Gangguan Perdarahan p.1

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 49

MASALAH KESEHATAN WANITA PADA

MASA REPRODUKSI (Gangguan


Perdarahan)
 Abortus Iminens
 Abortus Insipiens
 Abortus Inkomplit
 Abortus Komplit
 Retensi Embrio (Missed Abortion)
 Peristiwa perdarahan dari uterus pada kehamilan < 20
minggu, hasil konsepsi masih dalam uterus, tanpa adanya
dilatasi serviks.
Gejala
 perdarahan dari OUE, mules sedikit/(-), besar uterus = usia
gestasi, OUI tertutup, tes kehamilan positif.
Penanganan :
 Bedrest
 USG  janin hidup / mati
 Progesteron  ??
 Prognosa tergantung macam & lamanya perdarahan.
Prognosa kurang baik jika perdarahan lama, disertai mules
dan pendataran serta pembukaan serviks.
 Peristiwa perdarahan utereus pada kehamilan < 20 minggu,
dengan dilatasi serviks uteri yang meningkat, hasil konsepsi
masih dalam uterus.
Gejala :
 Mules sering & kuat, perdarahan bertambah banyak.

Penanganan
 Penanganan : pengeluaran hasil konsepsi bisa dengan kuret
vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan.
 Pada kehamilan > 12 MG, perdarahan tridak banyak,
bahaya perforasi > besar  Infus oksitosin.
 Bila janin sudah keluar, plasenta tertinggal  pengeluaran
plasenta secara digital  kerokan.
 Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan < 20
minggu, dengan sisa yang tertinggal dalam uterus.

Diagnosis
 Kanalis servikalis terbuka, teraba, jaringan dapat teraba
dalam kavum uteri/ menonjol dari OUE, perdarahan bisa
banyak sekali, tak akan berhenti sebelum sisa konsepsi
dikeluarkan  syok.

Terapi
 Penanganan syok  infus NaCl/RLtransfusi kerokan
ergometrin im
 Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.

Gejala
 Perdarahan sedikit, ostium uteri eksternum
terutup, uterus mengecil.

Penanganan
 Bila anemis  Sulfas Ferrosus.
 Kematian janin < 20 Mg, tapi tidak dikeluarkan selama  8 Mg.
Etiologi ??, diduga Hormon progesteron
Gejala
 Diawali dengan abortus imminens yang kemudian menghilang
spontan atau setelah terapi.
 Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae mengendor,
uterus mengecil, tes kehamilan (-). Sering disertai gangguan
pembekuan darah karena hipofibrinogenemia.
Terapi
 Tergantung KU & kadar fibrinogen serta psikis os. Jika < 12 Mg 
DC, jika > 12 Mg  infus oksitosin 10 IU/D5 500 cc atau
Prostagalndin E
 Abortus spontan yang terjadi  3x berturut-turut (0,41%,
Bishop)
Etiologi :
 Abortus spontan, imunologik/ kegagalan reaksi terhadap
antigen.
Penanganan :
 Anamnesa lengkap, pemeriksaan golongan darah suami &
istri, inkompatibilitas darah, pemeriksaan VDRL, TTGO,
pemeriksaan Kromosom & mikoplasma.
 Pada Trimester 2  inkompeten serviks  cerclage
 Tatalaksana tergantung etiologi
 Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus
Genitalia.
 Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai
penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah
atau peritoneum.
Gejala :
 Terjadi abortus disertai tanda infeksi : demam, takikardi,
perdarahan pervaginam berbau, uterus membesar, lembek,
nyeri tekan, lekositosis. Bila sepsis  demam , menggigil,
Tekanan Darah .
 Penanganan ; infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase
dilakukan dalam 6 jam
Tabel 4-3
DERAJAT ABORTUS

Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain

Abortus Sedikit  Tertutup Sesuai usia Pt positif


iminens sedang Lunak kehamilan · Kram ringan
· Uterus lunak

Abortus Sedang  Terbuka Sesuai atau Kram sedang/kuat


insipiens banyak Lunak lebih kecil · Uterus lunak

Abortus Sedikit  Terbuka  usia • Kram kuat


inkomplit banyak Llunak kehamilan . Keluar jaringan
• Uterus lunak

Abortus Sedikit  Tertutup  usia Sedikit/tanpa kram


komplit tidak ada Lunak kehamilan · massa kehamilan (+/-)
· Uterus agak kenyal
Perdarahan Antepartum adalah
perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya
dari pada perdarahan kehamilan
sebelum 28 minggu.
(Mochtar, R, 1998)
1. Kelainan implantasi plasenta
 PLASENTA PREVIA
 PLASENTA LETAK RENDAH

2. Kelainan insersi tali pusat atau pembuluh


darah pada selaput amnion VASA PREVIA

3. SOLUSIO PLASENTA
PLASENTA PREVIA

prae= di depan
vias = jalan
Jadi maksudnya adalah placenta yang
implantasinya tidak normal ( rendah sekali )
hingga menutupi seluruh atau sebagian jalan
lahir (ostium internum)
Klasifikasi plasenta previa

