram pada lengan dan tangan.
Kasus akibat kecelakaan kerja di RS
◦ Terhadap tenaga kesehatan
 Sprains, strains (52 %)
 Contussion, crushing, bruishing (11%)
 Vulnus laserasi, ictum (10,8%)
 Fraktur (5,6%)
 Trauma multipel (2,1%)
 Luka bakar (2%)
 Infeksi (1,3 %) : Hepatitis, HIV/AIDS
 Dermatitis (1,2%)
 Dll. (12,4%)
◦ Terhadap non tenaga kesehatan
 Kecelakaan kerja
 Infeksi Nosokomial
Tujuan dan Manfaat K3 di RS
 Tujuan
◦ Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yg sehat, aman, nyaman
& dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.
 Manfaat
◦ RS
 meningkatkan mutu pelayanan
 Mempertahankan kelangsungan operasional RS
 Meningkatkan citra RS
◦ Bagi karyawan RS
 Melindungi karyawan dari penyakit Akibat Kerja (PAK)
 Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
◦ Bagi pasien dan pengunjung
 Mutu layanan yg baik
 Kepuasan pasien dan pengunjung
 UU No. 1 th. 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3, 4, 8, 9, 11, 12
 KepMen Tenaga Kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang
disempurnakan dengan Kepmen Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84
 KepMen Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli
Keselamatan Kerja
 KepMenkes No. 432/Menkes/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di RS
 KepMenkes No.382/Menkes/SK/III/2007 tentang pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi di RS dan fasilitas kesehatan lainnya.
 UU No. 23 th. 1992 tentang Kesehatan
→ Draf RUU Kesehatan 2009
 Draft UU Rumah Sakit Tahun 2009
 Persyaratan RS
◦ Lokasi (pasal 8) , bangunan (pasal 9), prasarana (pasal 11),
sumber daya manusia (pasal 12 & 13), kefarmasian (pasal 15) dan
peralatan RS (pasal 16)
 Pasal 12
◦ RS harus memiliki tenaga tetap:
 Tenaga medis dan penunjang medis
 Tenaga keperawatan
 Tenaga kefarmasian
 Tenaga manajemen RS
 Tenaga non kesehatan
◦ Serta Tenaga tidak tetap dan konsultan
 Pasal 13
◦ Tenaga medis wajib memiliki Surat Izin Praktik atau surat izin
sesuai dengan ketentuan profesi / UU yang berlaku
UU Rumah Sakit Tahun 2009
 Kewajiban Rumah Sakit (pasal 29)
◦ Memberi yankes yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif
◦ Berperan aktif dalam yankes bencana
◦ Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
penanggulangan bencana
◦ Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi
semua petugas RS dalam melaksanakan tugas

UU Kesehatan
 Bab XII tentang Kesehatan Kerja
◦ Berlaku pada setiap pekerja
◦ Di sektor formal & non formal
◦ Pengelola bertanggung jawab atas kecelakaan kerja di
tempat kerja
1. Identifikasi faktor yang berpotensi
berbahaya
2. Evaluasi faktor yang berpotensi
berbahaya
3. Kontrol thd faktor yang berpotensi
berbahaya
 Safe Hospital merupakan suatu sistim yang
melindungi pasien, pengunjung dan staff
rumah sakit dari potensi bahaya di rumah
sakit.
 Safe Hospital diharapkan siap dan sanggup
menyediakan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan pada kondisi gawat darurat atau
bencana
 Fasilitas kesehatan perlu membentuk emergency planning
committee, yang bertanggung jawab menyusun dan
menerapkan program kesiapsiagaan gawat darurat di RS
(hospital disaster plan).
 Pelatihan pelayanan bedah gawat darurat bagi tenaga
kesehatan non bedah, diperlukan apabila terjadi korban
massal
 Pemilihan lokasi Rumah Sakit dengan resiko bencana alam,
kimia dan lingkungan yang lebih rendah atau minimal dan
konstruksi gedung RS tahan gempa
 Assestment keamanan terhadap fasilitas kesehatan yang telah
berfungsi oleh tenaga kesehatan gawat darurat, pakar desain
fasilitas kesehatan serta arsitek ahli
 Perlindungan terhadap infrastruktur, peralatan serta
keamanan staff dan pasien akan memungkinkan fasilitas
kesehatan berfungsi lebih efektif pada saat kegawatdaruratan
berlangsung serta dapat menyelamatkan lebih banyak jiwa
(alur evakuasi dalam RS)
 Faktor Kimia
◦ Efeknya tergantung pada:
 Konsentrasi dan lama pajanan
 Jalan masuk ke tubuh: pernafasan (inhalasi), kulit (kontak), pencernaan
(tertelan), mata (semprotan gas air mata)
 Sifat fisik dan kimiawi bahan tsb
◦ Diperlukan mapping resiko bencana kimia di daerah tsb
 Faktor Fisik
◦ Panas (pengaturan sistem pendingin sentral atau lokal)
◦ Bising (internal: mesin broiler, External: lalu lintas)
◦ Radiasi Meng-ion (deteksi tingkat radiasi)
◦ Pencahayaan (di area gelap: ruang gelap Ro, daerah yg menyilaukan:
dissability glare)
 Faktor Psikososial
◦ Gangguan seperti kecemasan, depresi, job dissatisfaction
◦ PTSD akibat bencana
◦ Maladaptive behavioral atau lifestyle patterns
◦ Chemical dependencies dan alcohol abuse
JALAN MASUK BAG EMERGENCY RS
SIAPKAN SHOWER (digunakan tempat parkir)
DIGUNAKAN SBG AREA DEKONT.

