Disusun Oleh Kelompok 5 APT62 Kelas C
Disusun Oleh Kelompok 5 APT62 Kelas C
Kelompok 5
APT62 Kelas C
•Ratna Agustina (2018000086)
•Selvianawati (2018000097)
•Stephanie Folhold (2018000102)
•YohanitaWahyuW . (2018000116)
•Suwardi Toy (2018000138)
Berdasarkan tempat/organ
yang diserang oleh kuman
Tuberkulosis
Paru BTA
Tuberkulosis Positif
Paru Tuberkulosis
Tuberkulosis Paru BTA
Tuberkulosis Negatif
Ekstra Paru
TB Berdasarkan Lokasi
Tuberkulosis paru: TB yang terjadi pada parenkim (jaringan)
paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada
jaringan paru. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau
mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis
yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB
ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
Pindahan Lalai
Kambuh Gagal
Intensif
Pengobatan
TB
Lanjutan
4 / 7Bulan
Rejimen pengobatan TB mempunyai kode
standar yang menunjukkan tahap dan lama
pengobatan,
2HRZE/4H3R3 H = Isoniazid
R = Rifampicin
Z = Pyranzinamide
E = Ethambutol
S = Streptomisin
2HRZE 4H3R3
Banyaknya obat yang
diminum dalam satu
Lama Lama waktu
pemakaian pemakaian
Terapi OBAT
Kategori Kasus Fase intensif Fase lanjutan
(tiap hari) (3 x seminggu)
I Kasus baru BTA positif; BTA 2HRZE 4H3R3
negatif/rontgen positif dengan kelainan
parenkim luas; Kasus TB ekstra paru
berat
II Relaps BTA positif; gagal BTA 2HRZES 5H3R3E3
positif; Pengobatan terputus
1HRZE
Bersifat bakterisid, Mual, DEWASA; 5 mg/kgBB per hari (4-6 Vit B6 100 mg
dapat membunuh muntah, mg/kgBB per hari), ANAK:10 per hari
mg/kgBB per hari (10-15 mg/kgBB
90% populasi kuman Neuritis per hari). Untuk dewasa dengan BB
dalam beberapa hari Perifer 30-45 kg, dosis per hari 200 mg
pertama pengobatan. diberikan dalam dosis tunggal.
EFEK TATA
MEKANISME KERJA DOSIS
SAMPING LAKSANA
EFEK TATA
MEKANISME KERJA DOSIS
SAMPING LAKSANA
MEKANISME
EFEK SAMPING DOSIS TATA LAKSANA
KERJA
Hentikan
Bersifat bakterisid. Gangguan 750 mg/hari. penggunaan
Menghambat sintesis Pendengaran, dan 3x/minggu atau 1,5 Streptomycin,
protein bakteri keseimbangan gram 2x/minggu. ganti dengan
dengan mengikat Infeksi akut = 1-2 Etambutol.
RNA Ribosom gram per hari
Tidak indikasikan
kepada ibu hamil
Obat Lini Pertama
Efek samping Kemungkinan Tatalaksana
Penyebab
Minor OAT diteruskan
Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin Obat diminum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin /allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6 (piridoksin) 1 x 100 mg
perhari
Warna kemerahan pada air seni Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu diberi apa-
apa
Mayor Hentikan obat
Gatal dan kemerahan pada kulit Semua jenis OAT Beri antihistamin dan dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan (vertigo dan Streptomisin Streptomisin dihentikan
nistagmus)
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat (penyebab lain Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT sampai ikterik
disingkirkan) menghilang dan boleh diberikan
hepatoprotektor
Muntah dan confusion (suspected drug-induced Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT dan lakukan uji
pre-icteric hepatitis) fungsi hati
• TB MDR
• Disertai resistensi terhadap sekurang-kurangnnya Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) ,
secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya HR, HRE,
XDR HRES.
Kondisi dimana pasien mengalami resistensi terhadap salah satu obat, dan
menyebabkan pasien resistensi terhadap derivat dari obat tersebut.
Cross Contoh : pasien yang resisten streptomisin, terjadi resisten juga terhadap
Contamination golongan aminoglikosida lainnya seperti kanamisin atau amikasin
Sumber : Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Daley, Charles L. 2004. Drug Resistant Tuberculosis : A Survival Guide for Clinicians. Tuberculosis
Control Branch of the California Department of Public Health
Mekanisme Resistensi
Sumber : Farmakologi dan Terapi Edisi V . Deartemen Farmakologi dan Terapetik FK UI. Halaman 587-599
2. Masalah diagnosis
Masalah dalam diagnosis TB secara mikroskopik, meliputi keberadaan alat dan
reagen serta kenadalan petugas. Upaya menetapkan laboratorium yang khusus
untuk TB merupakan hal yang patut dilakukan, seperti halnya Puskesmas
Rujukan Mikroskopik (PRM). PRM seyogyanya dapat pula melayani berbagai
fasilitas kesehatan lain di daerah tersebut.
9. TB kelompok khusus
Contohnya penderita HIV dan pengungsi, dimana TB kini
menjadi masalah kesehatan penting akibat turunnya daya tahan
tubuh mereka. Penanggulangna TB seyogyanya merupakan
bagian tidak terpisahkan dari program kesehatan pasa
pengungsi dan ODHA.
2 Diagnosa TBC dengan pemeriksaan dahak, Diagnosis MDR-TB melalui pemeriksaan kultur
secara mikroskopik dan uji sensitivitas obat
a. Triase pasien yang tepat untuk pemeriksaan kultur & BTA, dibawah
manajemen pemeriksaan kultur dan BTA di bawah DOTS-Plus
b. Koordinasi dengan laboratorium rujukan nasional dan supra-nasional
3 Pengobatan dengan panduan obat anti Strategi pengobatan yang tepat yang
tuberculosis (OAT) jangka panjang pendek menggunakan obat lini kedua di bawah kondisi
dengan pengawasan langsung oleh manajemen yang tepat
pengawas menelan obat (PMO) a. Desain standar perawatan rasional (berbasis bukti)
b. DOT memastikan kepatuhan jangka panjang
c. Pemantauan dan manajemen reaksi obat yang merugikan
d. Sumber daya manusia yang memadai
4 Kesinambungan persediaan OAT jangka Tidak terputusnya pasokan obat anti-TB yang
pendek dengan mutu terjamin terjamin kualitasnya.
5 Pencatatan dan pelaporan secara baku Sistem pencatatan dan pelaporan yang dirancang
untuk memudahkan pemantauan dan untuk program DOTS-Plus yang memungkinkan
evaluasi program penanggulangan TBC. pemantauan kinerja dan evaluasi hasil
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material
/patodiagklas.pdf
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf
https://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Buku/bpn_p-
tb_2014.pdf
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/52-
tuberkulosis-dan-leprosi/521-antituberkulosis