 Placenta previa totalis:


seluruh ostium internum
tertutup
 Placenta previa lateralis:
hanya sebagian dari ostium
tertutup
 Placenta previa marginalis:
hanya pada pinggir ostium
terdapat jaringan placenta
 Plasenta letak rendah : bila
plasenta berada 3-4 cm
diatas pinggir pembukaan
jalan lahir.
 Perdarahan tanpa nyeri
 Perdarahan berulang-ulang sebelum partus
 Perdarahan keluar banyak
 Darah berwarna merah segar
 Bagian depan tinggi
 Pada pemeriksaan dalam teraba jaringan
placenta.
 Robekan selaput marginal
Penatalaksanaan:
1. Konservatif bila :
Kehamilan kurang 37 minggu.
Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb
masih dalam batas normal).
Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah
sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
2. Penanganan aktif bila :
Perdarahan banyak tanpa memandang usia
kehamilan.
Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
Anak mati
Vasa previa merupakan keadaan dimana
pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi
dengan vilamentosa yakni pada selaput
ketuban.

Penyebab vasa previa belum jelas.


Diagnosis:

Pada pemeriksaan dalam vagina diraba


pembuluh darah pada selaput ketuban.
Bila sudah terjadi perdarahan maka akan diikuti
dengan denyut jantung janin yang tidak
beraturan, deselerasi atau bradikardi,
khususnya bila perdahan terjadi ketika atau
beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.
Penatalaksanaan :
 Tergantung pada status janin.
Bila ada keraguan tentang maturitas
janintentukan lebih dahulu umur kehamilan,
ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan
kesejahteraan janin dengan USG dan
kardiotokografi.
 Bila janin hidup dan cukup matur dapat
dilakukan seksio sesar segera namun bila janin
sudah meninggal atau imatur, dilakukan
persalinan pervaginam.
VASA PREVIA PLASENTA NORMAL
 Solutio placenta adalah
pelepasan placenta
sebelum waktunya.
 Solusio plasenta 
pelepasan sebagian atau
seluruh placenta yang
normal implantasinya
antara minggu ke22
sampai lahirnya anak.
Klasifikasi solusio
plasenta:
 Solutio placenta dengan
perdarahan keluar
 Solutio placenta dengan
perdarahan tersembunyi
(haematoma
retroplacenta)
 Solutio placenta dengan
perdarahan tersembunyi
dan keluar
 Perdarahan disertai nyeri.
 Perdarahan hanya keluar sedikit
 Palpasi sukar karena abdomen terus menerus
tegang dan adanya nyeri tekan.
 Fundus uteri lama-lama menjadi naik.
 Rahim keras seperti papan.
 Anemi dan syock, beratnya anemi dan syok
sering tidak sesuai dengan banyaknya darah
yang keluar.
 Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-
menerus karena isi rahim bertambah.
 Darah berwarna merah tua/kehitaman.
Penatalaksanaan :
1. Pemberian transfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.
BY ; JUSMALA SARI
Perdarahan Pascasalin adalah kehilangan darah
lebih dari 500 cc pada persalinan per vaginam
ataupun 1000 cc pada persalinan per abdominam

Berdasarkan waktu terjadinya :


 Primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah
persalinan
 Sekunder terjadi antara 24 jam hingga 12 minggu
setelah persalinan
Di berbagai negara, paling sedikit 1/4
Perdarahan hebat adalah penyebab dari seluruh kematian ibu
yang paling utama dari kematian ibu disebabkan oleh perdarahan dengan
di seluruh dunia. proporsi yang bervariasi antara
kurang dari 10% sampai hampir 60%.
Hemostasis di Placental Site

Mendekati waktu persalinan,


diperkirakan bahwa setidaknya 600
mL/menit darah mengalir melalui ruang
intervillous. Aliran ini dibawa oleh arteri
spiral, yang kira-kira sebanyak 120, dan
vena yang menyertainya. Dengan
pemisahan plasenta, pembuluh ini
teravulsi.
Hemostasis di tempat implantasi plasenta
dicapai pertama kali oleh kontraksi dari
miometrium yang memampatkan sejumlah
pembuluh darah besar. Hal ini berikutnya
diikuti oleh gumpalan dan obliterasi dari
lumen tersebut. Dengan demikian,
perlekatan dari potongan plasenta atau
bekuan darah besar yang mencegah
efektivitas kontraksi miometrium dapat
mengganggu hemostasis di lokasi implantasi.
Oleh karena itu tampak jelas bahwa
perdarahan postpartum yang fatal dapat
terjadi karena atonia uteri meskipun
koagulasi normal. Sebaliknya, jika
miometrium pada tempat implantasi
berkontraksi dengan sangat baik, perdarahan
yang fatal tidak mungkin terjadi bahkan
dalam keadaan ketika koagulasi mungkin
terganggu parah.
Etiologi early/primer HPP biasanya disebabkan oleh
atonia uteri, sisa plasenta, laserasi jalan lahir,
ruptura uteri, inversio uteri, plasenta akreta, dan
gangguan koagulasi herediter.

