Anda di halaman 1dari 35

Disusun Oleh

Kelompok 5
APT62 Kelas C
•Ratna Agustina (2018000086)
•Selvianawati (2018000097)
•Stephanie Folhold (2018000102)
•YohanitaWahyuW . (2018000116)
•Suwardi Toy (2018000138)

Program Studi Profesi Apoteker


Fakultas Farmasi
Universitas Pancasila
Jakarta
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA) yang bersifat batang gram
positif (Mycobacterium tuberculosis).
Bakteri:
• Mycobacterium tuberculosis
• Bakteri berbentuk batang
• Bakteri basil gram positif
• Bakteri tahan asam
Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Negatif

Sifat Gram positif (+) Gram negatif (-)


Komposisi dinding sel Kandungan lipid Lipid tinggi
rendah
Ketahanan terhadap Lebih sensitive Lebih tahan
penisilin
Penghambat warna Lebih dihambat Kurang dihambat
basa
Kebutuhan nutrient Kompleks Relatif sederhana
Ketahanan terhadap Lebih tahan KurangTahan
perlakuan fisik
Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Negatif
Patofisiologi TBC
Klasifikasi

Berdasarkan tempat/organ
yang diserang oleh kuman

Tuberkulosis
Paru BTA
Tuberkulosis Positif
Paru Tuberkulosis
Tuberkulosis Paru BTA
Tuberkulosis Negatif
Ekstra Paru
TB Berdasarkan Lokasi
 Tuberkulosis paru: TB yang terjadi pada parenkim (jaringan)
paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada
jaringan paru. Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau
mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis
yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.
Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB
ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

 Tuberkulosis ekstra paru: TB yang terjadi pada organ selain paru,


misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit,
sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis TB ekstra paru dapat
ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis.
Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan penemuan
mycobacterium tuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita
TB pada beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra
paru pada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.
TB Berdasarkan Lokasi
 Tuberkulosis paru BTA (+)
• Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
• Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif

 Tuberkulosis paru BTA (-)


• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak
respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas
• Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.Tuberculosis positif
• Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
klasifikasi
Berdasarkan riwayat pengobatan penderita

Pindahan Lalai

Kambuh Gagal

Kasus Tuberkulosis Kronis


baru
TB Berdasarkan Tipe Penderita
 Kasus baru adalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30
dosis harian)
 Kasus kambuh (relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil
pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila hanya
menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai
lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan : • infeksi
sekunder • infeksi jamur • TB paru kambuh
 Kasus pindahan (transfer in) adalah penderita yang sedang mendapatkan
pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat ke
kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat
rujukan/pindah d. Kasus lalai berobat adalah penderita yang sudah
berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih,
kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
TB Berdasarkan Tipe Penderita
 Kasus gagal
>>penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum
akhir pengobatan)
>>penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik
positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan
dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan
 Kasus kronik adalah penderita dengan hasil pemeriksaan
dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang
kategori 2 dengan pengawasan yang baik
GEJALA TBC
 Batuk dan berdahak terus-
menerus selama 3 minggu
atau lebih
 Batuk darah atau pernah
batuk darah, sesak nafas
dan nyeri dada
 Badan lemah, nafsu makan
dan berat badan menurun
 Rasa kurang enak badan
(malaise)
 Berkeringat pada malam
hari
 Demam meriang lebih dari
sebulan.
ALUR
DIAGNOSIS
TBC
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
1. Pemeriksaan Awal

Parameter Pemeriksaan Nilai Parameter


Pemeriksaan Bila Positif
Laju Pernafasan > 30 / menit
Suhu Tubuh 39oC disertai demam
Denyut Nadi 120 / menit
Tes Berjalan Tidak mampu berjalan
tanpa bantuan
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
2. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pasien Terduga Tuberkulosis

Parameter Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Bila Positif

Pemeriksaan Sputum > 5000 basil / mL


Kultur Sputum 10 – 100 basil / mL
Test Kulit Area pembengkakan kulit lengan bagian
bawah > 5 mm
Interferon Gamma Release Assay (IGRA) Menghasilkan Interferron Gamma (IFN-g)
pada sel darah putih
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Suspek TB paru  periksa BTA sputum (dilakukan 3x)
 ≥ 2 BTA (+) = (+) TB
 1 BTA (+)
* Foto thoraks dan pertimbangan dokter
* Periksa ulang BTA sputum (Jika hasilnya ≥ 1 BTA = (+) TB,
jika 3 BTA (-) = foto throkas)
 3 BTA (-) = diberikan antibiotik non OAT
* jika ada perbaikan, maka (-) TB
* jika tidak ada perbaikan, maka periksa ulang BTA sputum
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Tujuan pengobatan:
a. Menyembuhkan pasien dan memperbaik produktivitas serta kualitas hidup
b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampak buruk selanjutnya
c. Mencegah terjadinya kekambuhan TB
d. Menurunkan penularan TB
e. Mencegah terjadinya dan penularan TB resisten obat

