Anda di halaman 1dari 49

HISTOPATOLOGI

MORBUS HANSEN
Pembimbing : dr. Ramona. D. Lubis, Mked (KK) Sp.KK
Penyaji : dr. Maristella Rosalina
PENDAHULUAN
Morbus Hansen→ Mycobacterium leprae (M.leprae)→Kusta

Morbus Hansen→ keseluruh bagian tubuh terutama sistem saraf


tepi dan kulit dan organ tubuh lainya spt mukosa mulut saluran
nafas bagian atas seistem rikulo endotelia mata dan otot

Menurut who MH → Asia tenggara, Amerika, Afrika

Walaupun penyakit ini dapat diobati tetapi dapat menimbulkan


cacat pada fisik penderita MH
TINJAUAN PUSTAKA

Defenisi→ MH → penyakit infeksi menahun→ bakteri tahan


asam yaitu M.Leprae → primer saraf tepi dan sekunder
organ lainya

Etiologi→ M.Leprae memiliki bentuk pleomorf lurus, batang


panjang, sisi pararel dengen kedua ujung bulat
Basil ini→ Batang panjang, batang gram positif tidak bergerak
dan berspora, berkembiang biak didalam sel schwan sarf dan
makrofag kulit → bakter tahan asam → piridin
EPIDEMIOLOGI
• Berdasarkan data WHO, prevalensi Morbus Hansen di dunia tercatat sebesar
192.246 kasus pada tahun 2011 dan ditemukan kasus baru sebesar 228.474 selama
tahun 2010.

• Penyakit Morbus Hansen di Indonesia merupakan masalah nasional kesehatan


masyarakat, dengan beberapa daerah di Indonesia masih memiliki angka prevalensi
yang tinggi.
CARA PENULARAN
Penyakit ini menyerang segala umur dan jarang dibawah 3 tahun.

Mekanisme penularan M. Leprae pada tubuh manusia yang diantaranya adalah melalui kontak
langsung dengan penderita Morbus Hansen, sekret.

Morbus Hansen tidak hanya ditularkan oleh manusia, tetapi juga


ditularkan oleh binatang seperti armadillo, monyet dan mangabey
Masa Mycobacterium
inkubasi Pada anak-anak
tapi lebih sering
leprae, daya
tahan tubuh,
→ bulan- pada dewasa sosial ekonomi
dan iklim
tahun
Diagnosis dan Tanda Klinis
Diagnosis Morbus Hansen dan klasifikasi harus dilihat
secara menyeluruh baik dari segi klinis, bakteriologis,
imunologis dan histopatologis

Pemeriksaan bakteriologis seperti kerokan


dengan pisau skalpel dari kulit, selaput lendir
hidung bawah atau dari biopsi kuping telinga

Ziehl Neelsen dapat dilakukan bila ada keraguan


dan fasilitas yang memungkinkan
Cardinal sign dari Morbus Hansen
Lesi kelainan kulit yang mati rasa

Penebalan saraf tepi yang disertai


gangguan fungsi saraf

Gangguan Fungsi Otonom


Menurut who
Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan
sensibilitas

Penebalan saraf tepi

BTA POSITIF
Klasifikasi Morbus Hansen
Tujuan Klasifikasi Morbus Hansen

Diagnosis, Rejimen Pengobatan, Prognosis, Perencanaan


Operasional

Tergantung dari sistem imumnitas


seluler
Klasifikasi Morbus Hansen
Klasifikasi kusta menurut WHO
kasus leprosy dapat didiagnosis
tanpa pemeriksaan histopatologi

biopsi dari spesimen untuk histopatologi bisa berguna untuk


membantu mengkonfirmasi diagnosis dan subtype nya

Tapi biopsi mempunyai keterbatasan, yaitu tidak


dapat menghasilkan diagnosis definitif
Histopatologi Morbus Hansen
• Pasien dengan permulaan kusta, baik yang tipe
tuberkuloid maupun lepromatous mempunyai
kelainan di jaringan saraf penghubung dan gambaran
histologi dari hilangnya sedikit jaringan serat, dengan
segmental demielinasi dan remielinisasi.
A. Tuberkuloid Leprosy
Tampilan Low power (H&E) menunjukkan granuloma tuberkuloid disekitar saraf dan
jaringan kulit tambahan dalam mid-dermis dan sebuah pembengkakkan, saraf kulit
bagian dalam. Disana tidak terdapat erosi epidermal. Disekitar granuloma ada infiltasi
kepadatan limpositik
Tuberkuloid lepramatos
B. Lepramatos Leprosi
makrofag yang seragam di dalam kulit. Menuju ke bagian bawah gambar
terdapat “Onion Skin” laminasi perineural
BTA yang sendiri dan berkelompok, sebagian
solid, sebagian terpecah, Index Bacilary
C.BODERLINE LEPROSI
BT ( Borderline Tuberkuloid) leprosy, sel epiteloid granuloma
lebih diffus daripada TT dengan zona papillary yang bebas tapi
sempit

Giant cell cenderung sebagai benda asing→ langerhans atau


hanya menunjukan poliferasi sel schwan

Terdapat granuloma sel epiteloid diffus dengan sangat


sedikit limfosit dan tidak ada giant cell; Zona papiler juga
jelas.
Karakteristik Makrofag akan Granuloma
dari Boderline menunjukan kecil yang
Lepramatous sedikit berbusa terliha normal

Sel Schwan Limfosit


terlihat dijumpai padat
berbasil secara luas
Zona subepidermal yang jelas dengan formasi epiteloid
yang baik sel granuloma dan langhans giant cell
Zona saling berseberangan dengan sel berbusa,
sel epiteloid dan infiltrasi lmpositik
Intermediete Leprosi
• Indeterminate Leprosy adalah stadium awal dan
transisi dari leprosy yang terjadi pada orang dengan
status imunologi masih belum dapat ditentukan.
• secara histologi dijumpai sebuah penyebaran
histiotik tidak spesifik dan infiltrasi limfositik dengan
beberapa konsentrasi pada jaringan kulit tambahan
Menunjukkan BTA dalam sel schwann. 7
E. Reaksi Kusta
• Reaksi tipe 1 berkarakteristik dengan peningkatan
limfosit dalam lesi, edema berat dengan gangguan
dari granuloma, dan formasi Giant cell.
Reaksi Tipe satu
Reaksi tipe 1 dengan granuloma, menunjukkan
Giant cell terinfiltarsi
Reaksi Tipe 2 Erythema Nodosum Leprosum
(ENL), makrofag berbusa dan neutrofil pada LL.
KESIMPULAN
Pemeriksaan Histopatologi dari lesi kulit adalah alat yang penting untuk
diagnosis yang akurat untuk leprosy

Dijumpai kesulitan untuk menegakkan diagnosis


klinis dari lesi awal leprosy

Korelasi dari klinis dan tampilan histopatologi bersama dengan indeks


bakteriologi adalah lebih bermanfaat untuk mengklasifikasikan tipe
leprosy yang akurat daripada hanya dengan parameter tunggal
• 6+ banyak clumps atau lebih dari 1000 basil dalam rata-
rata 1 lapang pandang.
• 5+ 100-1000 basil dalam rata-rata 1 lapang pandang
• 4+ 10-100 basil dalam rata-rata 1 lapang pandang
• 3+ 1-10 basil dalam rata-rata 1 lapang pandang
• 2+ 1-10 basil dalam 10 lapang pandang
• 1+ 1-10 basil dalam 100 lapang pandang

Anda mungkin juga menyukai