Anda di halaman 1dari 26

UU NO 7 TAHUN 2017

TENTANG PEMILU
PERBANDINGAN UU PEMILU

UU 7 tahun 2017
• Terkodifikasi dalam 1 naskah,
UU PEMILU SEBELUMNYA sehingga:
• Terpisah dalam beberapa UU, • Menjamin konsistensi
sehingga menyebabkan: pengaturan
• Terdapat banyak kontradiksi -> •meminimalisasi kontradiksi
legal uncertainity antar norma
• Mempersulit masyarakat untuk •mencegah duplikasi
memahami norma pengaturan
•mewujudkan kepastian hukum
(Pasal 4)
•mempermudah pembaca
dalam memahami
PERUBAHAN UU PEMILU 2017
(KPU)
PENYELENGG PERUBAHAN DAMPAK
ARA
KPU Tugas untuk mengakreditasi pemantau
dipindahkan ke Bawaslu

Diatur mekanisme pengujian Peraturan Peraturan KPU bisa diuji


KPU dalam
(waktu pengujian oleh MA maksimal 30 waktu singkat, diperlukan
hari) Pasal 76 dan kecermatan peserta
pemilu
dan pihak-pihak yang
berpotensi
dirugikan oleh PKPU dalam
membaca dan memahami
PKPU.

Penguatan institusi: Penambahan jumlah


komisioner daerah (Pasal 10),
penambahan
Deputi (Pasal 79)

Penambahan tugas: Memelihara daftar


pemilih
secara berkelanjutan (Pasal 12 huruf f)
PERUBAHAN UU PEMILU 2017
(BAWASLU)
PENYELENGGARA PERUBAHAN DAMPAK

BAWASLU Penambahan Tugas Akreditasi


Pemantau (Pasal 437)
Memiliki legal standing untuk
mengajukan permohonan pengujian
Peraturan KPU
Penguatan institusi: Penambahan
jumlah komisioner daerah; penambahan
Deputi,
status Panwaskab/kota menjadi
permanen

Penambahan kewenangan: Pasal 14 huruf j, KPU


• memeriksa dan memutus berkewajiban
pelanggaran administrasi Pasal 95 melaksanakan
huruf b
putusan Bawaslu
• memeriksa, mengkaji, dan memuttrs
pelanggaran politik uang; Pasal 95 huruf mengenai
• meminta bahan keterangan yang sanksi administratif dan
diberikankan kepada pihak yang sengketa proses pemilu
berkaitan dalam rangka pencegatran
dan penindakan pelanggaran Pemilu
dan sengketa
proses pemilu (Pasal 95 huruf g)
PERUBAHAN DAMPAK
Tugas mengawasi Penataan dan penetapan
penataan dan penetapan dapil
daerah pemilihan DPRD DPRD kemungkinan dapat
kabupaten/kota; (Pasal berjalan lebih baik karena
93 huruf d angka 2) Tugas diawasi oleh Bawaslu.
ini sebelumnya tidak ada
dalam
UU Penyelenggara Pemilu.

