Infeksi/Inflamasi
Sistem Respirasi
Bagian Bawah
KELOMPOK 7
05/03/20
1
19
SKENARIO 3
Batuk berdarah
Pak Antot, seorang laki-laki, berusia 65 tahun datang ke Puskesmas Nisam
Antara dengan keluhan batuk berdahak sudah sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan
lainnya yang dirasakan oleh pasien yaitu sesak napas dan nyeri didadanya.
Pemeriksaan fisik pada pasien dijumpai, nadi 80 x/menit, respiratory rate
28x/menit. Dokter menemukan hemoptysis, dan pada pemeriksaan auskultasi paru
didapatkan crackles. Pemeriksaan makroskopis sputum didapatkan sputum 3 lapisan,
yaitu mukoid, mukopurulen dan viskosa. Dokter melakukan tatalaksana awal dan
selanjutnya merujuk ke poliklinik paru RS Cut Meutia untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang berupa bronchoscopy dan Pemeriksaan Ro thorax. Hasil pemeriksaan Ro
thorax didapatkan adanya pelebaran saluran napas bawah dengan penimbunan
mucous seperti honey combs appearance. Pemeriksaan spirometri menunjukkan
penurunan ratio FEV1/FVC. Dokter mencurigai adanya infeksi di saluran nafas
bawah dan berencana memberikan antibiotik sesuai dengan bakteri penyebabnya agar
mencegah komplikasi.
Bagaimana anda menjelaskan penyakit yang diderita pasien tersebut?
05/03/20
2
19
TERMINOLOGI
JUMP 1
05/03/20
3
19
1. Hemoptysis : ekspektorasi darah akibat pendarahan pada
saluran nafas bawah.
05/03/2019
2. Crackles : bunyi yang tidak berkelanjutan akibat
penundaan pembukaan kembali jalur nafas.
3. Mukoid : sputum dalam keadaan berlendir kental.
4. Mukopurulen : sputum hijau dengan nanah dalam keadaan
kental yang terjadi karna infeksi berulang dan
menimbulkan bau tak sedap.
4
5. Viskosa : sputum lengket yang memiliki derajat viskositas
tinggi.
05/03/2019
6. Bronkoskopi : adalah tindakan medis yang bertujuan
untuk melakukan visualisasi trakea dan bronkus, melalui
bronkoskop.
7. Honey comb appearance : gambaran menyerupai sarang
lebah di paru pada saat rontgen thoraks.
5
RUMUSAN MASALAH DAN
HIPOTESA
JUMP 2&3
05/03/20
6
19
1. Mengapa Pak Antot mengalami keluhan batuk berdahak, sesak nafas, dan nyeri dada?
- batuk berdahak : produksi lendir berlebihan membuat saluran nafas menyempit saat
oksigen masuk ke paru paru. Agar jalan nafas menjadi lancar, tubuh akan
memicu refleks batuk karna lendir tsb.
05/03/2019
- sesak nafas : penempitan jalan nafas karna hipersekresi mucus.
2. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik & pemeriksaan auskultasi pada Pak Antot?
- hemoptysis : nekrosis mukosa bronkus yang mengecil. pembuluh darah > pendarahan
- crackles : dihasilkan oleh gelembung gelembung udara yang melalui sekret jalan
nafas / jalan nafas tiba tiba terbuka .
7
3. Bagaimana suara nafas normal?
- vesikular : inspirasi lebih panjang dari pada ekspirasi. Biasanya
lebih jelas di bagian dada
05/03/2019
- bronkial : ekspirasi lebih panjang daripada inspirasi dan
biasanya lebih jelas di bagian trakea
- bronkovesikular : inspirasi dan ekspirasi sama sama jelas,
- biasanya dibagian intrascapula
9
05/03/2019
7. Apa etiologi dari penyakit Pak Antot ?
belum diketahui pasti , namun diduga dapat timbul secara kongenital
maupun didapat.
05/03/2019
a. kongenital : mengenai hampir seluruh cabang bronkus,
bronkiektasisi kongenital biasana menyertai penyakit seperti
fibrosis kistik dan willian compell syndrome
b. Didapat / acquired : karna infeksi =staphylococus aureus.
10
9. Apa tujuan pemeriksaan bronkoscopy dan Ro thorax?
bronkoscopy : untuk melihat adanya benda asing dalam paru paru
yang dapat memicu peradang.
