Anda di halaman 1dari 67

Kelompok 6 :

1. 1610532031 Winda Juliani


2. 1610532032 Yolla Oktavia Putri
Submateri

• Pengertian Aset
• Pengukuran
• Penilaian
• Pengakuan
• Penyajian
Defenisi aset
• FASB : Aset adalah manfaat ekonomi masa datang yang cukup
pasti yang diperoleh atau dikuasai atau dikendalikan oleh suatu
entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
• IASC : A resource controlled by the enterprise as a result of past
events and from which future economic benefits are expected to flow
the enterprise.
• AASB : An assets are service potential or future economic benefits
controlled by the reporting entity as a result of past transaction or
other past events.
• APB membedakan aset menjadi sumber ekonomik dan nonsumber ekonomik. Yang
digolongkan sebagai sumber ekonomik sesuai APB No.4 adalah :
1. Sumber produktif
- Contoh : bahan baku, gedung pabrik, sumber alam
- Hak kontraktual
2. Produk yang merupakan keluaran kesatuan usaha
- Contoh : persediaan barang jadi, barang dalam proses
3. Uang
4. Klaim untuk menerima uang
5. Hak pemilikan atau investasi pada perusahaan lain
• Nonsumber ekonomik  beban atau pengurang pendapatan
tangguhan seperti : rugi selisih kurs, kos organisasi, dan beberapa
pos yang timbul akibat penyesuaian.
• Tiga karakteristik utama yang harus dipenuhi agar suatu objek atau
pos dapat disebut aset, yaitu :
a. Manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti
b. Dikuasai atau dikendalikan oleh entitas
c. Timbul akibat transaksi masa lalu
Manfaat Ekonomik
Untuk bisa disebut sebagai aset, suatu objek harus
mengandung manfaat ekonomik di masa datang yang cukup
pasti (probable).
Contoh : Uang atau kas memiliki manfaat / potensi jasa karena
apa yang dapat dibelinya atau karena daya tukarnya.
Sumber selain kas mempunyai manfaat ekonomik karena dapat
ditukarkan dengan kas, barang, atau jasa karena dapat
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa atau karena
dapat digunakan untuk melunasi kewajiban.
Dikuasai oleh Entitas
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus dimiliki oleh entitas tetapi
cukup dikuasai oleh entiitas.
Penguasaan atau kendali terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan cara :
• Pembelian
Contoh : pemerolehan perlengkapan secara tunai
• Pemberian
• Penemuan
• Perjanjian
Contoh : perusahaan memiliki kendaraan karena perjanjian/ kontrak
• Produksi
• Penjualan
Contoh : Piutang dagang adalah manfaat ekonomik yang dikuasai perusahaan karena
penjualan
• Lain-lain seperti pertukaran, peminjaman, penjaminan, dan berbagai transaksi komersial
yang diakui hukum
Pendefenisian aset lebih difokuskan pada manfaat ekonomik
masa datang yang dikuasai oleh entitas, baru kemudian pada
objek fisis dan pihak yang menyediakan manfaat. Karena
pemilikan bukan bagian utama dari defenisi aset, maka dua
pihak atau lebih dapat menguasai secara bersama- sama satu
objek yang disediakan pihak lain.
Contoh : Suatu entitas menyewa sebagian gudang barang di
pelabuhan yang disediakan oleh otoritas pelabuhan. Misalnya
Pelindo.
Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu
• Aset harus timbul akibat transaksi atau kejadian masa lalu
adalah kriteria untuk memenuhi defenisi. Jadi, manfaat
ekonomik dan penguasaan atau hak atas manfaat saja
tidak cukup untuk memasukkan suatu objek ke dalam
aset kesatuan usaha untuk dilaporkan di statment
keuangan (neraca).
• Kriteria pengakuan yang lain juga harus dipenuhi
diantaranya keterandalan, keberpautan, dan keterukuran.
• Transaksi atau kejadian masa lalu merupakan syarat
perlu tetapi tidak merupakan syarat cukup untuk
pengakuan aset.
• Contoh lain : penganggaran pembelian mesin yang
disetujui dalam RUPS tidak dengan sendirinya
menimbulkan aset sebelum ada transaksi pembelian.
Karakteristik Pendukung
1. Melibatkan Kos
Pemerolehan aset biasanya melibatkan cost sebagai penghargaan sepakatan
Contohnya kos yang dikeluarkan atas pembelian barang
2. Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, berarti lebih kuat untuk disebut
sebagai aset
3. Tertukarkan
Contohnya mesin yang daya tukarnya rendah tetapi memiliki daya guna yang digunakan
untuk menghasilkan produk.
4. Terpisahkan
FASB tidak memasukkan keterpisahan sebagai kriteria untuk mendefenisikan aset. Pihak
ini beragumen bahwa keterpisahan hanyalah merupakan syarat untuk memperoleh manfaat
suatu aset. Contohnya dengan memasukkan goodwill sebagai aset itu tidak untuk menilai
perusahaan secara keseluruhan tetapi untuk mengidentifikasi dan menilai manfaat
ekonomik perusahaan dimasa datang.
Pengukuran
• Kriteria pengakuan aset : keterukuran manfaat ekonomi di masa datang
• Pengukuran adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada
suatu objek aset pada saat terjadinya yang akan dijadikan data dasar
untuk mengikuti aliran fisis objek tersebut.
• Cost mengalami 3 tahap perlakuan akuntansi mengikuti aliran fisis yaitu :
1. Pengukuran, pengakuan, dan klisifikasi pertama kali pada saat
terjadinya.
2. Pencatatan berikutnya berupa alokasi, distribusi, dan penggabungan
untuk kepentingan internal atau untuk kepentingan pengkosan produk
(penelusuran).
3. Pembebanan ke pendapatan perioda berjalan atau periode - periode
yang akan datang
Cost sebagai Pengukur dan Bahan Olah Akuntansi

Konsep dasar penghargaan sepakatan


 pengukur aset pada saat pemerolehan yang paling
objektif adalah jumlah rupiah yang terlibat dalam transaksi
pertukaran antara dua pihak independen yang sama-sama
berkehendak.