Tugas mencegah
terjadinya praktik politik
uang & netralitas ASN,
TNI, POLRI. Pasal
93 huruf e & f
Penambahan tugas
memfasilitasi pelatihan
saksi peserta pemilu
PERUBAHAN SEKTOR PENYELENGGARA
PEMILU
(DKPP)
STATUS DKPP menjadi bagian
dari kesatuan
Penyelenggara Pemilu
Pasal 155 ayat (2)
DKPP
memeriksa dan DKPP terikat Kode Etik
memutus dugaan Penyelenggara Pemilu
pelanggara kode
etik yang dilakukan
KPU
dan Bawaslu.
Pasal 157 ayat (1),
Kode Etik hanya
mengikat KPU dan
Bawaslu.
UU PENDAFTARAN PEMILIH
TAHAPAN PERUBAHAN DAMPAK
PENDAFTARAN PEMILIH a. Memutakhirkan data • KPU tidak lagi terlalu
pemilih berdasarkan data bergantung
pemilu terakhir dengan kepada Pemerintah
memperhatikan data
• Sistem Pendaftaran
kependudukan yang
disiapkan dan diserahkan Pemilih berubah
oleh menjadi lebih condong
pemerintah dan kepada
menetapkannya sebagai continuous voter
daftar registration system
pemilih (Pasal 12 huruf f) • KPU menjadi
b. Pasal 14 huruf l: penanggungjawab
melakukan pemutakhiran
utama masalah daftar
dan
memelihara data pemilih pemilih
secara berkelanjutan
dengan memperhatikan data
kependudukan sesuai
ketentuan peraturan
perundang-undangan;
Data kependudukan dari
Pemerintah dijadikan
sebagai
data pembanding DPT
Pemilu terakhir (Pasal
201 ayat 7)
Pemerintah memberikan
data kependudukan yang
dikonsolidasikan setiap 6
(enam) bulan kepada KPU
sebagai bahan tambahan
dalam pemutaktriran data
Pemilih (pasal 201 ayat 8)
SYARAT KEPESERTAAN PEMILU
a. Pejabat negara yang dicalonkan oleh partai politik peserta Pemilu atau Gabungan Partai
Politik sebagai calon presiden atau calon wakil Fresiden harus mengundurkan diri dari
jabatannya, kecuali presiden, wakil presiden, pimpinan dan anggota MPR,
b. Pimpinan dan anggota DPR, pimpinan dan anggota DPD, gubernur, wakil gubernur,
bupati, wakil bupati, walikota, dan wakil walikota. Pasal 170 ayat (1)
c. Pasal 173 Partai politik dapat menjadi peserta pemilu DPR & DPRD setelah memenuhi
persyaratan:
a. berstatus badan hukum sesuai dengan undang-undang
b. memiliki kepengurusan di seluruh provinsi;
c. memiliki kepengurusan di 75% (tuiuh puluh lima persen) jumlah kabupaten/kota
di provinsi yang bersangkutan;
d. memiliki kepengurusan jumlah kecamatan 5O% (lima puluh persen)
kabupaten/kota yang bersangkutan;
e. menyertakan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan
pada kepengurusan partai politik tingkat pusat;
f. memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) orang atau 1/ 1.OOO (sattr
perseribu) dari jumlah penduduk
e. Pada kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud pada huruf c yang dibuktikan
dengan kepemilikan kartu tanda anggota;
g. Mempunyai kantor tetap untuk kepengurusan pada
tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai
tahapan terakhir Pemilu;
h. Mengaiukan nama, lambang, dan tanda gambar partai
politik kepada KPU; dan
i. Menyerahkan nomor rekening dana Kampanye Pemilu
atas nama partai politik kepada KPU
j. Partai politik yang telah lulus verifikasi dengan syarat
sebagaimana dimaksud pasal 173 (2) tidak diverifikasi
ulang dan ditetapkan sebagai Partai Politik Peserta Pemilu.
Norma ini dalam UU sebelumnya pernah dibatalkan oleh
MK, dan saat ini sedang dalam pengujian di MK.
k. Ketentuan mengenai tata cara penelitian administrasi
dan penetapan keabsahan persyaratan diatur dengan
peraturan KPU. Pasal 174 ayat (3) jo 178 ayat (3) KPU
membuat PKPU yang mengatur tentang penggunaan SIPOL.
KETENTUAN SAAT PENDAFTARAN BAGI
CALON PESERTA PEMILU YANG
KEPENGURUSAN PARTAI POLITIKNYA TERJADI
PERSELISIHAN
(PASAL 184)
Dalam hal terjadi perselisihan kepengurusan partai politik:
a. Kepengurusan Partai Politik tingkat pusat yang menjadi Peserta Pemilu dan
dapat mendaftarkan pasangan calon dan calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota merupakan kepengurusan Partai Politik tingkat pusat yang
sudah memperoreh putusan Mahkamah Partai atau nama lain dan didaftarkan