Ro thorax : untuk melihat apakah terdapat honey comb
05/03/2019
appearance
11
12. Komplikasi apa yang akan terjadi pada Pak Antot bila penyakit nya tidak
ditangani segera?
bronkitis kronik, hemoptysis, pleuritis
- pada daerah paru : pneumonia, emfisema
05/03/2019
- pada daerah luar paru : abses otak, sinusitis
12
SKEMA
Jump 4
05/03/20
13
19
Infeksi/Inflamasi saluran
napas bagian bawah
Didapat
Etiologi
Epidemiologi
Patofisiologi
Menifestasi klinis
komplikasi
Prognosis
05/03/20
14
19
JUMP 5: LEARNING OBJECTIVE
Bronkiolitis
Abses paru
Efusi pleura
Pneumonia dan bronchopneumonia
05/03/20
15
19
BRONKIOLITIS
05/03/20
16
19
BRONKIOLITIS
ETIOLOGI
Kebanyakan kasus
Bronkiolitis adalah bronkiolitis disebabkan
peradangan dan oleh respiratory syncytial
virus (RSV). RSV adalah
penyumbatan pada virus umum yang
saluran udara kecil menginfeksi hampir setiap
anak-anak berusia 2
(bronkiolus) pada paru- tahun. Bronkiolitis juga
paru. Bronkiolitis hampir dapat disebabkan oleh
virus lain, termasuk virus
selalu disebabkan oleh yang menyebabkan flu
virus. atau pilek
Virus yang menyebabkan
bronkiolitis mudah
menyebar.
05/03/20
17
19
Faktor-faktor risiko Diagnosis
Bayi yang berusia di bawah 3 wheezing, yang tidak membaik
bulan dengan tiga dosis bronkodilator
kerja cepat
Kelahiran prematur
ekspirasi memanjang/expiratory
Kondisi jantung atau paru- effort
paru hiperinflasi dinding dada, dengan
Paparan terhadap asap rokok hipersonor pada perkusi
05/03/20
18
19
Tatalaksana
1. Antibiotik 2. Oksigen
05/03/20
19
19
Perawatan penunjang
Jika anak demam (≥ 39º C) yang tampak menyebabkan distres, berikan
parasetamol.
Pastikan anak yang dirawat di rumah sakit mendapatkan cairan rumatan
harian secara tepat sesuai umur, tetapi hindarkan kelebihan
cairan/overhidrasi. Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.
Bujuk anak untuk makan sesegera mungkin setelah anak sudah bisa
makan.
05/03/20
20
19
EFUSI PLEURA
05/03/20
21
19
EPIDEMIOLOGI
05/03/20
22
19
ETIOLOGI 2. Penumpukan cairan pleura dapat
terjadi akibat:
1. Terjadi ketidakseimbangan Meningkatnya tekanan intravaskuler
antara: dari pleura
05/03/20
23
19
Klasifikasi
05/03/20
24
19
Efusi Pleura Transudat
05/03/20
26
19
Manifestasi Klinis
Edema ekstremitas bawah, ortopnea, dan dispnea
paroksismal nokturnal bila efusi pleura berkaitan
dengan gagal jantung kongestif.
Episode akut yang disertai demam, produksi dahak
purulen, dan nyeri dada pleuritik bila efusi pleura
berkaitan dengan pneumonia
Keringat malam, demam, hemoptisis, dan penurunan
berat badan bila efusi pleura berkaitan dengan
tuberkulosis
05/03/20
27
19
Diagnosis
1. Anamnesis
Keluhan utama penderita adalah nyeri dada sehingga penderita
membatasi pergerakan rongga dada dengan bernapas pendek atau
tidur miring ke sisi yang sakit.
Selain itu sesak napas terutama bila berbaring ke sisi yang sehat
disertai batuk-batuk dengan atau tanpa dahak.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan dada yang terkena
cembung selain melebar dan kurang bergerak pada pernapasan.
Fremitus vokal melemah, redup sampai pekak pada perkusi, dan
suara napas lemah atau menghilang.
Jantung dan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat. Bila tidak
05/03/20
28
19
ada pendorongan, sangat mungkin disebabkan oleh keganasan.
3. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologis mempunyai nilai tinggi dalam mendiagnosis
efusi pleura
Namun secara radiologis jumlah cairan yang kurang dari 100 ml tidak
akan tampak, dan baru jelas bila jumlah cairan diatas 300ml.
Foto toraks dalam posisi postero anterior akan memperjelas
kemungkinan adanya efusi pleura masif. Pada sisi yang sakit tampak
perselubungan massif dengan pendorongan jantung dan mediastinum
ke sisi yang sehat.
4. Pemeriksaan Penunjang
Rontgen dada
USG dada
CT Scan dada
Torakosentesis
05/03/20
29
19
Biopsi pleura
Penatalaksanaan
Obati penyakit yang mendasarinya
Torakosentesis
Pemasangan WSD
Pleurodesis
05/03/20
30
19
Torakosentesis WSD
05/03/20
31
19
Komplikasi
Infeksi
Pengumpulan cairan dalam ruang pleura dapat
mengakibatkan infeksi (empiema primer), dan efusi
pleura dapat menjadi terinfeksi setelah tindakan
torakosentesis (empiema sekunder).
Fibrosis
Fibrosis pada sebagian paru-paru dapat mengurangi
ventilasi dengan membatasi pengembangan paru.
Pleura yang fibrotik juga dapat menjadi sumber
infeksi kronis
05/03/20
32
19
Prognosis
05/03/20
34
19
Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru,
bronkiolus respiratorius dan alveoli, menimbulkan
konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.
05/03/20
35
19
ETIOLOGI
a. Bakteri
Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu
Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :
Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif.
Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif.
Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D
yang merupakan flora normal usus
05/03/20
36
19
bakteri gram negatif dibawah adalah :
Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki
bau yang sangat khas.
Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak
berkapsul
hemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul
atau tidak berkapsul
Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp., chlamedia sp. ,
Legionella sp.
05/03/20
37
19
b. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet, biasanya
menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi. Diduga virus penyebabnya
adalah cytomegalivirus, herpes simplex virus, varicella zooster virus.
c. Fungi
Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur
oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup
udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp.
,Cryptococcus neoformans.
05/03/20
38
19
Patofisiologi
Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang
ada di orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal,
inhalasi dan sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa
endotrakeal. Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke
saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme
pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia,dan
mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan
seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian
infeksi menyebabkan peradangan membran paru (bagian dari
sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah
merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi
perfusi menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan
dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan
cairan
05/03/20
39
19
Manifestasi Klinik
05/03/20
40
19
Komplikasi
a. Pneumonia ekstrapulmoner, pneumonia pneumokokus dengan bakteriemi.
b. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal jantung,
emboli paru dan infark miokard akut.
c. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
d. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
e. Sepsis
f. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
g. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
h. Abses paru
i. Efusi pleura
05/03/20
41
19
Terapi
PEMBERIAN ANTIBIOTIK SECARA EMPIRIS PADA CAP
Pasien berobat jalan
Pasien yang sebelumnya sehat dan tidak menggunakan antibiotika pada 3
bulan terakhir
Macrolide [klaritromisin (500mg PO bid) atau azitromisisn (500mg PO
sekali, kemudian 250 mg od)] atau
Doksisiklin (100mg PO bid)
Pasien dirawat, non ICU
Fluorokuinolon respirasi [moksifloksasin (400 mg PO atau IV od),
gemifloksasin (320mg PO od), levofloksasin (750 mg PO atau IV od)
Pasien dirawat , ICU
β – laktam (sefotaksim 1-2 g IV q8h), seftriakson (2 g IV od) plus
Azitromisisn atau fluoroquinolon
05/03/20
42
19
Pemberian Antibiotik Secara Empiris Pada Pneumonia Tanpa Faktor
Resiko Multidrug Resistant (MDR)
Seftriakson (2g IV q24h) atau
Moksifloksasin (400mg IV q24h), ciprofloksasin (400mg IV q8h),
atau levofloksasin (750 mg IV q24h) atau
Ampisilin/sulbaktam (3 g IV q6h) atau Ertapenem (1 g IV q24h)
05/03/20
44
19
DEFINISI
Etiologi :
Primer infeksi di paru o.k aspirasi atau
pneumonia pada individu normal
Sekunder infeksi yang sudah menyebar kondisi
yang ada sebelumnya ( obstruksi, penyebaran
extrapulmoner, bronkiektasis dan
immunocompromised )
05/03/20
46
19
Penyebab : bakteri piogenik, mikobakterium, jamur,
parasit dan komplikasi penyakit paru lain seperti
keganasan.
