Anda di halaman 1dari 19

TINDAKAN

PROFESIONALISME
KEDOKTERAN
Kelompok A5
Eriya Zaetun Anjeli (102012303)
Judo Darfin (102013012)
Winda Linting Sanda Lolok (102013100)
Magdalena (102013248)
Raemon Alexandro Mau (102013297)
Ayu Prisilia Todingrante (102013315)
Muhamad Zulyusri Bin Ghazali (102013491)
Batrisyia Binti Basir (102013503)
Pembimbing : dr Dominiq
SKENARIO 7

• Dr P adalah dokter spesialis obgyn baru saja akan


menyelesaikan tugasnya sampai tiba-tiba datang
seorang perempuan yang mengalami perdarahan
per vaginam dan sangat kesakitan . Dr p menduga
wanita tersebut mengalami keguguran atau
mencoba aborsi. Dr p segera melakukan tindakan
dilatasi dan curettage dan menyuruh suster
menanyakan keluarga pasien apakah mau di
opname. Tidak lama kemudian dr q datang dan
mengantikan dr p yang langsung pulang tanpa
berbicara kepada pasien
HUBUNGAN DOKTER PASIEN

• Komunikasi berbicara tentang


• cara menyampaikan dan menerima pikiran-
pikiran, informasi, perasaan, dan bahkan emosi
seseorang
• sampai pada titik tercapainya pengertian yang
sama antara penyampai pesan dan penerima
pesan.
TUJUAN UTAMA

• penyampaian informasi atau pemberian


penjelasan yang diperlukan dalam rangka
membangun kerja sama antara dokter dengan
pasien
PENGIRIM PESAN DAN PENERIMA
PESAN
• Pasien =pengirim pesanmenyampaikan apa yang
dirasakan atau menjawab pertanyaan dokter sesuai
pengetahuannya.
• Dokter =pengirim pesan menyampaikan penjelasan
penyakit, rencana pengobatan dan terapi, efek
samping obat yang mungkin terjadi, serta dampak dari
dilakukan atau tidak dilakukannya terapi tertentu
• penerima pesandokter perlu berkonsentrasi dan
memperhatikan setiap pernyataan pasien. Untuk
memastikan apa yang dimaksud oleh pasien, dokter
sesekali perlu membuat pertanyaan atau pernyataan
klarifikasi.
KOMUNIKASI EFEKTIF

• Tujuan
• mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih
akurat untuk dokter
• lebih memberikan dukungan pada pasien
• dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya
• Keberhasilan komunikasi menciptakan empati.
ASPEK ETIK DAN HUKUM

• UU Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 35: kompetensi


dalam praktik kedokteran antara lain dalam hal
kemampuan mewawancarai pasien
HUKUM

• Hubungan kontraktual: hubungan antara dokter


dengan pasien yang seimbang.
• terjadi karena para pihak, yaitu dokter dan pasien
masing-masing diyakini mempunyai kebebasan
dan mempunyai kedudukan yang setara.
• Kedua belah pihak lalu mengadakan suatu
perikatan atau perjanjian di mana masing- masing
pihak harus melaksanakan peranan atau fungsinya
satu terhadap yang lain. Peranan tersebut berupa
hak dan kewajiban.
HUBUNGAN KARENA KONTRAK ATAU
KONTRAK TERAPEUTIK

tanya jawab (anamnesis)


antara dokter dengan pasien,

kemudian diikuti dengan


pemeriksaan fisik.

pemeriksaan diagnostik untuk


menunjang

akhirnya dokter menegakkan


suatu diagnosis
• Paragraf 6 dan 7 dalam Undang Undang Nomor 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran :
• menyebutkan mengenai hak dan kewajiban dokter dan
hak dan kewajiban pasien yang di antaranya memberikan
penjelasan dan mendapatkan informasi.
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

• Hak pasien menurut UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan
• Hak atas informasi
• Hak atas pendapat kedua
• Hak atas rahasia kedokteran
• Hak untuk memberikan persetujuan tindakan kedokteran
• Hak atas ganti rugi apabila ia dirugikan karena kesalahan atau
kealpaan tenaga kesehatan
• Hak untuk mendapat penjelasan
• Hak untuk memperoleh pendapat kedua
• Hak untuk mendapat pelayanan medis sesuai kebutuhan,
standar profesi dan standar prosedur operasional
• Hak untuk menolak tindakan medis
• Hak untuk mendapatkan isi rekam medis
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN

• Hak pasien menurut UU Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran
• Hak untuk mendapatkan penjelasan secara lengkap
tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam
pasal 45 ayat (3)
• Hak untuk meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
• Hak untuk mendapat pelayanan sesuai dengan kebutuhan
medis
• Hak untuk menolak tindakan medis
• Hak untuk mendapatkan isi rekam medis
• Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran mengatur tentang kewajiban pasien,
yaitu:
• memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang
masalah kesehatannya;
• mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
• mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan
kesehatan; dan
• memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER

• Hak dokter meliputi:


• Memperoleh perlindungan hukum sepanjang ia melakukan
praktik kedokteran sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional.
• Melakukan praktik kedokteran sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional.
• Memperoleh informasi yang jujur dan lengkap dari pasien
atau keluarganya.
• Menerima imbalan jasa
PRINSIP DISIPLIN DALAM PRAKTIK
KEDOKTERAN

• Pengertian: aturan-aturan dan/atau ketentuan penerapan


keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti
oleh dokter dan dokter gigi. (UU Nomor 29 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Pasal 55 ayat (1))

• MKDKI merumuskan 28 bentuk pelanggaran disiplin


kedokteran, dan termasuklah:
• Tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis dan memadai
(adequate information) kepada pasien atau keluarganya dalam
melakukan praktik kedokteran.
• Melakukan tindakan medik tanpa memperoleh persetujuan dari
pasien atau keluarga dekat atau wali atau pengampunya.
• Menyediakan dokter atau dokter gigi pengganti sementara yang
tidak memiliki kompetensi dan kewenangan yang sesuai, atau tidak
melakukan pemberitahuan perihal penggantian tersebut.
PRINSIP HUKUM DALAM PRAKTIK
KEDOKTERAN

1. Hubungan Karena Kontrak (Transaksi Terapeutik)


2. Hubungan Karena Undang-Undang
(Zaakwarneming)
• Aspek etika
• Pasal 7c Kode Etik Kedokteran dengan jelas mencantumkan bahwa
seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien dan menjaga
kepercayaan pasien. Meskipun ditemui pasal demikian dalam kode etik,
namun kutipan tersebut tidak begitu spesifik menjelaskan hak pasien apa
yang dilanggar dalam hal ini. Kasus ini lebih banyak dibahas secara
spesifik dari segi disiplin dan hukum.
• Aspek disiplin
• Penggantian dokter yang bertanggung jawab atas satu pasien tanpa
memberitahukan terlebih dahulu kepada pasien yang ditangani
merupakan salah satu dari 28 bentuk pelanggaran kode disiplin yang
telah dibahas di atas. Dengan cukup jelas dicantumkan bahwa
ketidakhadiran dokter atau dokter gigi bersangkutan dan kehadiran
dokter atau dokter gigi pengganti pada saat dokter atau dokter gigi
berhalangan praktik, harus diinformasikan kepada pasien secara lisan
ataupun tertulis di tempat praktik dokter.
• Aspek hukum
• Kode disiplin tersebut di atas didasarkan pada UU Nomor 29 Tahun 2004
pasal 40 ayat (1) yang mengatakan bahwa dokter atau dokter gigi yang
berhalangan menyelenggarakan praktik kedokteran harus membuat
pemberitahuan atau menunjuk dokter atau dokter gigi pengganti.
• Dokter meminta persetujuan pasien untuk dirawat inap melalui perawat
• Aspek etika dan disiplin
• Ketidakmampuan dokter untuk melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien, sedikitnya melanggar etika profesi kedokteran dan
kedokteran gigi serta lebih lanjut dapat melanggar disiplin kedokteran,
apabila ketidakmampuan berkomunikasinya berdampak pada
ketidakmampuan dokter dalam membuat persetujuan tindakan
kedokteran dan rekam medis.
• Aspek hukum
• Berdasarkan hak dasar manusia yang melandasi transaksi terapeutik
(penyembuhan), setiap pasien bukan hanya mempunyai kebebasan
untuk menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya atau
tubuhnya, tetapi ia juga terlebih dahulu berhak untuk mengetahui hal-
hal mengenai dirinya. Pasien perlu diberi tahu tentang penyakitnya dan
tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan dokter terhadap tubuhnya
untuk menolong dirinya serta segala risiko yang mungkin timbul
kemudian.
KESIMPULAN

• Dalam komunikasi dokter-pasien diperlukan kemampuan


berempati, yaitu upaya menolong pasien dengan pengertian
terhadap apa yang pasien butuhkan.
• Menghormati dan menghargai pasien adalah sikap yang
diharapkan dari dokter dalam berkomunikasi dengan pasien,
siapa pun dia, berapa pun umurnya, tanpa memerhatikan
status sosial-ekonominya.
• Bersikap adil dalam memberikan pelayanan medis adalah
dasar pengembangan komunikasi efektif dan menghindarkan
diri dari perlakuan diskriminatif terhadap pasien.
• Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun
2004 Tentang Praktik Kedokteran memuat pasal-pasal yang
berkaitan dengan komunikasi dokter-pasien,
• Komunikasi yang tidak efektif dapat menimbulkan masalah
dalam hubungan dokter-pasien, di antaranya adalah
tuduhan melakukan malapraktik.

Anda mungkin juga menyukai