serta ditetapkan dengan keputusan Menkumham.
b. Dalam hal masih ada perselisihan di MP, kepengurusan yang sudah memperoleh
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
didaftarkan serta ditetapkan dengan keputusan Menkumham.
c. Putusan Mahkamah Partai atau nama lain dan/atau putusan pengadilan yang
telatr memperoleh kekuatan hukum tetap wajib didaftarkan ke Kemenkumham
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak terbentuknya kepengurusan
yang baru dan wajib ditetapkan dengan keputusan menteri paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak diterimanya persyaratan
d. Dalam hal pendaftaran dan penetapan kepengurusan partai Politik tersebut
belum selesai, sementara batas waktu pendaftaran Pasangan Calon, calon
anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota di KPU Provinsi atau KPU
Kabupaten/Kota akan berakhir, kepengunrsan partai politik yang menjadi Peserta
Pemilu dan dapat mendaftarkan Pasangan Calon, calon anggota DPR, DPRD
provinsi, dan DPRD kabupaten/kota adalah kepengurusan Partai Politik yang
tercantum dalam keputusan terakhir Menkumham.
PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL
PRESIDEN
a. Pasal 222. Pasangan Calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta
Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari
jumlah kursi DPR atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah secara nasional
pada Pemilu anggota DPR sebelumnya.
b. Dengan demikian, partai baru tidak punya hak untuk mencalonkan Capres-Cawapres. Norma ini
juga sedang digugat Karena tidak sinkron dengan semangat penyelenggaraan Pemilu serentak.
c. Pasal 228. Partai Politik dilarang menerima imbalan dalam bentuk apapun pada proses pencalonan
Presiden dan Wakil Presiden. Dalam hal Partai Politik terbukti menerima imbalan, Partai Politik yang
bersangkutan dilarang mengajukan calon pada periode berikutnya. Partai Politik yang menerima
imbalan harus dibuktikan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap. Setiap orang atau lembaga dilarang memberikan imbalan kepada Partai Politik dalam bentuk
apa pun dalam proses pencalonan Presiden dan Wakil Presiden.
d. Diperbolehkan calon tunggal, meskipun hal ini sangat dihindari.
e. Pasal 229 ayat (2) huruf a KPU menolak pendaftaran Pasangan Calon dalam hal: pendaftaran 1
(satu) Pasangan Calon diajukan oleh gabungan dari seluruh Partai Politik Peserta Pemilu.
f. Jika hanya ada 1 pasangan calon dan sudah dilakukan perpanjangan masa pendaftaran 2 x 7 hari
(Pasal 235 ayat 4)
g. Dalam hal partai politik atau Gabungan Partai Politik yang memenuhi syarat mengajukan Pasangan
Calon tidak mengajukan bakal Pasangan Calon, partai politik bersangkutan dikenai sanksi tidak
mengikuti pemilu berikutnya. (Pasal 235 ayat 5)
h. Dalam hal telah dilaksanakan perpanjangan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
masih terdapat I (satu) Pasangan Calon, tahapan pelaksanaan Pemilu tetap dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Undang- Undang ini. (pasal 235 ayat 6)
PENYUSUNAN DAERAH PEMILIHAN DPRD
KAB/KOTA
Prinsip penyusunan DAPIL (Dalam UU Pemilu sebelumnya tidak diatur di
tingkat UU):
a. kesetaraan nilai suara;
b. ketaatan pada sistem Pemilu yang proporsional;
c. proporsionalitas;
d. Integralitas wilayah;
e. berada dalam cakupan wilayah yang sama; kohesivitas; dan
kesinambungan. (Pasal 185)
Susunan Dapil DPR RI dan DPRD Provinsi diatur dalam lampiran UU Nomor 7
tahun 2017, akan tetapi susunan Dapil DPRD Kab/kota tidak diatur.
Jumlah maksimal kursi DPRD Kab/Kota bertambah 5 kursi, dari sebelumnya
50 kursi menjadi 55 kursi (Pasal 191 ayat 1). Penambahan ini untuk
mengcover Kab/kota yang memiliki penduduk 1 juta – 3 juta mendapat 50
kursi, dan Kab/Kota yang memiliki penduduk lebih dari 3 juta mendapatkan
55 kursi. Dengan demikian, sangat terbuka kemungkinan terjadi perubahan
susunan Dapil DPRD Kab/Kota.