Abses paru anaerob : aspirasi pada ginggivitis & oral
higine buruk.
Bakteri anaerob 89% , 1/2 murni anaerob dan 1/2
campuran dg bakteri aerob.
05/03/20
47
19
Bakteri aerob cenderung meningkat pada :
Pemakaian steroid lama
Keganasan
Transplantasi organ
Infeksi HIV.
05/03/20
48
19
Bakteri anaerob tersering :
- Peptostreptococcus ssp ( gram +)
- Microaerophylic spp ( gram +)
- Fusobacterium spp ( gram -)
- Bacterioides spp ( gram -)
05/03/20
49
19
Mikroorganisme lain penyebab abses paru antara
lain :
1. Mikobakterium ( terutama tuberkulosis )
2. Jamur ( Aspergillus, Cryptococcus,
Histoplasma, Blastomyces, Coccidiodes )
3. Parasit ( Entamoeba histolytica, Paragonimus )
Faktor predisposi :
1. Penyakit pada rongga mulut ( penyakit
periodontal, ginggivitis )
2. Penurunan kesadaran ( alkoholisme,
koma, drug abuse(NARKOBA),
anasthesia, kejang )
3. Penyakit esophageal ( akalasia, reflux
disease, depresi refleks batuk & muntah,
obstruksi esophageal )
4. Immunocompromised ( steroid,
kemoterapi, malnutrisi, trauma multipel )
5. Obstruksi bronkial ( tumor, benda asing )
05/03/20
51
19
PATOGENESIS
Gejala klinis
Sebagian besar 2 minggu, tergantung proses
penyakit dasar & proses terjadinya abses.
Bakteri anaerob 7-14 hari kadang beberapa
minggu sampai beberapa bulan, gejala khas
napas dan sputum berbau busuk (50% -60
%).
Penyalahgunaan obat secara intravena
Onset subakut.
Jamur, Nocardia species dan Mycobacterium
species cenderung lambat.
05/03/20
53
19
Pemeriksaan fisik
Tergantung penyakit sekunder yang mendasari. kuman
penyebab, berat penyakit , perluasan penyakit &
komorbidnya .
Suhu : - abses anaerob relatif rendah
- abses aerob lebih tinggi ( > 38,5◦ C ).
Suara napas bronkial & ronki inspirasi konsolidasi.
Suara napas amforik kaviti ( jarang ).
Suara napas menurun KALO CAIRAN BYK dan perkusi
paru redup lokasi abses besar & dekat permukaan
paru.
Digital Clubbing kasus kronis.
05/03/20
54
19
Laboratorium
Netrofil lekositosis
Peningkatan laju endap darah
Pergeseran hitung jenis kekiri ( tidak
selalu )
Anemia normokrom normositik kronis
Leukopeni DISEBABKAN methicillin
resistant Staphylococcus aureus (
MRSA ).
05/03/20
55
19
Mikrobiologi
Diagnosis kuman penyebab dengan pemeriksaan mikrobiologi /Dengan ciri
khas dahak.
Curiga kuman anaerob : dahak purulen, berbau busuk, banyak bakteri
gram (+) & (-).(biasanya kontaminasi flora normal
Pemeriksaan : pewarnaan gram dan kultur bakteri gram ( + ), gram ( - )
serta pewarnaan bakteri tahan asam (BTA) dan jamur.
05/03/20
56
19
Kultur sputum yang dibatukkan kurang valid
kontaminasi kuman gram ( - ) & Staphylococcus
aureus dari orofaring
Kultur darah / cairan pleura membantu Dx.
Sediaan bebas kontaminaasi tindakan invasif
- Bronchoalveolar lavage ( BAL ).
- Protected specimens broncoscopy ( PSB ).
- Transthoracal aspiration ( TTA ).
- Percutaneus lung aspiration.
- Percutaneus trans tracheal aspiration .
05/03/20
57
19
Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks diagnosis terbanyak .
Gambaran foto toraks : kavitas dengan dinding utuh yang mengelilingi
daerah lusen dan air – fluid level dalam suatu daerah pneumonia seperti
terlihat pada gambar ( 2 ).
