Protokol Diagnostik Demam Enterik Fix
Protokol Diagnostik Demam Enterik Fix
Metode
2
HASIL
Tidak ada relevansi yang penting antara durasi demam pra rumah
sakit dengan waktu tinggal pasien selama di rumah sakit maupun
respon pengobatan antibiotik.
5
Pendahuluan
6
Terapi Antimikroba
7
Fluoroquinolon
es
• Secara luas dianggap sebagai obat yang paling efektif untuk 1 pengobatan demam tifoid.
• Ciprofloxacin, ofloxacin, perfloksasin dan erfloxacin adalah fluoroquinolones yang sering digunakan
• Fluoroquinolones sendiri tidak disetujui oleh Pengawas Obat-obatan Umum India untuk digunakan
di bawah 18 tahun, kecuali anak itu tahan terhadap semua antibiotik yang direkomendasikan dan
menderita infeksi yang mengancam jiwa.
• Oflooxacin atau ciprofloxacin digunakan dalam dosis 15 mg / kg bb/r hari hingga 20 mg / kg / hari
• Cefixime oral digunakan dalam dosis 15-20 mg/kgbb/hari dibagi dalam dua dosis
• Ceftriaxone dapat digunakan dengan dosis 50-75 mg/kgbb/hari dalam satu atau dua dosis;
sefotaksim dapat digunaka 40-80 mg/kgbb/hari di dua atau tiga dosis dan cefoperazone 50-100
mg/kgbb/hari dalam dua dosis
8
Terapi Antimikroba
Azitromisin
• Terapi yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengobatan demam
tifoid tanpa komplikasi.
• Digunakan dalam dosis 10-20 mg/kgbb/hari dalam sekali sehari
Aztreonam dan
Imipenem
Obat lini ketiga yang potensial untuk digunakan baru-baru ini
9
Fluoroquinolones adalah obat yang paling efektif untuk
pengobatan demam tifoid.
Untuk S. typhi sensitif asam nalidiksat (NASST) 7 hari adalah
tempo yang sangat efektif.
Untuk S. typhi tahan asam nalidiksat (NARST) pengobatan dalam
waktu 10-14 hari dengan dosis maksimal sangat dianjurkan.
Pengobatan lebih pendek dari tujuh hari seringkali tidak
memuaskan.
10
TUJUAN DAN SASARAN
Presentase yaitu 49% berasal dari daerah perkotaan & beristirahat dari daerah
Pedesaan dan Pinggiran Kota.
Nilai Chi-Sq = 8.883, DF = 4, P-Value = 0,064 (tidak signifikan)
6 sel dengan jumlah yang diharapkan kurang dari 5.
14
3. Hubungan lama rawat inap dengan umur pasien
16
4. Status Imunisasi
17
4. Berat ProPle dan lamanya rawat inap di rumah sakit
18
4. Hasil kultur darah dan tes widal
19
4. Antibiotik yang diberikan untuk terdiagnosis demam
enterik
Antibiotik :
Mono : Ceftriaxone atau
Cefixime
Dual : Ceftriaxne + Amikacin atau
Azitromycin
Multi : Ceftriaxone + Amikacin +
Azitromycin atau Ofloxacin
20
RINGKASAN
Demam enterik umumnya terjadi pada anak-anak antara 2 hingga 18 tahun. Umur
ditemukan pada 10-20 tahun. Tak satu pun dari anak-anak diimunisasi untuk demam
tifoid.
Demam terus menerus dengan atau tanpa menggigil adalah gejala yang paling
umum. Komorbid yang signifikan belum terlihat dalam penelitian ini.
Kultur darah meskipun tes standar emas dalam penggunaannya terbatas terbatas
sumber daya, terutama pada anak-anak dengan pengobatan antibiotik sebelumnya.
Ceftriaxone sebagai obat tunggal efektif dalam pengobatan sebagian besar pasien
demam enterik.
21
KESIMPULAN
23
REFERENSI
1.Parry CM, Hien TT, Dougan G, White NJ, et al. (2002) Typhoid fever. N Eng J Med 347:1770-1782.
2.Crump JA, Luby S P, Mintz ED (2004). The global burden of typhoid fever. Bull World Health Organ 82:346-353.
3.Karkey A, Arjyal A, Anders KL, Boni M.F, Dongol S et al. www.plosone.org Nov 2010;S(11) e 13988.
4.Punjabi NH. Typhoid fever. In: Rakel RE, editor Conn's Current therapy. Fifty second edition. Philadelphia: WB Saunders; 2000: 161-
165.
5.Sood S, Kapil A, Das B, Jain Y, Kabra SK. Re-emergence of chloramphenicol sensitive Salmonella typhi. Lancet 1999; 353: 1241-
1242.
6.Gupta A, Swarnkar NK, Choudhary SP. Changing antibiotic sensitivity in enteric fever. J Trop Ped 2001; 47: 369-371.
7.Dutta P, Mitra U, Dutta S, De A, Chatterjee M K, Bhattacharya SK. Ceftriaxone therapy is ciproPoxacin treatment failure typhoid fever
in children. Indian J Med Res 2001; 113: 210-213.