Prinsip pengobatan tuberkulosis:


a. Pengobatan dinerikan dalam bentuk panduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah terjadinya resistensi
b. Diberikan dalam dosis yang tepat
c. Ditelan secara teratur dengan pengawasan langsung (DOT = Direct Observed Treatment)oleh PMO
(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan
d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalam tahap awal serta tahap lanjutan
untuk mencegah kekambuhan
Terapi 2 – 3 Bulan

Intensif
Pengobatan
TB
Lanjutan
4 / 7Bulan
Rejimen pengobatan TB mempunyai kode
standar yang menunjukkan tahap dan lama
pengobatan,

2HRZE/4H3R3 H = Isoniazid
R = Rifampicin
Z = Pyranzinamide
E = Ethambutol
S = Streptomisin

2HRZE 4H3R3
Banyaknya obat yang
diminum dalam satu
Lama Lama waktu
pemakaian pemakaian
Terapi OBAT
Kategori Kasus Fase intensif Fase lanjutan
(tiap hari) (3 x seminggu)
I Kasus baru BTA positif; BTA 2HRZE 4H3R3
negatif/rontgen positif dengan kelainan
parenkim luas; Kasus TB ekstra paru
berat
II Relaps BTA positif; gagal BTA 2HRZES 5H3R3E3
positif; Pengobatan terputus
1HRZE

III Kasus baru BTA negatif/rontgen positif 2 HRZ 4H3R3


sakit ringan; TB ekstra paru ringan

IV Kasus kronik Rujuk ke dokter spesialis paru


Sputum BTA tetap + setelah pengobatan
berulang
Sisipan Bila pada ahir fase intensif, pengobatan 1HRZE
pasien baru BTA positif dengan kategori 1
atau pasien BTA positif pengobatan ulang
dengan kategori 2, hasil pemeriksaan
dahak masih BTA positif.
RIFAMPISINE

MEKANISME EFEK TATA


DOSIS
KERJA SAMPING LAKSANA

Bersifat bakterisid, Warna DEWASA dalam dosis tunggal, Tidak perlu


dengan kemerahan BB <50kg adalah 450 mg, diberikan terapi
BB >50kg adalah 600 mg (pasien
Menghambat pada urin dengan gangguan fungsi hati tidak
tambahan
polymerase RNA dan lebih dari 8 mg/kgBB). apapun tetapi
yang tergantung DNA gangguan perlu diberi
pada sel-sel yang fungsi hati ANAK: 10-20 mg/kgBB sebagai penjelasan
rentan sehingga dosis harian (dosis total tidak lebih kepada pasien.
dari 600 mg).
sintesis RNA
terganggu
ISONIAZIDE
MEKANISME EFEK TATA
DOSIS
KERJA SAMPING LAKSANA

Bersifat bakterisid, Mual, DEWASA; 5 mg/kgBB per hari (4-6 Vit B6 100 mg
dapat membunuh muntah, mg/kgBB per hari), ANAK:10 per hari
mg/kgBB per hari (10-15 mg/kgBB
90% populasi kuman Neuritis per hari). Untuk dewasa dengan BB
dalam beberapa hari Perifer 30-45 kg, dosis per hari 200 mg
pertama pengobatan. diberikan dalam dosis tunggal.

Dengan Menghambat Untuk pasien dengan BB >45 kg,


dosis per hari 300 mg diberikan dalam
sintesis asam mikrolat
dosis tunggal. Tuberkulosis Latent
(komponen terpenting (Monoterapi): diberikan sedikitnya 6
dinding sel bakteri) bulan DEWASA; 300 mg per hari.
ANAK; 10 mg/kgBB per hari (maks.
300 mg/hari).
PIRAZINAMIDE

EFEK TATA
MEKANISME KERJA DOSIS
SAMPING LAKSANA

Bersifat bakteriostatik. 15-30 mg/kg BB sekali Berikan Aspirin


Pirazinamid dalam bentuk Nyeri sendi, sehari. Dosis maksimal
prodrug akan diubah dan kelainan sehari 3 g.
menjadi asam pirazinoat hati, serta
oleh enzim piramidase menghambat Digunakan 2 bulan
bakteri, sehingga asam ekskresi asam pertama dari 6 bulan
pirazinoat menghambat uram. pengobatan. Untuk pasien
sintesis asam lemak dengan gangguan fungsi
bakteri, serta ginjal 20-30 mg/kg BB
mengasamkan sitoplasma tiga kali seminggu
dan merusak sel bakteri.
ETHAMBUTOL