GUNAKAN APP
Kontrol Infeksi di RS
Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian
Infeksi di RS:
 Standart Precaution
◦  pada semua pasien/orang yg dtg ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mengurangi risiko
penularan mikroorganisme dari sumber infeksi.
◦ Mengikuti alur transmisi  pasien yang dirawat
inap di RS sampai diagnosis penyakit Infeksi
tersebut dapat dikesampingkan terutama bila
penularan melalui kontak, droplet, airborne (selain
darah)
 Langkah Utama:
◦ Menyediakan jarak antara pasien satu dengan yang lain
◦ Melindungi permukaan mukosa mulut dan hidung
◦ Melakukan hand hygiene
 Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
◦ Hand Hygiene
◦ Personal protective equipment (PPE)
◦ Higiene respirasi / Etika batuk
◦ Pencegahan terhadap kecelakaan akibat jarum dan alat-alat tajam lainnya
◦ Pembersihan dan disinfektasi alat-alat respiratori
◦ Menjaga kebersihan dari lingkungan tempat pelayanan pasien
◦ Penanganan linen dan barang bekas pakai yang baik
◦ Pencegahan Droplet (penggunaan masker)
◦ Pencegahan Kontak (penggunaan gaun dan sarung tangan)
◦ Pencegahan airborne
◦ Pelayanan Post mortem dan autopsi (penggunaan goggles, medical mask
atau face shield, sarung tangan dan sepatu boot)
Jenis Pencegahan dan Pengendalian
(Kewaspadaan) Berdasarkan Alur Penularan
• Kewaspadaan Penularan melalui kontak
– Kontak langsung : kulit dgn kulit
– Kontak tidak langsung : objek yg tercemar
• Kewaspadaan penularan melalui percikan (droplet)
– Melalui Kontak dg konjungtiva, membran mukosa hidung/mulut
(partikel besar > 5 μm) lewat aktivitas bicara, batuk, bersin,
bronkoskopi.
• Kewaspadaan penularan melalui udara (airborne)
– Melalui partikel kecil (≤5 μm) ke udara secara langsung/partikel
debu yg mengandung mikroorganisme.

Tidak pakai
masker
Pasien dgn gejala penyakit pernafasan Tindakan pencegahan &
akut & riwayat terpajan/kontak pengendalian infeksi

1. Pakai masker (mis.masker


Pasien diperiksa di triage bedah) pd pasien.
2. Tempatkan pasien terpisah dari
pasien lainnya.

1. Tempatkan di ruang taersendiri


Pasien dilakukan pemeriksaan utk penyakit
dgn tekanan negatif
menular
2. Petugas memakai APD lengkap
ketika masuk ruangan

Kaji kembali
Pasien dikonfirmasi sbg pasien penyakit infeksi Diagnosis lain tindakan
pencegahan

Terapkan tindakan pencegahan & pengendalian


infeksi lenkap selama periode waktu yg dibutuhkan
sesuai masa penularan
 Limbah Infeksius
◦ Infectious Waste Management Plan
◦ Jenis Limbah Infeksius
◦ Metode Penanganan dan Pemusnahan
◦ Pemisahan Limbah infeksius dan limbah nonifeksius
◦ Pengemasan
◦ Penanganan dan Transportasi
◦ Penyimpanan
◦ Ultimate disposal
 Limbah Non-infeksius
◦ Limbah Kimiawi
◦ Limbah mengandung radio aktif
 Bekerja di lingkungan RS sangat berisko
tinggi
 Political Will dari stakeholder Rumah sakit
(baik pemilik RS, manajemen RS, dll) sangat
penting untuk perlindungan tenaga
kesehatan di RS
 Aspek legal sangatlah penting :

◦ RUU Kesehatan dan RUU RS Dalam proses


Wassalam……..

Anda mungkin juga menyukai