Jumlah rupiah tersebut akan menjadi pengukur aset yang
diperoleh kesatuan usaha dan akan menjadi bahan olah
akuntansi yang disebut cost.
Penghargaan Sepakatan sebagai Bukti
• Mekanisme pasar bebas menjamin dan menghendaki agar :
1. Pihak bertransaksi sama-sama berkehendak dan bebas tanpa tekanan atau
ancaman  Menghindari adanya transaksi sepihak
2. Pihak bertransaksi sama-sama berkemampuan memperoleh informasi secara
bebas
 Bila pihak yang bertransaksi tidak mempunyai informasi sama,
penghargaan sepakatan mungkin tidak lagi merefleksi nilai wajar.
3. Barang yang dipertukarkan cukup standar (umum) dan tersedia cukup banyak
di pasar bebas, sehingga tidak ada yang cukup kuat untuk memengaruhi
harga.

Berdasarkan konsep dasar relativitas bukti dapat dianggap bahwa penghargaan


sepakatan yang akhirnya dicapai merupakan bukti yang terbaik diperoleh sebagai
dasar penentuan cost.
Pengukuran Cost
• Besar kecilnya cost yang harus dicatat pertama kali sebagai
pengukur suatu aset pada saat pemerolehan ditentukan oleh :
1. Batas Kegiatan
Batas akhir kegiatan untuk memasukkan unsur cost sebagai
bagian dari cost aset adalah saat dimulainya penggunaan aset.
Contoh : pajak dan pengeluaran tambahan lainnya yang wajar
yang berkaitan dengan pembangunan sebuah kawasan
pemukiman selama periode pengembangan dan pembangunan
sampai siap dipakai atau dijual sah dan wajar untuk dilekatkan
pada cost kawasan pemukiman tersebut.
2. Jenis Penghargaan
• Pemerolehan aset dapat terjadi dari transaksi atau
kejadian yang melibatkan kas atau nonkas.
• Agar penghargaan yang telah disetujui dapat dicatat
dalam sistem akuntansi, penghargaan tersebut harus
dinyatakan dalam satuan uang.
• Seluruh jumlah rupiah yang telah disepakati sebagai
penghargaan pada saat transaksi akan membentuk cost
yang paling objektif karena tidak lagi melibatkan
interpretasi atau pertimbangan penilaian
• Jika sumber ekonomik nonkas digunakan saat transaksi,
pengukur yang ideal untuk menentukan cost aset yang
diperoleh adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan
diperoleh seandainya sumber ekonomik tersebut dijual dulu
kepada umum secara tunai.
• Bila aset diperoleh tanpa sepakatan misalnya hadiah, cost
aset ditentukan atas dasar setara tunai yang terkandung
dalam aset yang diterima pada saat transaksi atau kejadian.
Cost dalam Barter
• Barter atau pertukaran aset adalah pemerolehan aset
dengan penghargaan berupa aset berwujud atau
nonmoneter lainnya. Bila hal ini terjadi, pengukuran aset
yang diperoleh bergantung pada apakah aset yang
dipertukarkan sejenis atau tak sejenis
Berikut ini prinsip-prinsip penentuan cost aset yang
diterima dalam barter :
Pertukaran tak sejenis tanpa Pertukaran tak sejenis
pembayaran tombok dengan pembayaran tombok
Aset yang diterima dicatat Aset yang diterima dicatat
sebesar nilai wajar/ pasar aset sebesar nilai pasar aset yang
yang diserahkan atau nilai wajar diserahkan ditambah tombok
aset yang diterima, mana yang atau nilai wajar/ pasar aset
lebih mudah atau jelas yang diterima. Dalam hal ini,
ditentukan. Untung atau rugi nilai pasar aset yang
yang timbul diakui saat diserahkan menunjukkan kas
pertukaran. yang akan diterima seandainya
aset tersebut dijual. Untung
atau rugiyang timbul diakui
pada saat pertukaran.
Pertukaran sejenis, tanpa Pertukaran sejenis, dengan
pembayaran tombok pembayaran tombok

Aset yang diterima dicatat Aset yang diterima dicatat


sebesar nilai buku atau nilai sebesar nilai buku aset yang
pasar aset yang diserahkan, diserahkan ditambah tombok
mana yang lebih rendah. atau nilai pasar aset yang
Berarti bahwa kalau terjadi diserahkan ditambah tombok,
untung maka untung tidak mana yang lebih rendah.
diakui dan sebaliknya kalau Berarti bahwa kalau terjadi
terjadi rugi, rugi tersebut diakui untung maka untung tidak
pada saat transaksi. diakui dan sebaliknya kalau
terjadi rugi, rugi tersebut diakui
pada saat transaksi.
• Pertukaran sejenis, dengan penerimaan tombok
 Bila terjadi rugi, aset yang diterima dicatat sebesar harga
pasar aset yang diserahkan dikurangi kas yang diterima.
Berarti rugi yang terjadi diakui semua pada saat terjadinnya
transaksi.
 Bila terjadi untung, aset yang diterima dicatat sebesar nilai
buku aset yang diserahkan dikurangi porsi nilai buku aset
yang diserahkan yang dianggap dijual. Atau nilai pasar/wajar
aset yang diterima dikurangi untung tangguhan.
Saham sebagai Penghargaan
Saham sebagai penghargaan merupakan salah satu bentuk
pemerolehan aset dengan barter. Pengukur yang tepat
untuk menentukan cost dalam situasi ini adalah jumlah
rupiah uang tunai yang akan diterima ole perusahaan
seandainya perusahaan menerbitkan saham-saham yang
digunakan untuk penghargaan tersebut.
Cost dalam Reorganisasi
Bila suatu perusahaan sudah berjalan atau beroperasi
cukup lama kemudian mengalami reorganisasi, perusahaan
tersebut biasanya tidak mempunyai data cost yang
memadai untuk menentukan cost aset yang dikuasainya.