EFEK TATA
MEKANISME KERJA DOSIS
SAMPING LAKSANA

Bersifat bakteriostatik, Dewasa dan Anak di atas 6 Tidak boleh


Menghambat sintesis Gangguan tahun, diberikan pada
RNA minimal 1 metabolit pengelihatan 15-25 mg/kg BB sebagai anak-anak.
(metabolit primer) yang dosis tunggal Hentikan
menyebabkan kerusakan Etambutol dan
pada metabolisme sel periksa mata.
(gangguan pembentukan
energi dan sel-sel baru),
menghambat multifikasi
dan kematian sel
STREPTOMISINE

MEKANISME
EFEK SAMPING DOSIS TATA LAKSANA
KERJA
Hentikan
Bersifat bakterisid. Gangguan 750 mg/hari. penggunaan
Menghambat sintesis Pendengaran, dan 3x/minggu atau 1,5 Streptomycin,
protein bakteri keseimbangan gram 2x/minggu. ganti dengan
dengan mengikat Infeksi akut = 1-2 Etambutol.
RNA Ribosom gram per hari
Tidak indikasikan
kepada ibu hamil
Obat Lini Pertama
Efek samping Kemungkinan Tatalaksana
Penyebab
Minor OAT diteruskan
Tidak nafsu makan, mual, sakit perut Rifampisin Obat diminum malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin /allopurinol
Kesemutan s/d rasa terbakar di kaki INH Beri vitamin B6 (piridoksin) 1 x 100 mg
perhari
Warna kemerahan pada air seni Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu diberi apa-
apa
Mayor Hentikan obat
Gatal dan kemerahan pada kulit Semua jenis OAT Beri antihistamin dan dievaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan (vertigo dan Streptomisin Streptomisin dihentikan
nistagmus)
Ikterik / Hepatitis Imbas Obat (penyebab lain Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT sampai ikterik
disingkirkan) menghilang dan boleh diberikan
hepatoprotektor
Muntah dan confusion (suspected drug-induced Sebagian besar OAT Hentikan semua OAT dan lakukan uji
pre-icteric hepatitis) fungsi hati

Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol


Kelainan sistemik, termasuk syok dan purpura Rifampisin Hentikan rifampisin
Masalah Resistensi antibiotik
• Multi Drug Resistan yang selanjutnya disingkat MDR adalah kondisi dimana pasien
resistan kebal terhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa OAT lini pertama
MDR yang lain, misalnya resistan HR, HRE, HRES;

• TB MDR
• Disertai resistensi terhadap sekurang-kurangnnya Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) ,
secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain, misalnya HR, HRE,
XDR HRES.

Kondisi dimana pasien mengalami resistensi terhadap salah satu obat, dan
menyebabkan pasien resistensi terhadap derivat dari obat tersebut.
Cross Contoh : pasien yang resisten streptomisin, terjadi resisten juga terhadap
Contamination golongan aminoglikosida lainnya seperti kanamisin atau amikasin

Sumber : Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Daley, Charles L. 2004. Drug Resistant Tuberculosis : A Survival Guide for Clinicians. Tuberculosis
Control Branch of the California Department of Public Health
Mekanisme Resistensi
Sumber : Farmakologi dan Terapi Edisi V . Deartemen Farmakologi dan Terapetik FK UI. Halaman 587-599

1. Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba


2. Inaktivasi Obat
3. Mikroba mengubah tempat ikatan (binding site).
4. Mutasi
5. Transduksi
6. Transformasi
7. konjugasi
Faktor yang menyebabkan Resistensi
Sumber : Farmakologi dan Terapi Edisi V . Deartemen Farmakologi dan Terapetik FK UI. Halaman 587-599

1. Penggunaan antimikroba yang sering.


2. Penggunaan antimikroba yang irasional
3. Penggunaan antimikroba baru yang berlebihan
4. Penggunaan antimikroba untuk jangka waktu yang lama
5. Penggunaan antimikroba untuk ternak
6. Lainnya : kemudahan transportasi modern, perilaku seksual,
sanitasi buruk, dan kondisi perumahan yang tidak memenuhi
syarat.
10 Masalah Tuberkulosis
Sumber :
Aditama, T.Y. Tuberkulosis : Diagnosis, Terapi & Masalahnya Ed. IV. Yayasan Penerbit IDI.
Hal: 130-140
1. Penderita Tuberkulosis
Terdapatnya kelompok masyarakat yang telah tertular basil TB. WHO
menyebutkan sepertiga penduduk dunia tertular TB, atau tergolong terkena
infeksi laten TB (High emergencing disease)

2. Masalah diagnosis
Masalah dalam diagnosis TB secara mikroskopik, meliputi keberadaan alat dan
reagen serta kenadalan petugas. Upaya menetapkan laboratorium yang khusus
untuk TB merupakan hal yang patut dilakukan, seperti halnya Puskesmas
Rujukan Mikroskopik (PRM). PRM seyogyanya dapat pula melayani berbagai
fasilitas kesehatan lain di daerah tersebut.