Gambaran air-fluid level pada posisi tegak atau lateral dekubitus.
05/03/20
58
19
Gambar 2. Foto toraks PA dan lateral multipel abses dengan air-fluid level.
05/03/20
59
19
Pemeriksaan Compurited Tomography Scan ( CT-
Scan ):
Abses paru lesi hipodens bulat berdinding
tebal, tepi ireguler, terletak dalam parenkim
paru seperti terlihat pd gambar ( 3 ).
Membedakan abses perifer dg empiema
terlokalisir.
Menentukan ketebalan & keteraturan dinding
abses pd daerah konsolidasi
Menentukan posisi terhadap dinding dada dan
bronkus
Mengevaluasi keterlibatan bronkus proksimal
atau distal terhadap keterlibatan abses.
05/03/20
60
19
Gambar 3. Hasil CT-scan torak multipel abses. Tampak kavitas dg
05/03/20
gambaran air fluid level dipinggi kiri.
19
61
Bronkoskopi
Jika diduga sumbatan bronkus ( mis.
Karsinoma bronkogenik ).
Pengambilan spesimen.
Berbahaya jika diameter > 4 cm.
Syarat bronkoskopi pada kavitas paru :
- Demam yang rendah ( < 100◦ F/
37,78◦C ).
- Leukosit < 11.000 mm3.
- Keluhan sistemik minimal.
- Tidak ada faktor predisposisi terjadi
aspirasi.
05/03/20
62
19
DIAGNOSIS BANDING
Pemberian antibiotik
Antibiotik terapi utama, angka
kesembuhan 90%-95%.
Penelitian terapi lebih efektif bila
saat awal pemilihan antibiotik empirik
bakteri anaerob ( penyebab terbesar
).
Penisilin akan terjadi peningkatan
resistensi Streptococcus pneumonia ,
fusobacterium dan Provetela
melaninogenica dipertimbangkan
terapi empirik.
05/03/20
64
19
Tabel 3. Antibiotik pada abses paru paling baik metronidaso
05/03/2019
65
Antibiotik perbaikan klinis dan radiologis.
Stadium awal : antibiotik intravena sampai demam ( - ) &
perbaikan klinis ( 3-4 hari, kadang 7-10 hari) oral 4-6
minggu sampai 3 bulan.
Demam > waktu tsb brarti gagal terapi shg cari
penyebab.
Keberhasilan terapi antibiotik :
- Gejala ( - ) tanpa bukti radiologis atau
- Menipisnya dinding kaviti ( < 2 cm stlh 4-6 mg).
- Perbaikan radiologis: infiltrat pneumonia ( - )
mengecilnya abses ( 2 - 3 bl tergantung besarnya
abses ). 05/03/20
19
66
Fisioterapi
Fisioterapi dada:
- Latihan pernapasan
- Latihan batuk
- Perkusi dada
- Drainage postural klo susah dilakukan pake
Nasotracheal suctioning
Drainage postural harus disertai antibiotik &
posisi yg tepat untuk mencegah penyebaran
infeksi.
Batuk (-) atau sukar Nasotracheal suctioning
Tidak bole dilakukan pada Hemoptisis
05/03/20
19
67
Drainase
Jika respons antibiotik ( - ) dan fisioterapi (
11%-21% pasien).
Drainase Abses paru ada 2 macam:
- Melalui bronkoskopi ( endoscopic
drainge )
- Perkutan (percutaneus drainage).
Komplikasi drainase perkutan ( jarang ):
empiema, perdarahan dan bronkofistula,
tetapi fistula yang terjadi biasanya akan
menutup spontan bersama resolusi abses.
05/03/20
68
19
Pembedahan
Jarang dilakukan,( l0%).
Cara : reseksi, segmentektomi atau lobektemi
Indikasi :
- Hemoptisis masif.
- Respon antimikroba buruk ( 4-6 mg ).
- Keganasan,
- Ukuran abses yang besar ( > 6 cm ),
- Sisa jaringan parut luas yang menggangu
faal
paru
- Komplikasi abses ( empiema, bronkofistula ).
05/03/20
69
19
KOMPLIKASI
05/03/20
70
19
PROGNOSIS
05/03/20
71
19