Anda di halaman 1dari 19

TAHAPAN KEBIJAKAN

KESEHATAN

Dr. Guspianto

M AT E R I K U L I A H
A D M I N I S T R A SI DA N K E B I JA K A N K E S E H ATA N
F K M U N JA
Implementasi Kebijakan Kesehatan
(P2)
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

 Government agencies begin the job of making the policy work by


establishing procedures and writing guidance documents.
 Pelaksanaan UU atau kebijakan yang melibatkan aktor,
organisasi, prosedur, dan aspek teknik utk meraih tujuan
kebijakan (Winarno, 2010)
 Basis data dan kesiapan menentukan efektivitas implementasi
Sekuensi Implementasi Kebijakan
 Pada hakekatnya, implementasi kebijakan merupakan cara
agar tujuan kebijakan tercapai.
 Untuk implementasi kebijakan, ada dua pilihan langkah, yaitu:
langsung implementasi dalam bentuk program atau melalui
formulasi kebijakan turunan (derivat) dari kebijakan tersebut:
Konsep Implementasi Kebijakan
 Mrpk ukuran keberhasilan maupun kegagalan suatu kebijakan
 Paling berat, krn masalah yang tidak diprediksi bisa muncul
 Ancaman utama suatu kebijakan : “konsistensi implementasi”
 Implementasi kebijakan berarti mewujudkan suatu keputusan
kebijakan yang memiliki legalitas hukum, bisa berbentuk
perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan
Kepala Daerah, dll atau bentuk program kerja yang merujuk
pada masalah yang akan ditangani oleh kebijakan.
 Penyusunan implementasi hrs cermat  menentukan kinerja
pemerintah, dan hasil implementasi akan diperoleh umpan
balik apakah kebijakan perlu direvisi atau tidak
Faktor Penentu Implementasi
 Bureaucraitic structure (struktur birokrasi):
 Mekanisme, dalam implementasi dibuat Standart Operasional
Prosedur (SOP) sbg pedoman tindakan agar implementasi tidak
melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan.
 Struktur. Struktur yang terlalu panjang dan fragmentasi cenderung
melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur yang rumit
dan kompleks shg aktivitas menjadi tidak fleksibel.
 Resouces (sumber daya):
 Bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan dan aturan, jika
tdk memiliki sumber daya maka implementasi tidak akan efektif.
 Sumber daya berkaitan dengan segala sumber yang digunakan
untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, mencakup:
SDM, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan, dll.
Faktor Penentu Implementasi
 Disposition (sikap pelaksana) :
 Karakter penting yang harus dimiliki pelaksana misalnya kejujuran
dan komitmen tinggi. Kejujuran mengarahkan untuk tetap berada
pada harapan yang digariskan; Komitmen membuat selalu antusias
melaksanakan tugas.
 Communication (komunikasi)
 Komunikasi kebijakan merupakan proses penyampaian informasi dari
pembuat kebijakan (policy makers) ke pelaksana (policy implementors)
agar memahami isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target group)
kebijakan, sehingga implementasi berjalan efektif.
 Komunikasi mencakup dimensi : tranformasi informasi (transmisi),
kejelasan informasi (clarity) dan konsistensi informasi (consistency).
Aktor Implementasi Kebijakan
 Birokrasi: sebagai agen administrasi yang bertanggung jawab pada
implementasi kebijakan. Peran birokrasi yang dominan sehingga
menjadi aktor yang powerfull.
 Lembaga legislatif: terlibat dalam implementasi kebijakan ketika
menentukan peraturan yang spesifik dan mendetail.
 Lembaga peradilan: dapat terlibat dalam proses implementasi
kebijakan ketika muncul tuntutan masyarakat atas kebijakan publik
yang implementasinya dianggap merugikan masyarakat sehingga
menjadi perkara hukum.
 Kelompok Berkepentingan (penekan): kelompok dalam masyarakat
yang berusaha mempengaruhi berbagai peraturan implementasi utk
memperoleh keuntungan.
 Organisasi Komunitas: termasuk partai politik.
Kegagalan Implementasi
 Unimplemented Policy :
 Kebijakan hanya bersifat politis dan tidak benar-benar dimaksudkan
untuk dilaksanakan (tidak disertai aturan pelaksanaan, tidak
menunjuk lembaga yang bertanggung-jawab. hanya untuk
mengakomodir tuntutan kelompok kepentingan yang bersifat oposisi).
 Kesulitan menafsirkan kebijakan kpd bentuk kegiatan operasional:
tujuan kebijakan yang utopis, tidak sesuai kondisi lapangan, kendala
lapangan membatasi alternatif tindakan.
 Poorly Implemented : Lemahnya kapasitas implementasi
pelaksana karena : Struktur implementasi tidak disusun secara efektif;
Benturan penafsiran atas tujuan program; Benturan kepentingan antar
aktor; Kurangnya kapasitas dan kapabilitas pelaksana; Kurangnya
kapasitas dan kapabilitas organisasional; Lemahnya manajemen
implementasi; Kurangnya sumber daya, dsb.
Kegagalan Implementasi
 Poorly Implemented : Lemahnya kapasitas implementasi
pelaksana karena :
 Struktur implementasi tidak disusun secara efektif.
 Benturan penafsiran atas tujuan program antar aktor, baik
administrator, petugas lapangan, maupun kelompok sasaran.
 Benturan kepentingan antar aktor baik administrator, petugas
lapangan, maupun kelompok sasaran.
 Kurangnya kapasitas dan kapabilitas pelaksana (SDM yang
dibutuhkan tidak tepat/sesuai)
 Kurangnya kapasitas dan kapabilitas organisasional dari institusi-
institusi pelaksana
 Lemahnya manajemen implementasi
 Kurangnya sumber daya, dan lain sebagainya.
Evaluasi Kebijakan Kesehatan
(P3)
EVALUASI KEBIJAKAN