Penyebab late/sekunder HPP biasanya disebabkan


oleh sisa plasenta dan subinvolusi dari placental bed

Penyebab HPP dikenal sebagai 4 T, yaitu Tone,


Tissue, Trauma danThrombin.
Darah perifer
lengkap

BT, CT, Golongan


Fibrinogen darah
 Panggil bantuan
 Nilai ABC
 Bila ditemukan tanda syok à tatalaksana
 Beri oksigen
 Pasang IV line dengan kanul ukuran besar (16 atau 18)
dan mulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0.9%, RL
atau RA), lakukan juga pengambilan sampel darah
(Hb, ABO, Rh, dan profil hemostasis) termasuk untuk
persiapan tranfusi
 Periksa : abdomen, jalan lahir, dan perineum,
kelengkapan plasenta dan selaput ketuban
 Pasang kateter Folley
 Tentukan penyebab perdarahan à tatalaksana spesifik
 Lakukan pemijatan uterus
 Pastikan plasenta lahir lengkap
 Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl
0.9%/RL dengan kecepatan 60 tpm dan 10 unit IM.
 Bila tidak tersedia oksitosin atau perdarahan tidak
berhenti à ergometrin 0.2 mg IM/IV dapat diulang 15
menit kemudian dan setiap 4 jam selanjutnya bila
diperlukan. Dosis maksimal 1 mg
 Lakukan kompresi bimanual selama 5 menit simultan
dengan pemberian uterotonika
 Bila kontraksi tidak membaik à rujuk
 Ruptura perineum dan robekan dinding vagina
 Eksplorasi sumber perdarahan
 Irigasi tempat luka, bersihkan dengan antiseptik
 Hentikan sumber perdarahan dengan klem
kemudian ikat dengan benang yang dapat
diserap
 Lakukan penjahitan
 Bila perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit) lalu rujuk
 Jepit klem ovum pada lokasi perdarahan
 Jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari
ujung atas robekan kemudian ke arah luar
sehingga semua robekan dapat dijahit
 Bila perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam
traneksamat IV (bolus selama 1 menit, dapat
diulang setelah 30 menit) lalu rujuk
 Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml
larutan NaCl 0.9%/RL dengan kecepatan 60
tpm dan 10 unit IM
 Lakukan tarikan tali pusat terkendali. Bila
tidak berhasil à plasenta manual secara hati-
hati
 Beri antibiotika profilaksis dosis tunggal
(ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV)
 Segera atasi atau rujuk bila terjadi komplikasi
perdarahan atau infeksi
 Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan
NaCl 0.9%/RL dengan kecepatan 60 tpm dan 10
unit IM
 Lakukan eksplorasi digital
 Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen à
lakukan AVM atau dilatasi dan kuretase
 Jika perdarahan berlanjut, tatalaksana seperti
kasus atonia uteri
 Beri antibiotika profilaksis dosis tunggal
(ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV)
 Reposisi uterus
 Jika sulit, apalagi jika inversio telah terjadi
cukup lama, bersiap merujuk
 Jika ibu sangat kesakitan, beri petidin 1
mg/kgBB (jangan melebihi 100 mg) IM/IV
perlahan atau beri morfin 0.1 mg/kgBB IM
 Reposisi tidak berhasil à laparatomi à tidak
berhasil, lakukan histerektomi
 Tangani kemungkinan penyebab (solusio
plasenta, eklampsia)
 Beri darah lengkap segar, jika tersedia
 Jika tidak tersedia, dapat diberikan:
 FFP (15 ml/kgBB) jika APTT dan PT melebihi 1.5
kali
 Trombosit konsentrat (perdarahan berlanjut dan
trombosit < 20.000)
 Ruptura uteri dapat dilakukan histerektomi
atau histerorafi
 Histerektomi bila
 Terdapat robekan yang luas atau multipel
 Tepi luka yang nekrotik, edema dan sulit dikenali
 Histerorafi bila
 Robekan tidak luas
 Tepi robekan yang bersih dan tidak edema
 Tidak ada tanda infeksi
Tergantung kepada penyebab, waktu,
banyaknya kehilangan darah, kondisi
sebelumnya dan keefektifan pengobatan.
Jadi yang lebih penting adalah ketepatan dan
kecepatan diagnosis dan penanganan
 Kematian
 Infeksi puerperal karena daya tahan
penderita berkurang
 Sindrom Sheehan sebagai akibat nekrosis
pada hipofisisis pars anterior sehingga terjadi
insufisiensi pada bagian tersebut. Gejalanya
adalah asthenia, hipotensi, anemia, turunnya
berat badan sampai menimbulkan kakeksia
Perdarahan postpartum adalah penyebab
utama morbiditas dan mortalitas pada saat
melahirkan. PPH terjadi pada sekitar 1%
hingga 6% dari semua pengiriman. Atonia
uteri, penyebab utama PPP, menyumbang
70% hingga 80% dari semua perdarahan.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499988/

Anda mungkin juga menyukai