3. Diagnosis non bakteriologik


Diagnosis secara radiologic seringkali tidak mudah, demikian juga memastikan
aktif tidaknya penyakit secara hanya secara radiologi semata. Cara terbaik
adalah menggabungkannya dengan data klinik yang ada.
10 Masalah Tuberkulosis
Sumber :
Aditama, T.Y. Tuberkulosis : Diagnosis, Terapi & Masalahnya Ed. IV. Yayasan Penerbit IDI.
Hal: 130-140
4. Masalah ketidakpatuhan minum obat
Sulitnya TB dibasmi adalah kenyataan bahwa obat yang diberikan harus beberapa
macam sekaligus serta pengobatan makan waktu lama, setidaknya 6 bulan. Hal ini
menyebabkan penderita putus berobat. Tidak jarang pula setelah memakan obat 2-3
bulan keluhan telah hilang sehingga pasien berhenti berobat. Untuk itu harus diberi
penyuluhan secara baik. Satu hal lain yang penting dicamkan adalah perlunya
kesadaran para petugas kesehatan bahwa kita “berkewajiban” menjelaskan secara
amat rinci pada pasien tentang perlunya berobat secara teratur dan tuntas.

5. Resistensi terhadap berbagai obat TB


Timbulnya resistensi terhadap berbagai obat TB, apalagi kalu sudah terjadi resistensi
ganda (RG), atau multi drug resistance (MDR) , yaitu kuman telah resiten terhdap
setidaaknya dua obat utama, rifampisisn dan INH.

6. Vaksinasi BCG  tidak menjamin

7. Terbatasnya data epidemiologik


Sulitnya penanggulangan TB adalah terbatasnya data-data epidemiologik yang ada,
termasuk pula di Indonesia.
10 Masalah Tuberkulosis
Sumber :
Aditama, T.Y. Tuberkulosis : Diagnosis, Terapi & Masalahnya Ed. IV. Yayasan Penerbit IDI.
Hal: 130-140

8. Stigma  TB penyakit memalukan

9. TB kelompok khusus
Contohnya penderita HIV dan pengungsi, dimana TB kini
menjadi masalah kesehatan penting akibat turunnya daya tahan
tubuh mereka. Penanggulangna TB seyogyanya merupakan
bagian tidak terpisahkan dari program kesehatan pasa
pengungsi dan ODHA.

10. Koordinasi lintas program dan lintas sektoral


TB tidak dapat ditangani hanya melalui pendekatan kesehatan
semata. Perlu adanya koordinasi lintas program dan lintas
sector secara aktif. Harus Cost effective.
Penanggulangan Masalah Tuberkulosis
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. Jakarta.
No DOTS DOTS Plus
1 Komitmen politis dari para pengambil Komitmen politik dan administrasi yang
keputusan, (dana untuk pengobatan gratis) berkelanjutan
a) Memastikan program DOTS berjalan dengan baik
b) investasi jangka panjang staf dan sumber daya
c) Upaya koordinasi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan lembaga
internasional
d) mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan munculnya MDR-TB

2 Diagnosa TBC dengan pemeriksaan dahak, Diagnosis MDR-TB melalui pemeriksaan kultur
secara mikroskopik dan uji sensitivitas obat
a. Triase pasien yang tepat untuk pemeriksaan kultur & BTA, dibawah
manajemen pemeriksaan kultur dan BTA di bawah DOTS-Plus
b. Koordinasi dengan laboratorium rujukan nasional dan supra-nasional

3 Pengobatan dengan panduan obat anti Strategi pengobatan yang tepat yang
tuberculosis (OAT) jangka panjang pendek menggunakan obat lini kedua di bawah kondisi
dengan pengawasan langsung oleh manajemen yang tepat
pengawas menelan obat (PMO) a. Desain standar perawatan rasional (berbasis bukti)
b. DOT memastikan kepatuhan jangka panjang
c. Pemantauan dan manajemen reaksi obat yang merugikan
d. Sumber daya manusia yang memadai

4 Kesinambungan persediaan OAT jangka Tidak terputusnya pasokan obat anti-TB yang
pendek dengan mutu terjamin terjamin kualitasnya.
5 Pencatatan dan pelaporan secara baku Sistem pencatatan dan pelaporan yang dirancang
untuk memudahkan pemantauan dan untuk program DOTS-Plus yang memungkinkan
evaluasi program penanggulangan TBC. pemantauan kinerja dan evaluasi hasil
perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

 http://staff.ui.ac.id/system/files/users/retno.asti/material
/patodiagklas.pdf
 http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf
 https://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
 http://www.tbindonesia.or.id/opendir/Buku/bpn_p-
tb_2014.pdf
 http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/52-
tuberkulosis-dan-leprosi/521-antituberkulosis

Anda mungkin juga menyukai