Pengukuran cost didasarkan atas keadaan seakan-akan
perusahaan baru berdiri. Jadi dianggap bahwa aset
perusahaan merupakan suatu kesatuan berbagai aset yang
baru saja dibeli.
Hadiah atau Hibah
Terjadi bila barang atau jasa yang jelas mempunyai manfaat
ekonomik yang besar diperoleh perusahaan tanpa cost yang
berarti atau dengan cost yang tidak sebanding dengan nilai
ekonomik barang yang diperoleh. Contohnya gedung atau
tanah yang diperoleh perusahaan melalui hadiah atau hibah
tetap akan dicatat. Pengakuan cost yang wajar diperlukan untuk
menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Temuan
• Kadang kala suatu sumber alam atau sarana ditemukan atau dikembangkan
dan mempunyai nilai ekonomik yang jauh melebihi pengeluaran yang
sebenarnya untuk memperolehnya.
• Contohnya dibidang eksploitasi sumber alam misalnya, tambang minyak
yang sangat berharga ditemukan dengan pekerjaab eksplorasi dengan cost
nominal (cukup rendah dibandingkan hasilnya)
• Dalam kondisi ini diperlukan suatu pengukur baru cost atas dasar jumlah
tunai implisit.
= jumlah rupiah uang tunai yang pasti diperlukan untuk yang pasti
diperlukan untuk memperoleh sumber daya alam atau suatu teknik pemrosesan
seandainya keduanya sudah dalam keadaan siap pakai atau dalam status siap
dipasarkan atau dikomersialkan.
Kos dalam Pembelian Kredit
Dengan sistem kredit, nilai waktu uang menjadi faktor yang sangat penting
dalam mengukur cost yang sebenarnya.
Jika barang dan jasa dibeli secara kredit, cost yang sebenarnya adalah
harga tunai implisit. Harga tunai implisit tersebut ditentukan atas dasar
jumlah rupiah yang diperlukan seandainya utang tersebut dilunasi pada saat
transaksi.
Dalam hal pembayaran dilakukan dengan surat wesel, surat obligasi atau
surat tanda utang lainnya
 jumlah rupiah tunai impllisit diukur dengan jumlah rupiah uang tunai yang
akan diterima seandainya surat berharga tersebut diterbitkan atau dijual
secara umum pada saat memperoleh aset.
Potongan Tunai dan Keringanan
Cost akan tercatat terlalu tinggi jika potongan tunai dan
keringanan keringanan lain tidak dikurangkan terhadap
harga sepakatan. Harga sesugguhnya mestinya adalah
harga tunai neto. Pencatatan cost atas dasar harga tunai
neto sering tidak dilakukan karena kebiasaan mencatat
transaksi dalam jumlah rupiah yang tercantum dalam faktur.
Rugi dalam Pemerolehan Aset
Dapat terjadi bahwa karena sesuatu hal potensi jasa tertentu
menjadi tidak mempunyai lagi kemampuan atau daya dalam
menghasilkan pendapatan pada waktu mendatang. Dalam
keadaan ini dapat dikatakan bahwa manfaat ekonomik telah
hangus dan merupakan rugi.
Perlakuan yang tepat adalah  pemisahan jumlah rupiah rugi
tersebut sebagai defisit atau dalam keadaan tertentu
penghapusan jumlah rupiah rugi tersebut dengan pengurangan
modal.
Penilaian
Penilaian pos aset dimaksudkan untuk menentukan berapa
jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos aset dan apa
dasar penilaiannya.
Ada berbagai dasar penilaian yang dapat digunakan untuk
tujuan pelaporann aset dalam rangka menyediakan informasi
yang dapat membantu para pemakai untuk mengevaluasi posisi
keuangan dan untuk memprediksi aliran kas di masa datang.
Tujuan Penilaian Aset
• Tujuan penilaian aset harus berpaut dengan tujuan pelaporan
keuangan. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan
informasi yang dapat membantu investor dan kreditor dalam
menilai jumlah, saat, dan ketidakpastian aliran kas bersih ke
badan usaha.
• Jadi tujuan penilaian aset adalah merepresentasi atribut pos-
pos aset yang berpaut dengan tujuan pelaporan keuangan
dengan menggunakan basis penilaian yang sesuai.
Konsep dan Basis Penilaian
• Konsep dan dasar penilaian aset untuk tujuan pelaporan keuangan terdiri
dari dua dimensi yaitu arah aliran aset dan waktu. Karena aset merupakan
komponen penentu posisi keuangan pada saat tertentu, basis pengukuran
untuk menilai aset pada saat tersebutu yang paling valid adalah harga atau
nilai pertukaran.
• Hal ini sejalan dengan konsep dasar penghargaan sepakatan yang sama
dengan harga/nilai pertukaran. Nilai pertukaran dijadikan basis karena
dianggap objektif sehingga memenuhi kualitas keterandalan informasi.
Pertukaran melibatkan sumber ekonomik masuk dan sumber ekonomik
keluar kesatuan usaha.
Nilai pertukaran dapat dipandang dari dua sisi yaitu
pertukaran dalam pemerolehan dan pertukaran dalam
pemanfaatan aset.
Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran pemerolehan
 nilai masukan
Nilai yang diperoleh dari pertukaran pemanfaatan
 nilai keluaran.
Nilai Masukan
Didasarkan atas jumlah rupiah yang harus dikeluarkan atau
dikorbankan untuk memperoleh aset atau objek jasa
tertentu yang masuk dalam unit usaha.
Kalau tujuan menyajikan makna aset ini adalah untuk
menunjukkan aliran kas yang akan keluar dari unit usaha
maka nilai masukan merupakan alternatif nilai keluaran
untuk objek jasa bila memang tidak ada pasar objek
tersebut sehingga nilai keluaran tidak dapat diukur dengan
cukup pasti dan andal.