8.Saha SK, Talukder SY, Islam M. Saha S. A highly Ceftriaxone resistant Salmonella typhi in Bangladesh. Pediatr Infect Dis J 1999; 18:
297-303.
9.Background document: The diagnosis, treatment and prevention of typhoid fever. Communicable Disease Surveillance and Response,
Vaccines and Biologicals. World Health Organization. May 2003. WHO/V & B/03.07.
10.Gotuzzo E, Carrillo C. Quinolones in typhoid fever. Infect Dis Clin Pract 1994; 3: 345-351.
11.Bhutta ZA, Khanl, Molla AM. Therapy of multidrug resistant typhoidal salmonellosis in childhood: A randomized controlled
comparison of therapy with oral ce xime vs IV ceftriaxone. Pediatr Infect Dis J 1994; 13: 990-994.
12.Girgis N1, Tribble DR, Sultan Y, Farid Z. Short course chemotherapy with ce xime in children with multidrug resistant Salmonella
typhi septicemia. J Trop Ped 1995; 41: 364-365.
13.Girgis NI, Sultan Y, Hammad O, Farid Z. Comparison of the efficacy, safety and cost of ce xime, ceftriaxone and aztreonam in the
treatment of multidrug resistant Salmonella typhi septicemia in children. Ped Infect Dis J 1995; 14: 603-605.
24
TELAAH KRITIS
25
Validitas
26
Validitas
Apakah peneliti menggunakan alat dan
pertanyaan yang sesuai dengan Tujuan
dari studi?
• Ya, untuk mengetahui diagnostik dan protokol pengobatan untuk
manajemen kasus demam enterik yang terjadi pada anak-anak
kasus pasien demam enterik yang dirawat selama bulan Januari
2015 hingga Januari 2016. Pada populasi pediatrik dalam
kelompok usia 2 hingga 20 tahun di NKPSIMS, Digdoh, Hingna,
Nagpur menggunakan alat pengumpul data (tools) primer
berupa rekam medis . Hal ini sudah sesuai dengan jenis
penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu penelitian deskriptif
yang menggunakan pendekatan observasional
27
Validitas
Apakah digunakan kriteria outcome yang obyektif
dan tidak berbias?
• Ya. Kriteria Outcome telah dikategorikan secara objektif,
yaitu berdasarkan , distribusi populasi usia dan
jenis kelamin, gejala dan tanda umum, tes laboratorium
yang digunakan untuk diagnosis, komplikasi terjadi
selama perjalanan penyakit, protokol perawatan yang
digunakan, efikasi protokol pengobatan yang digunakan.
•
28
Validitas
29
Validitas
Apakah data diambil dengan cara yang sesuai dengan
tujuan studi ?
• Ya, data diagnostik dan protokol pengobatan untuk manajemen kasus demam
enterik yang terjadi pada anak-anak kasus pasien demam enterik. Untuk
tujuan tersebut, peneliti menggunakan tools berupa reka medis sebagai
alat yang membantu pengumpulan data primer dari subjek penelitian. Hal ini
sudah sesuai dengan tujuan studi ini, yaitu fdiagnostik dan protokol pengobatan
untuk manajemen kasus demam enterik yang terjadi pada anak-anak kasus
pasien demam enterik. Namun tidak dijelaskan secara terperinci mengenai
kriteria inklusi dan ekslusi yang digunakan serta tidak dilakukannya
pencantuman kuisioner yang digunakan. Studi ini merupakan studi deskriptif,
yang dalam praktik pengambilan datanya memang dapat dilakukan dengan
pendekatan observationall / satu waktu tanpa dilakukannya follow up.
Seperti yang telah dilakukan peneliti dalam studi ini.
30
Validitas
31
Validitas
32
Validitas
Apakah analisis yang digunakan dalam studi sudah
sesuai dan dijelaskan dengan jelas?
• Tidak, Analisis data dilakukan dikelompokkan ke dalam
analisis univariat dan bivariat. Variabel yang digunakan
dalam analisis univariat namun tidak dijelaskan
secara jelas
33
Validitas
34
Kepentinga
n
Hasil dari penelitian ini cukup penting. Karena banyak manfaat yang dapat
diambil seperti dari seberan distribusi populasi usia dan jenis kelamin,
gejala dan tanda umum, tes laboratorium yang digunakan untuk diagnosis,
komplikasi terjadi selama perjalanan penyakit, protokol perawatan yang
digunakan, efikasi protokol pengobatan yang digunakan, walaupun hasil
penemuan tidak jauh berbeda dengan guidline menejemen demam enterik
yang berlaku di Indonesia
35
Kemamputerapan
• Tidak. Hasil penelitian tidak dapat diaplikasikan ke dalam populasi lokal. Karena
dosis obat yang digunakan berbeda dengan standar internasional dan
guideline yang digunakan di Indonesia
36
Penting
LoE
Valid
2B Dapat diterapkan
37
Level Differential diagnosis / symptom prevalence study