Anda di halaman 1dari 14

DL 1 ( Thypoid )

KELOMPOK 4
NUR KHOLIFATUR R (11161040000004)
NADIA IKHWANI P (11161040000011)
ANNISA PUTRI U (11161040000013)
RIZKIYAH AYU W (11161040000025)
MONALISA PUTRI (11161040000028)
TUTTY ALAWIYAH (11161040000034)
NUR WASILAH (11161040000037)
DWI NUR ROYHA (11161040000079)
Definisi

 Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang


biasanya mengenai saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari tujuh hari, gangguan
pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran.(Mansjoer, 2010)
 Thipoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme
ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari
orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner
and Sudart, 2013)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa,
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan
oleh Salmonella thypii dengan gejala demam yang lebih dari 1
minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran
yang ditularkan melalui makanan, mulut atau minuman yang
terkontaminasi oleh kuman Salmonella thypii.
Etiologi

 Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau


Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella.
 Manusia terinfeksi Salmonella typhi secara fekal-oral.
 Tidak selalu Salmonella typhi yang masuk ke saluran cerna akan
menyebabkan infeksi karena untuk menimbulkan infeksi
salmonella typhi harus mencapai usus halus, dan harus melewati
lambung dengan keasamannya.
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu:
 Antigen O (Antigen somatik)
 Antigen H (Antigen flagela)
 Antigen Vi
Gejala Klinis
 Demam
Demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak
berapa tinggi.
 Gangguan pada saluran pencernaan
 Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa
dalam, yaitu apatis sampai somnolen
Patofisiologi
 Nyamuk mengandung virus dengue akan masuk kedalam tubuh
melaui gigitan, dimana virus tersebut masuk ke aliran darah yang
menyebabkan viremia (kehadiran virus kedalam darah). Lalu virus
masuk ke pembuluh darah menstimulus sel host inflamasi
(makrofag, neutrofil) ( memproduksi endogenus pirogen (IL 1 dan IL
6) dimana endothelium hipotalamus meningkatkan poduksi
prostaglandin dari neurotrasmiter, kemudian protaglandin
berikatan dengan neuron prepiotik di hipotalamus sehingga
termoregulator tubuh akan beradaptasi dengan cara membentuk
setting point (titik pengaturan) tersendiri yang lebih tinggi dari suhu
normal sehingga adanya demam tinggi ( hipertermi).
 Nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan
antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi
akan mengaktivasi sistem komplement. Akibat aktivasi C3 dan C5
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma melalui endotel dinding pembuluh darah
yang mengkibatkan kebocoran plasma ke ekstra vaskuler
 Terbentuknya kompleks virus antibody ( agresi trombosit (
kerusakan trombosit ( terjadinya trombositopenia,
menurunnya trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) (
pendarahan pada pembuluh darah kecil pada kasus
timbulnya ptekie dan terjadi juga pendarahan pada
gusi, selain itu dapat juga beresiko terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada penderita DHF.
 Terbentuknya kompleks virus antibody juga dapat
melepas neurontransmiter (histamin) reseptor nyeri yang
mengakibatkan implus nyeri masuk ke thalamus
sehingga terjadi perubahan kenyamanan nyeri / nyeri
akut.
 Aktivasi C3 dan C5 akan mengakibatkan hepatomegali,
dimana hepar nantinya akan mendesak lambung
sehingga meningkatkan HCl dan timbullah mual dan
Pengobatan
 Tirah baring. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di
tempat, seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, buang air
besar akan mempercepat masa penyembuhan.
 Diet Untuk pasien rawat inap diet diberikan secara khusus, yakni
diet BBS TKTP (bubur saring tinggi kalori tinggi protein)
 Antibiotik
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Khusus
1. Identitas
2. Riwayat Kesehatan ( keluhan utama, riwayat penyakit dahulu,
sekarang dan keluarga )
3. Pola – pola fungsi kesehatan ( pola nutrisi & metabolisme, pola
aktivitas & latihan, pola istirahat & tidur )
4. Pemeriksaan Fisik ( keadaan umum, kepakla & leher, dada &
abdomen dan system integumen )
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Pemeriksaan Leukosit
 Pemeriksaan SGOT dan SGPT
 Pemeriksaan serologis
 Biakan darah
2. Pemeriksaan radiologik
 Foto toraks
 Foto abdomen
Diagnosa Keperawatan
NO. MASALAH ETIOLOGI
1. Hipertermia Proses penyakit (mis,infeksi)

2 Diare Inflamasi gastrointestinal dan iritasi


gastrointestinal

Intervensi
No Dx NOC NIC
1 Dx. 1 Setelah dilakukan asuhan 1.Pengaturan suhu
keperawatan 3x 24 Jam dapat  Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam,
1.mengatur termoregulasi , dengan sesuai kebutuhan
KH:  Monitor suhu dan warna kulit
 Penurunan suhu kulit  Monitor dan laporkan adanya tanda
 Sakit kepala menurun dan gejala dari hipertermia
 Sakit otot menurun  Diskusikan pentingnya termoregulasi dan
kemungkinan efek negatif dari demam
yang berlebihan
Lanjutan
No. Dx NOC NIC
1. Dx.1 2. Mengatur status kenyamanan fisik dengan KH: 2.Perawatan demam
 Dapat mengontrol gejala  Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
 Dapat merelaksasi otot  Dorong konsumsi cairan
 Suhu tubuh normal  Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan aktivitas: jika
diperlukan
 Pantau komplikasi- komplikasi yang berhubungan dengan
demam serta tanda dan gejala kondisi penyebab demam
(misal, kejang)
2 Dx.2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x 24 1.Manajemen diare
Jam dapat  Tentukan riwayat diare
1.Memperbaiki fungsi gastrointestinal dengan KH:  Anjurkan pasien menghindari makanan pedas dan yang
 Frekuensi BAB normal menimbulkan gas di dalam perut
 Konsistensi feses normal  Berikan makanan dalam porsi kecil dan lebih sering serta
 Bising usus normal meningkatkan porsi secara bertahap
 Nyeri perut tidak ada
 Peningkatan peristaltik menurun
 Diare tidak ada
2.Memperbaiki status nutrisi meliputi asupan
makanan dan cairan dengan KH:
 Asupan makanan secara oral cukup
adekuat
 Asupan cairan intra vena cukup adekuat

Anda mungkin juga menyukai