Kos Historis
Merupakan pengukur potensi jasa yang paling objektif untuk pos aset yang
baru diperoleh. Salah satu keunggulan kos historis dari sudut konsep penilaian
adalah dapat diujinya hasil penilaian tersebut karena kos historis terjadi dari
hasil kesepakatan dua pihak yang independen. Karena dapat diuji validitas
penilaiannya, kos historis dapat diandalkan sebagai informasi. Tetapi, ditinjau
dari relevansi informasi, kos historis menjadi kurang kebermanfaatannya
karena nilai aset berubah dengan berjalannya waktu baik akibat perubahan
daya beli atau perubahan harga.
Kos bijaksana adalah kos selayaknya yang manajemen bijaksana bersedia
membayarnya untuk suatu objek. Kos bijaksana banyak digunakan dalam
penetuan tarif layanan publik dengan alasan bahwa demi kepentingan publik,
kos ketidaknormalan selayaknya di alihkan ke publik.
Kos standar adalah kos yang Kos asli merupakan kos suatu aset
seharusnya terjadi dalam kondisi proses bagi perusahaan yang pertama kali
produksi tertentu yang diasumsi. Kos menempatkannya untuk digunakan
standar lebih banyak diterapkan untuk dalam layanan publik. Kos asli dikenal
tujuan internal manajemen, tetapi kos dalam konteks layanan publik
standar juga dapat dipertimbangkan khususnya bila perusahaan membeli
sebagai pengukur aset (khususnya aset bekas dari perusahaan layanan
sediaan barang) untuk merefleksi kos publik lain. Konsep kos asli
produksi dalam kondisi perusahaan menghalangi perusahaan layanan
beroperasi pada tingkat efisiensi dan publik untuk menikmati laba berlebihan
kapasitas normal. Kos standar tidak melalui penjualan aset padahal dia
selalu merefleksi nilai aktual karena kos sudah dapat menikmati laba normal
standar yang didasarkan pada kondisi dengan tetap memelihara aset tersebut.
ideal yang biasanya tidak Walaupun bermanfaat untuk penetapan
memperhitungkan ketidakefisienan tarif layanan publik, kos asli tidak
yang dianggap normal dalam suatu relevan untuk tujuan penilaian aset
proses produksi. karena tidak merefleksi penghargaan
sepakatan.
Kos Pengganti atau Kos Sekarang
Menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan
yang dipelukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh aset
yang sama jenis dan kondisinya atau penggantinya yang setara /
ekuivalennya.
Kos pengganti hampir sama konsepnya dengan kos standar
sekarang.Kos standar sekarang adalah berapa kos yang
seharusnya untuk menghasilkan suatu produk dengan kondisi
harga, teknologi, dan efisiensi sekarang. Kos pengganti berbeda
dengan kos standar sekarang karena kos pengganti hanya
didasarkan pada harga sekarang tetapi masih tetap didasarkan
pada teknologi dan efisiensi masa lalu.
Beberapa alternatif penilaian lain yang masuk dalam kategori nilai pengganti
adalah :
1. Nilai penaksiran
Adalah nilai taksiran kos sekarang yang ditentukan dengan prosedur
analisis sistematik oleh pihak independen yang kompeten. Biasanya
ditujukkan untuk aset tetap perusahaan yang berjalan terus guna
menetapkan nilai buku sekarang.
2. Nilai wajar
Secara umum berarti jumlah rupiah yang dapat diterima untuk suatu
objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak
bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan.
3. Nilai terealisasi neto dikurangi laba normal
Adalah nilai yang diharapkan merepresentasi kos pengganti bila data
untuk menentukan kos pengganti tidak tersedia. Jadi nilai terealisasi
bersih dikurangi laba normal merupakan cara untuk menaksir kos
pengganti atau kos sekarang.
Kos Harapan
Adalah nilai pengorbanan ekonomik di masa datang seandainya potensi jasa
aset tersebut diperoleh secara bagian demi bagian dan bukan sekaligus. Untuk
penilaian sekarang kos harapan harus didiskun menjadi kos harapan
sekarang atau kos masukan masa datang diskunan. Untuk dapat
menggunakan dasar penilaian ini harus ada alternatif pemerolehan aset secara
bagian demi bagian sebagai pembanding dan diketahui dengan pasti kos masa
datang tiap bagian tersebut. Bila tidak ada alternatif semacam itu, penilaian
akan bersifat hipotesis belaka.
Kos harapan aset adalah nilai sekarang pembayaran kas di masa datang. Pos
aset tetap berwujud biasanya dapat menggunakan dasar penilaian ini baik
pada saat diperoleh maupun pada saat pelaporan keuangan.
Nilai Keluaran
• Didasarkan atas jumlah rupiah kas atau penghargaan
lainya (nonkas) yang diterima suatu unit usaha apabila
suatu aset atau potensi jasa akhirnya keluar dari
kesatuan usaha melalui pertukaran atau konversi. Secara
umum, penilaian ini lebih berpaut dengan aset yang
tujuannya adalah dijual atau dikonversi menjadi kas dan
bukan digunakan untuk kegiatan produksi.
Harga jual masa lalu (past selling price)
Menunjukan kas yang cukup pasti akan diterima dari
konversi suatu pos aset yang timbul karena transaksi masa
lalu. Pos yang mempunyai atribut semacam ini adalah
piutang usaha karena jumlah rupiah piutang usaha
merupakan harga jual masa lalu. Harga jual masa lalu
merupakan salah satu bentuk khusus penilaian yang
disebut nilai terrealisasi neto (net realizable values).
Nilai terrealisasi neto dapat diterapkan tidak hanya untuk
piutang tetapi juga untuk sediaan barang. Nilai terrealisasi
neto adalah seluruh kas yang akhirnya berhasil diperoleh
(collected) atas konversi piutang atau penjualan barang
dagangan sampai tuntas transaksinya.