Pengaturan tentang susunan Dapil DPRD Kab/Kota diatur oleh KPU. (Pasal
195)
KAMPANYE DAN DANA KAMPANYE
TAHAPAN PERUBAHAN DAMPAK
KAMPANYE Definisi Kampanye Pasal 1 angka 35 Kegiatan kampanye yang
tidak lagi mensyaratkan berpotensi
keterpenuhan unsur secara kumulatif, melanggar akan lebih mudah
melainkan bisa alternatif dijerat secara
(menggunakan dan/atau) Hukum

Kampanye Pemilu dilaksanakan


secara serentak antara kampanye
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
dengan kampanye Pemilu
anggota DPR, DPD, dan DPRD. (Pasal
267)

Kampanye dalam bentuk:


pemasangan alat peraga, iklan media
massa
cetak, media massa elektronik, dan
Internet, dan debat Pasangan
Calon tentang materi kampanye
Pasangan Calon difasilitasi KPU
dengan biaya APBN (pasal 275 ayat 2)
TAHAPAN PERUBAHAN DAMPAK
Pasal 283: Pejabat negara, pejabat Larangan yang lebih tegas
struktural dan pejabat fungsional terkait praktek
dalam jabatan negeri serta aparatur abuse of power
sipil negara lainnya dilarang
mengadakan kegiatan yang mengarah
kepada keberpihakan terhadap
Peserta pemilu sebelum, selama, dan
sesudah masa Kampanye.
Larangan meliputi pertemuan, ajakan,
imbauan, seruan atau pemberian
barang
kepada aparatur sipil negara dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota
keluarga, dan masyarakat.

Sanksi atas praktek money politic


secara terstruktur, massif dan
sistematis adalah pembatalan status
calon melalui rekomendasi
Bawaslu. Hal ini tidak menghilangkan
sanksi pidana. Pasal 286
TAHAPAN PROSES DAMPAK
DANA KAMPANYE Bawaslu bertugas mengawasai: Dalam UU penyelenggara
pelaksanaan dan dana pemilu
kampanye sebelumnya, tugas
(Pasal 93 huruf d angka 5) mandatory Bawaslu hanya
mengawasi kampanye,
PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA
a. Rekapitulasi suara di tingkat desa dihapus, hasil penghitungan
suara direkapitulasi mulai di tingkat kecamatan. (Pasal 393)
b. Hal ini akan membutuhkan kecermatan dan kehati-hatian partai
politik dan calon, karena rawan terjadi manipulasi di antara jeda
paska penghitungan di TPS dengan pelaksanaan rekapitulasi di
kecamatan. Kerawanan akan muncul dalam proses pengiriman
hasil penghitungan suara ke PPS dan selama kotak suara transit di
PPS. (Pasal 392)
c. Dalam hal ini, Pasal 391 mengatur bahwa PPS wajib
mengumumkan salinan sertilikat hasil penghitungan suara dari
seluruh TPS di wilayah kerjanya dengan cara menempelkan salinan
tersebut di tempat umum. Pelaksanaan norma ini harus dikawal
oleh peserta pemilu dan masyarakat untuk memastikan PPS
melaksanakannya.
PENENTUAN PEROLEHAN KURSI DPR & DPRD
a. Pasal 414 Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan
suara paling sedikit 4% (empat persen) dari jumlah suara sah secara nasional
untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi DPR.
b. Untuk kursi DPRD, seluruh Partai Politik Peserta Pemilu diikutkan dalam
penentuan perolehan kursi anggota DPRD Provinsi dan DPRD kab/kota.
c. Pasal 415 Suara sah setiap partai politik yang memenuhi ambang batas perolehan
suara dibagi dengan bilangan pembagi I dan diikuti secara berurutan oleh
bilangan ganjil 3; 5; 7; dan seterusnya. Ketentuan ini berlaku sama untuk DPR,
DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota
d. Pasangan Capres-Cawapres terpilih adalah Pasangan Calon yang memperoleh
suara lebih dari 50% (lima puluh persen) dari . jumLah suara dalam Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden dengan sedikitnya 20% (dua puluh persen) suara di
setiap provinsi yang tersebar di lebih dari yz (setengah) jumlah provinsi di
Indonesia.
e. Dalam hal tidak ada Pasangan Calon yang dapat memenuhi ketentuan tersebut, 2
(dua) Pasangan Calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua
dipilih kembali oleh ralryat secara langsung dalam Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden.

Anda mungkin juga menyukai