 Determine whether the policy is addressing the problem and


whether implementation is proceeding well. recommend revisions
in the agenda, in the formulation of policy or in its
implementation.
 Evaluasi kebijakan (bentuk mekanisme pengawasan) : penilaian
thd seluruh tahapan siklus kebijakan utk melihak apakah
kebijakan sukses mencapai tujuan dan sejauhmana
efektifitasnya dapat dipertanggungjawabkan
Alasan Perlunya Evaluasi Kebijakan

Internal:
 Untuk mengetahui keberhasilan suatu kebijakan.

 Untuk mengetahui efektivitas kebijakan.

 Untuk menjamin terhindarinya pengulangan kesalahan


(guarantee to non-recurrence).
Eksternal:
 Memenuhi prinsip akuntabilitas publik.

 Mensosialisasikan manfaat sebuah kebijakan


Tujuan Evaluasi Kebijakan

 Mengukur efek kebijakan pada kehidupan masyarakat.


 Memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan
 Memberi umpan balik untuk perbaikan/penyempurnaan
implementasi
 Memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk
pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai kebijakan masa datang
 Bentuk pertanggung jawaban guna memenuhi akuntabilitas publik.
 Menentukan tingkat kinerja (derajat capaian tujuan dan sasaran).
 Mengukur tingkat efisiensi. (berapa biaya dan manfaat kebijakan).
Mengukur tingkat keluaran (outcome) kebijakan.
 Mengukur dampak suatu kebijakan
 Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan.
 Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.
EVALUASI KEBIJAKAN
 Evaluasi ditujukan kepada konsep KINERJA
bermakna kegiatan pasca implementasi
Esensi akuntabilitas evaluasi
kebijakan
 Memberikan Eksplanasi yang logis atas realitas pelaksanaan sebuah
kebijakan.
 Mengukur Kepatuhan, yakni mampu melihat kesesuaian antara
pelaksanaan dengan standar dan prosedur yang telah ditetapkan
 Melakukan Auditing untuk melihat apakah output kebijakan sampai pada
sasaran yang dituju? Apakah ada kebocoran dan penyimpangan pada
penggunaan anggaran, apakah ada penyimpangan tujuan kebijakan dan
pada pelaksanaan program kebijakan
 Akunting untuk melihat dan mengukur akibat sosial ekonomi dari kebijakan.
Misalnya seberapa jauh kebijakan yang dimaksud mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat, apakah dampak yang ditimbulkan telah sesuai
dengan yang diharapkan, adakah dampak yang tak diharapkan..
Parameter Kriteria Evaluasi
6 (enam) langkah Evaluasi

 Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi


 Analisis terhadap masalah
 Deskripsi dan standarisasi kegiatan
 Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi
 Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan
akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab lain.
 Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu
dampak.
THE - END

Anda mungkin juga menyukai