Harga Jual Sekarang (current selling price)
Didasarkan kepada anggapan bahwa Nilai likuidasi ini sebenarnya tidak
perusahaan akan berlangsung terus dan berbeda dengan harga jual sekarang
transaksi dilaksanakan dalam pasar yang kecuali bahwa nilai keluarannya diperoleh
normal. Bila tidak ada pasar regular, dari kondisi pasar yang berbeda. Nilai
penilaian dapat ditentukan atas dasar likuidasi hanya dapat digunakan apabila
nilai likuidasi (liquidation values). kondisi berikut dipenuhi :
Dasar penilaian ini dapat digunakan (1) bila produk atau potensi jasa lainnya
apabila unit usaha kemungkinan besar telah berkurang manfaat normalnya
tidak akan dapat menjual produk atau lantaran menjadi usang atau tidak laku
aset dalam saluran penjualan yang lagi dipasaran dan
normal atau apabila unit usaha tidak (2) bila unit usaha merencanakan untuk
dapat lagi memanfaatkan seluruh potensi menutup usaha dalam waktu dekat
jasa normal yang diharapkan dari suatu sehingga tidak dapat menjual seluruh
aset (ada penurunan manfaat ekonomi). potensi jasa unit usaha dalam pasar yang
normal sehingga perusahaan ada di
Nilai jual sekarang sebenarnya didasari oleh konsep setara tunai
sekarang. Nilai ini menunjukkan jumlah rupiah kas atau daya beli yang
dapat direalisasi dengan cara menjual setiap jenis aset di pasar bebas
dalam kondisi perusahaan melikuidasi (menjual) asetnya secara
normal. Nilai ini biasanya diukur berdasarkan harga pasar kutipan
barang bekas sejenis dengan kondisi yang sama.

Kelemahannya adalah tidak semua aset mempunyai pasar (untuk


barang tangan kedua) dan harga pasar kutipan sehingga hasil
pengukuran kurang terandalkan.
Nilai Terealisasi Harapan
Secara semantik, nilai terealisasi harapan suatu aset adalah penerimaan kas
atau potensi jasa masa datang yang jumlah dan waktunya cukup pasti. Untuk
penilaian sekarang suatu aset, nilai terealisasi harapan harus didiskun menjadi
nilai terealisasi harapan sekarang atau penerimaan kas/potensi jasa masa
datang diskunan.
Dasar ini dapat digunakan apabila harapan penerimaan kas atau setaranya
cukup pasti dan senggang waktu sampai penerimaan cukup panjang tapi saat
atau tanggal penerimaan pasti.
Pos yang dapat menggunakan dasar penilaian ini adalah misalnya: investasi
dalam obligasi, piutang wesel jangka panjang, dan deposito berjangka.
Dasar penilaian ini lebih bermanfaat dan valid untuk menilai investasi tunggal
atau perusahaan secara keseluruhan dari sudut pandang investor.
Untuk penilaian aset secara individual, terdapat beberapa kelemahan
yaitu :
1. Kalau tidak ada pasar untuk aset bersangkutan, penentuan aliran
kas masa datang bersifat subjektif sehingga sulit diverifikasi.
2. Pemilihan tarif yang cukup representatif untuk merefleksi risiko tiap
aset sangat problematik. Bila tarif tersebut dapat ditentukan, hasil
pengukuran sulit diinterpretasi maknanya oleh pembaca statemen
keuangan.
3. Aliran kas ke perusahaan dihasilkan oleh seluruh aset sebagai suatu
kesatuan dalam menghasilkan produk yang akhirnya dijual untuk
mendatangkan kas.
4. Memperkuat alasan 3 di atas, beberapa aset memang tidak
terpisahkan sehingga nilai sekarang aset tidak akan sama dengan
penjumlahan semua kas masa datang diskunan tiap pos aset.
Kos atau Pasar yang Lebih Rendah (KAPYLR)

• Merupakan kombinasi nilai masukan dan keluaran karena pengertian


pasar dalam hal ini dapat berarti pasar masukan atau keluaran.
• Untuk sediaan barang, pasar mengacu ke nilai masukan karena barang
biasanya dijual pada pasar yang berbeda dengan harga lebih tinggi.
• Untuk surat-surat berharga pasar mengacu ke nilai keluaran karena surat
berharga dijual-belikan pada pasar yang sama seingga kos dan harga
jual keduanya dipandang sebagai nilai atau harga keluaran.
• Didasari oleh konsep dasar konservatisma, yang mana dalam penilaian
aset mempunyai implikasi konservatisma dalam penentuan laba dalam
statemen laba-rugi. Dengan menurunkan nilai aset pada akhir suatu
perioda akibat turunnya harga atau selera, laba bersih akan menjadi lebih
kecil.
Penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih rendah dianggap lemah
secara teoritis karena alasan berikut :
1. Konservatisma cenderung merendahkan aset total. Ini disebabkan nilai
sediaan tidak pernah dilaporkan lebih tinggi dari kos pemerolehan.
2. Lebih rendahnya sediaan akhir pada suatu perioda akan berakibat lebih
rendahnya biaya (dalam bentuk kos barang terjual) pada perioda
berikutnya sehingga laba menjadi lebih tinggi.
3. Terjadi inkonsistensi penilaian baik dalama suatu tahun atau
antarperioda.
4. Salah satu argumen digunakannya metoda KAPYLR adalah bila terjadi
penurunan manfaat akibat kerusakan, keusangan, perubahan harga, atau
kemampuan mendatangkan laba maka selayaknyalah bahwa kos juga
harus diturunkan.
Argumen ini tidak kuat karena nilai terealisasi bersih dari penjualan
barang dapat saja tidak kuat karena nilai terealisasi bersih dari penjualan
barang dapat saja tidak berubah hanya karena kos berubah (diturunkan).
• Ketentuan umum penilaian sediaan : Sediaan dinilai atas dasar
KAPYLR dengan ketentuan bahwa pasar tidak melebihi nilai
terealisasi bersih atau tidak lebih rendah dari nilai terrealisasi
bersih dikurangi laba kotor normal.
• Jadi, nilai terrealisasi bersih merupakan batas atas (upper limit)
dan nilai terrealisasi bersih dikurangi laba kotor normal
merupakan batas bawah (lower limit) kos pengganti (pasar)
yang di perbolehkan.
Penilaian Menurut FASB
• Relevansi tiap dasar pengukuran atau penilaian hanya dapat ditentukan
atas dasar tujuan yang ingin dicapai dalam menyajikan setiap pos aset.
Dalam kenyataannya, akuntansi menggunakan berbagai dasar penilaian
yang berbeda untuk tiap pos aset karena makna yang ingin disampaikan
dari tiap pos tersebut memang berbeda.
• Contoh : dasar penilaian surat-surat berharga dapat menggunakan harga
pasar karena likuiditas merupakan makna yang ingin direpresentasi oleh
hasil penilaian. Di lain pihak, dasar penilaian aset tetap adalah kos historis
(dalam arti nilai buku) karena makna yang ingin disajikan adalah potensi
jasa yang masih tersisa dari fasilitas fisis tersebut.
• Tanpa memperhatikan sifat masukan atau keluaran, FASB menyarankan
untuk tetap menggunakan makna penilaian yang sekarang dipraktikan.
FASB mengidentifikasi lima makna atau atribut yang dapat direpresentasi dalam berbagai
atribut penilaian, yaitu :
a. Historical cost yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan untuk
memperolehnya. Kos historis disesuaikan dengan jumlah bagian yang telah
didepresiasi atau diamortisasi.
b. Current (replacement) cost yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus
dikorbankan kalau aset tertentu yang sejenis diperoleh sekarang.
c. Current market value yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang dapat diperoleh
kesatuan usaha dengan menjual aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal
(tidak akan dilikuidasi). Nilai pasar sekarang biasanya juga digunakan untuk aset yang
kemungkinan akan laku dijual di bawah nilai bukunya.
d. Net realizable value yaitu jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima (tanpa
didiskun) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan (kos) yang diperlukan untuk
mengkonversi aset tersebut menjadi kas atau setaranya.
e. Present (or discounted) value of future cash flows. Piutang dan investasi jangka
panjang disajikan sebesar nilai sekarang penerimaan kas di masa mendatang sampai
piutang terlunasi dikurangi dengan tambahan kos yang mungkin diperlukan untuk
mendapatkan penerimaan tersebut.
Pengakuan
Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah rupiah tersebut timbul akibat
transaksi, kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi aset. Pengakuan aset dilakukan bersamaan
dengan adanya transaksi, kejadian, atau keadaan tersebut. Menurut Sterling, Belakaoui kondisi
perlu dan kondisi cukup yang merupakan penguji yang cukup rinci untuk mengakui aset, yaitu :
1. Deteksi adanya aset. Untuk mengakui aset, harus ada transaksi yang menandai timbulnya aset.
2. Sumber ekonomik dan kewajiban. Untuk mengakui aset, suatu objek harus merupakan sumber
ekonomik yang langka, dibutuhkan, dan berharga.
3. Berkaitan dengan entitas. Untuk mengakui aset, kesatuan usaha harus mengendalikan atau
menguasai objek aset.
4. Mengandung nilai. Untuk mengakui aset, suatu objek harus mempunyai manfaat yang dapat
ditentukan besarnya secara moneter.
5. Berkaitan dengan waktu pelaporan. Untuk mengakui aset, semua penguji di atas harus dipenuhi
pada tanggal pelaporan (tanggal neraca).
6. Verifikasi. Untuk mengakui aset, harus ada bukti pendukung untuk meyakinkan bahwa kelima
penguji di atas dipenuhi.
Bila kaidah pengakuan di atas tidak dipenuhi, kos harus diperlakukan menjadi beban pendapatan
sebagai biaya atau rugi.
Beban Tangguhan
Untuk beberapa kasus, pelaksanaan kaidah di atas menjadi pelik karena
karakteristik unik kos yang terlibat menyebabkan keraguan. Diperlakukan
sebagai aset meragukan karena manfaat ekonomik masa depan tidak cukup
pasti sementara kalau diperlakukan sebagai biaya atau dibebankan ke
pendapatan tahun terjadinya juga tidak pas karena asosiasi dengan
pendapatan sulit untuk ditentukan. Diperlakukan sebagai rugi juga tidak tepat
karena kos merepresentasi upaya yang sah dan wajar.
Kesulitan semacam ini menimbulkan praktik bahwa kos-kos semacam itu (kos
organisasi, riset dan pengembangan dan semacamnya) ditampung dalam satu
pos yang disebut beban tangguhan (deferred charges).
Kos yang mempunyai karakteristik unik sehingga menimbulkan
masalah penangguhan pembebanan misalnya adalah kos yang
terlibat dalam transaksi,kejadian, atau keadaan berikut:
a. Sewaguna
b. Bunga selama masa konstruksi aset tetap
c. Riset dan pengembangan
d. Eksplorasi minyak dan gas bumi
e. Rugi selisih kurs valuta asing
f. Sumber daya manusia
g. Kos organisasi
Sewaguna
Pada mulanya sewaguna diperlakukan sebagai sewaguna menyewa
biasa sehingga jumlah rupiah sewa yang dibayarkan diperlakukan
sebagai biaya sewa.
Praktik semacam ini (disebut off-balance-sheet financing) dipandang tidak
sehat dari segi pelaporan keuangan karena terdapat utang yang cukup
besar yang tidak dilaporkan dalam neraca.
Oleh karena itu, FASB mewajibkan dan melaporkan kewajiban yang
timbul dari sewaguna dan mengakui fasilitas yang disewaguna tersebut
sebenarnya merupakan pembelian angsuran. Yang menjadi masalah
adalah apa kriteria yang harus dipenuhi agar suatu sewaguna dapat
dinyatakan sebagai pembelian angsuran.
Kriteria sewaguna menurut FASB:
a. Kontrak sewaguna menyebutkan adanya transfer hak milik barang atau
properitas kepada tersewaguna pada akhir jangka sewaguna.
b. Kontrak sewaguna memuat pasal bahwa tersewaguna boleh pilih untuk
membeli pada tanggal yang ditetapkan dalam jangka sewaguna dengan
harga yang ditetapkan dan harga tersebut cukup murah sehingga dapat
dipastikan di muka bahwa tersewaguna akan memilih membeli properitas
bersangkutan.
c. Jangka sewaguna adalah 75% atau lebih dari sisa umur ekonomik taksiran
properitas sewagunaan sejak penandatanganan kontrak. Bila sisa umur
ekonomik mulai dari penandatanganan kontrak kurang dari 25% umur
ekonomik total, kriteria ini tidak berlaku.
d. Pada saat penandatanganan kontrak sewaguna, nilai sekarang semua
pembayaran sewaguna minimum selama jangka sewaguna adalah sama
atau lebih besar dari 90% nilai wajar bersih bagi pesewaguna.
Standar untuk mengkapitalisasi sewaguna oleh IAI (PSAK No. 30) :
a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aset yang
disewagunausahakan pada akhir masa masa sewa guna usaha dengan
harga yang disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa
guna usaha.
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha
ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan
barang modal yang disewagunausahakan serta bunganya, sebagai
keuntungan perusahaan sewa guna usaha (full payout lease).
c. Masa sewa guna usaha minimum 2 (dua) tahun.
Untuk mengkapitalisasi sewaguna, IAI menetapkan bahwa ketiga kriteria di
atas harus dipenuhi. Kalau salah satu saja kriteria di atas tidak terpenuhi
maka sewaguna diperlakukan sebagai sewaguna operasi.
Kos Bunga
FASB menyebutkan bahwa tujuan mengkapitalisasi kos bunga adalah untuk
mendapatkan angka kos pemerolehan yang paling merefleksi investasi total
kesatuan usaha dalam aset dan untuk membebankan suatu kos yang
berkaitan dengan pemerolehan suatu sumber ekonomik yang akan memberi
manfaat di masa datang untuk ditandingkan dengan pendapatan yang
dihasilkan oleh manfaat tersebut. Tujuan terakhir dimaksudkan agar terjadi
penandingan yang tepat terutama bila waktu pembangunan atau perioda
pemerolehan (acquasition period) cukup lama. Akan tetapi, kapitalisasi kos
bunga hanya dilakukan apabila manfaat informasi melebihi kos penyediaan
informasi (kos administrasi dalam mengkapitalisasi bunga).
Argumen Pendukung
Beberapa argumen diajukan untuk mendukung kapitalisasi kos bunga.
1. Dengan kesiapan pemakaian atau penggunaan sebagai batas kegiatan pengukuran
kos aset, kos bunga yang jelas merupakan unsur kos aset.
2. Bila kesatuan usaha tidak membangun sendiri fasilitas fisis bersangkutan,
penghargaan sepakatan sebagai kos pemerolehan pada umumnya termasuk pula
bunga yang harus dibayar oleh kontraktor selama pembangunannya.
3. Pembebanan kos bunga langsung pendapatan selama masa konstruksi akan
mendistorsi laba terutama kalau konstruksi didanai dari pinjaman khusus untuk
keperluan tersebut.
4. Kos bunga selama masa pembangunan bukan merupakan kos pendanaan karena
kalau pembangunan didanai dari penerbitan ekuitas baru, kos pendanaan secara
konseptual tetap terjadi dan digeser ke pemegang saham dalam bentuk dividen
yang pembayarannya mungkin ditunda sampai pembangunan selesai.
Argumen Penolak
Beberapa argumen menolak dikapitalisasinya bunga.
1. Bunga lebih merupakan kos pendanaan daripada unsur kos aset karena perusahaan
sebenarnya dapat menghindari bunga tersebut dengan memilih alternatif pendanaan dengan
ekuitas. Hal ini dibantah dengan argumen pendukung 4
2. Dengan konsep nilai setara tunai atau nilai sekarang aliran kas diskunan dalam mengukur
kos suatu aset, kos pemerolehan suatu fasilitas fisis seharusnya tidak dipengaruhi oleh
kebijakan pemilihan cara pendanaan pembangunannya.
3. Dengan konsep kesatuan usaha, bunga lebih bermakna sebagai pembagian laba daripada
sebagai upaya untuk memperoleh pendapatan.
4. Karena merupakan kos pendanaan yang terpisah dengan kos pemerolehan aset, alokasi kos
bungan ke semua aset nonmoneter hanya akan kecil pengaruhnya terhadap laba periodik
karena jumlah yang dikapitalisasi dalam suatu perioda akan dikompensasi dengan amortisasi
bunga yang dikapitalisasi pada perioda-perioda sebelumnya.
Dengan demikian, manfaat informasi tambahan tidak sepadan dengan kos akuntansi dan
administratif tambahan sehingga tidak memenuhi kriteria manfaat kos dalam karakterisitik
kualitatif informasi.
Alternatif Perlakuan
Beberapa alternatif perlakuan adalah :
1. Bunga tidak dikapitalisasi dan diperlakukan sebagai bagian dari kos fasilitas fisis.
2. Bunga yang dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai bagian dari kos fasilitas fisis
yang dibangun sendiri. Jumlah yang dikapitalisasi dapat sebesar :
a. Jumlah rupiah seluruh bunga yang sesungguhnya dibayar atau terjadi untuk
dana yang khusus dipinjam untuk pembangunan.
b. Jumlah rupiah semua bunga yang sesungguhnya dibayar atau terjadi untuk
semua dana pinjaman yang ad. Ini dilakukan apabila tidak ada dana khusus
yang disediakan untuk pembangunan aset bersangkutan.
c. Bunga dikapitalisasi sebesar jumlah rupiah bunga implisit dana yang tertanam
dalam perusahaan tanpa memperhatikan sumbernya.
3. Bunga yang dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen kos fasilitas fisis
yang dibangun sendiri. Besarnya bunga yang dikapitalisasi dapat didasarkan pada
perhitungan seperti alternatif 2 di atas.
Jumlah Rupiah Kapitalisasian
• Alternatif (2a) didasarkan pada argumen bahwa bunga
merupakan elemen kos konstruksi tetapi hanya bunga yang
memang benar-benar dibayar untuk dana khusus tersebut yang
menunjukkan unsur kos pemerolehan aset.
• Alternatif (2b) dasar pikirannya adalah bahwa semua utang
dianggap digunakan untuk investasi dalam pembangunan sarana
fisis. Kos bunga di sini dianggap sebagai kos kesempatan.
• Alternatif (2c) mendasarkan diri pada asumsi bahwa bunga
seluruh dana yang tertanam dalam perusahaan merupakan kos
ekonomik. Kos aset di sini diartikan sebagai “nilai” barang dan
jasa yang dikorbankan dalam rangka memperoleh aset tersebut.
Bunga dianggap sebagai nilai jasa uang yang terikat dalam suatu
aset sebelum dioperasikan.
Standar Yang Mengatur
• Adanya berbagai alternatif perlakuan kos bunga menuntut adanya
standar akuntansi yang menjadi acuan praktik agar perbandingan
statemen keuangan menjadi mudah dilakukan dan bermakna.
Secara konseptual memang layaklah kalau kos bunga selama
konstruksi dikapitalisasi tetapi perlu ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi berkaitan dengan jenis aset yang dapat dilekati kos
bunga, besarnya kos bunga yang dikapitalisasi, dan perioda
kapitalisasi. Kedua standar ini pada dasarnya membolehkan
adanya kapitalisasi bunga asalkan memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu yang diatur dalam standar tersebut. Standar
yang relevan dengan hal ini di Amerika adalah SFAS No. 34.
Aset Memenuhi Syarat
FASB (SFAS No. 34, prg 9) menetapkan bahwa kapitalisasi bunga hendaknya
dilakukan hanya untuk aset yang memenuhi syarat :
a. Aset yang dibangun atau diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan
b. Aset dibangun atau diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai suatu unit
atau projek yang berdiri sendiri terpisah dari objek atau kegiatan operasi
lainnya
Misalnya kapal, kawasan industri, real estate, jembatan, atau semacamnya.
c. Investasi jangka panjang yang diperlakukan dengan metoda ekuitas sementara
terinvestasi sedang melaksanakan kegiatan pembangunan fasilitas fisis
asalkan kegiatan tersebut menggunakan dana investasi itu untuk memperoleh
fasilitas fisis tersebut.
Sediaan barang yang diproduksi secara rutin atau diproduksi secara masa dan
berulang-ulang tiap perioda dan tidak memenuhi syarat untuk menjadi objek
kapitalisasi bunga. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa manfaat informasional
tambahan yang diperoleh dari kapitalisasi tersebut tidak sepadan dengan
tambahan kos akuntansi dan administrasinya.
Karakteristik lain suatu aset yang tidak dapat menjadi objek kapitalisasi
adalah :
a. Aset yang sudah digunakan atau yang sudah siap digunakan sesuai
degan tujuan penggunaan dalam operasi menghasilkan pendapatan.
b. Aset yang belum dapat digunakan dalam kegiatan menghasilkan
pendapatan perusahaan dan juga tidak mengalami
penyelesaian/perbaikan atau kegiatan lain yang diperlukan untuk
menjadikan aset tersebut siap digunakan dalam operasi.
c. Aset yang tidak dimasukkan dalam neraca komsolidasi perusahaan
induk dan perusahaan-perusahaan anaknya.
d. Investasi yang diperlakukan dengan metoda ekuitas setelah kegiatan
operasi utama yang direncanakan oleh terinvestisasi dimulai.
e. Investasi dalam perusahaan regulasi yang mengkapitalisasi baik kos
utang maupun ekuitas.
f. Aset yang diperoleh dengan dana hadiah atau hibah yang dibatasi
penggunaannya oleh penghadiah atau penghibah semata-mata untuk
pemerolehan aset tersebut
Besarnya Kapitalisasi Bunga
• Bunga yang dikapitalisasi adalah tambahan bunga yang diperkirakan terjadi
selama suatu perioda akibat adanya konstruksi.
• Secara teknis jumlah rupiah bunga yang dikapitalisasi dalam suatu perioda
akuntansi selama perioda pemerolehan adalah tingkat bunga atau tarif
kapitalisasi dikalikan dengan rata-rata pengeluaran dana untuk konstruksi
selama perioda akuntansi tersebut. Jumlah rupiah bunga total yang dikapitalisasi
tidak boleh melebihi jumlah rupiah bunga total yang terjadi dalam perioda
tersebut.
• Tingkat bunga pinjaman yang khusus digunakan untuk pembangunan aset dapat
digunakan sebagai tarif kapitalisasi kalau dana rata-rata yang tertanam dalam
konstruksi tidak melebihi dan pinjaman khusus tersebut. Kalau dana rata-rata
yang tertanam dalam konstruksi melebihi jumlah dana pinjaman khusus untuk
konstruksi, tarif kapitalisasi untuk kelebihan dana yang tertanam tersebut adalah
rata-rata berbobot tingkat bunga sumber dana lainnya.
Perioda Kapitalisasi
Perioda kapitalisasi dimulai ketika tiga kondisi berikut
dipenuhi :
a. Pengeluaran untuk pembangunan aset telah dilakukan
atau terjadi.
b. Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan
pembangunan sampai siap dipakai masih berlangsung.
c. Kos bunga telah terhimpun (accrued) atau terjadi
bersamaan dengan berjalannya pembangunan aset.
Perioda kapitalisasi akan berakhir apabila konstruksi
bersangkutan secara substansial telah selesai dan siap
dioperasikan.
Pengungkapan dan Penyajian
Hal-hal yang harus diungkapkan sebagai penjelasan statemen keuangan :
a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang terjadi selama
perioda dan dibebankan sebagai biaya perioda tersebut.
b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi dan bagian
yang dikapitalisasi
Pengungkapan dan penyajian pos-pos aset harus dipelajari dari standar yang
mengatur tiap pos. Secara umum, prinsip akuntansi berterima umum memberi
pedoman penyajian dan pengungkapan aset sebagai berikut :
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau di bagian
atas dalam neraca berformat laporan.
b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang
paling lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus
diungkapkan
Misalnya metoda depresiasi aset tetap dan dasar penilaian sediaan barang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai